cara terus-menerus mengakibatkan penyakit menyebar dan siklus hidupnya tidak putus. Selain itu, pembudidaya telah membangun tempat tinggal di atas areal budi
daya. Limbah rumahtangga ini juga diduga sebagai penyebab tumbuh kembangnya penyakit sepanjang tahun.
Tahun 2001 –2006 diduga penyakit ‘ice-ice’ lebih dipengaruhi oleh iklim,
dimana pada musim panas, rumput laut lebih banyak diserang penyakit. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa kondisi ini umumnya untuk jenis K. alvarezii
sedangkan jenis E. denticulatum lebih tahan terhadap serangan penyakit. Tabel 12 Presentase tingkat prevalensi penyakit ice-ice pada rumput laut
Bulan Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1996 – 2000
10,9 1,8
1,8 3,6
38,1 23,6 9
1,8 1,8
- -
7,2 2001
– 2006 -
- -
5 22
24 20
24 4
- -
2
Penyakit rumput laut tidak dipengaruhi oleh metode budidaya. Budidaya rumput laut di Pulau Nain saat ini menggunakan metode tali panjang. Pada tahun
1996 –2000, metode lepas dasar banyak digunakan sebagai alternatif pemanfaatan
lahan yang telah habis terpakai. Tahun 2001 –2006, metode lepas dasar digunakan
untuk pencegahan penyakit, apabila rumput laut terindikasi terserang penyakit maka beberapa pembudidaya menurunkan posisi tali ke dasar.
5.2.2 Budidaya rumput laut saat ini
Pembudidaya rumput laut di Pulau Nain, 62,5 mengenal usaha ini dari orang tua, sedangkan 37,5 mengetahuinya dari penyuluh atau bimbingan dinas
terkait. Walaupun demikian hanya 6 pembudidaya yang masih bersama-sama orang tua mereka, 94 sudah berusaha sendiri. 93 merupakan pekerjaan utama,
dan semuanya milik pribadi. Pembudidaya yang telah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 62, sedangkan yang berpengalaman 6
–10 tahun dan di bawah 6 tahun masing-masing 31 dan 7. Jadi sebanyak 93 pembudidaya
rumput laut di Pulau Nain sudah sangat berpengalaman. Sebanyak 94 pembudidaya menanam rumput laut jenis K. alvarezii dan
E. denticulatum , sedangkan hanya 6 yang menanam rumput laut jenis E.
denticulatum dengan jumlah dan panjang tali ris bervariasi. Untuk kepemilikan
jumlah tali ris, paling banyak yakni 63 memiliki tali ris 60 ujung, 31 memiliki 100 ujung, dan hanya 6 yang memiliki tali ris sebanyak 40 ujung. Dan untuk
panjang tali ris, saat ini 69 memelihara rumput laut di tali ris sepanjang 60 meter, dan 31 pada tali ris 100 meter.
Pembudidaya rumput laut mendapatkan bibit sebagian besar berasal dari sisa budidaya yakni 38, dan 31 bibit diambil dari alam, 25 beli dari
pembudidaya yang lain, serta sisanya 6 memiliki kebun bibit. Umumnya pembudidaya mampu memilih bibit yang berkualitas baik. Untuk berat awal dan
jarak tanam bibit rumput laut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Persentase berat awal dan jarak bibit yang ditanam oleh pembudidaya
Berat awal bibit yang ditanam Berat bibit
100 g 200
– 250 g 85
15 Jarak bibit yang ditanam
Jarak tanam 20 cm
25 cm 30 cm
29 57
14 Pembersihan rumput laut selama pemeliharaan, sebanyak 82 responden
melakukan pembersihan sekali sehari, bahkan 6 pembudidaya melakukan pembersihan sebanyak dua kali sehari. Tetapi ada pembudidaya yang tidak
melakukan pembersihan 12. Kejadian pencurian rumput laut pernah dialami oleh 6 responden,
sedangkan gangguan oleh tumbuhan penempel epifit pada rumput laut dialami oleh 94 pembudidaya. Rumput laut sebagian besar terserang oleh penyakit ice-
ice 47, diikuti oleh mati layu 35, dan penyakit lainnya 18. Untuk mencegah penyebaran penyakit, 59 pembudidaya memanen dan menjemur
rumput laut yang terkena penyakit, 29 pembudidaya memanen secara keseluruhan rumput laut yang ditanam, dan 12 pembudidaya lebih giat
melakukan pembersihan. Hama dan penyakit yang menyerang rumput laut, menurut 50 responden
terjadi pada musim pancaroba, 31 menjawab terjadi pada musim kemarau, sedangkan 19 mengatakan terjadi pada musim hujan. 87 pembudidaya
melakukan penggantian teknik budidaya di saat peralihan musim. Menurut mereka pada musim hujan bibit akan bertumbuh dengan baik dan kurangnya hama dan
penyakit. Pergantian teknik budidaya di saat musim kemarau atau pancaroba dengan melakukan penjarangan tali ris dan jarak tanam bibit, serta menurunkan
rumput laut sekitar 25 –30 cm dari permukaan air laut.
Panen dilakukan saat rumput laut berumur di atas 40 hari. Pembudidaya yang melakukan panen rumput laut pada umur 40
– 45 sebanyak 41, 40 – 60 hari dilakukan oleh 18 pembudidaya, dan panen di atas 60 hari dilakukan oleh
29 pembudidaya. Sedangkan 12 responden melakukan panen rumput laut saat berumur 30 hari dengan maksud untuk bibit yang akan dipakai sendiri atau dijual.
Keseluruhan hasil di atas adalah data aspek budidaya rumput laut. Umumnya pembudidaya rumput laut di Pulau Nain telah melakukan budidaya
rumput laut yang sesuai. Hanya ada beberapa aspek yang perlu diberi perhatian, misalnya tentang adanya pembudidaya yang tidak melakukan pembersihan rumput
laut, padahal salah satu penyebab penyakit adalah tidak bersihnya rumput laut. Rumput laut yang terserang penyakit dikhawatirkan akan cepat menyebar ke
rumput laut yang lain. Hal ini didukung data bahwa 94 pembudidaya pernah mengalami rumput lautnya diserang penyakit. Aspek lain yang perlu diperhatikan
adalah umur panen, hampir 50 pembudidaya rumput laut di Pulau Nain melakukan panen di atas 45 hari. Ini akan berpengaruh pada kandungan
karaginannya, yang tentunya akan berakibat pada daya jualnya yang rendah. Selain aspek budidaya, aspek teknik penanganan budidaya rumput laut di
Pulau Nain perlu diketahui. Aspek teknik penanganan atau dikenal dengan good handling practice
GHdP antara lain adalah tenaga kerja, produktifitas, teknik panen, pengetahuan mutu rumput laut baik bibit maupun produksi, pemanenan,
penggudangan, dan pemasaran. Saat ini pembudidaya tidak lagi memakai tenaga kerja untuk persiapan
wadah dan penanaman rumput laut, pembersihan serta pengawasan. Mereka sudah melakukan sendiri atau dibantu oleh anggota keluarga. Pemakaian tenaga kerja
89 pada saat panen, dan 63 pada saat sortir. Pada tahap panen, 17 pembudidaya memakai satu orang pekerja, 61 memakai 2 pekerja, dan 11
memakai 3 pekerja. Pada tahap sortir, rata-rata pembudidaya mengupah 2 pekerja. Dari sisi gender, pembudidaya tidak ada yang khusus memakai tenaga kerja
wanita. Pekerja pria yang diupah sebanyak 26 serta pembudidaya yang memakai tenaga kerja pria dan wanita sebanyak 74.
Teknik pemanenan yang dilakukan pembudidaya rumput laut, 73 pembudidaya memanen keseluruhan rumput laut, 27 melakukan pemetikan
dengan menyisakan pangkal rumput laut untuk dipelihara pada siklus berikutnya. Hasil panen dijemur di atas rak para-para yang terbuat dari bambu. Para-para
ditancapkan dengan tiang bambu atau kayu di atas air. Pengeringan dilakukan selama 3 hari atau lebih tergantung cuaca saat penjemuran. Agar rumput laut
kering merata maka setiap 3 – 4 jam rumput laut dibalik. Ada juga pembudidaya
yang membalik rumput laut kurang dari 3 jam, tetapi ada yang melakukannya setiap 6 jam.
Pengetahuan pembudidaya dalam membedakan rumput laut kering antara jenis K. alvarezii dan E. denticulatum masih tergantung dari pengalaman mereka
masing-masing. Sebanyak 86 pembudidaya bisa membedakannya tetapi pembudidaya yang lain belum mampu membedakan antara jenis K. alvarezii dan
E. denticulatum yang sudah kering. Walaupun demikian, untuk mencegah
tercampurnya kedua jenis maka awal pengeringan sudah dilakukan pemisahan. Semua responden mengatakan bahwa mereka sudah mengetahui mutu
rumput laut kering, sebagian mengetahuinya dari pengalaman pribadi dan sebagian mengetahui dari penyuluhan instansi terkait. Lama penyimpanan, 50
menyimpan rumput laut kering selama 1 –3 bulan, 6 pembudidaya menyimpan
lebih dari 3 bulan, dan 44 menyimpan kurang dari 1 bulan atau langsung menjualnya. Umumnya mereka menjual hasil rumput laut kering kepada pedagang
pengumpul yang berada di Desa Nain, kecuali jika mereka ke Manado bersamaan dengan tersedianya rumput laut kering maka mereka menjual langsung ke
perusahaan. Itupun tidak dalam jumlah yang banyak karena yang mereka perhitungkan adalah biaya transportasi. Harga rumput laut kering di Manado
biasanya lebih tinggi Rp. 250,- – Rp. 500,- per kilogram dibandingkan dengan
harga pada pengumpul di Desa Nain. Aspek lain yang perlu diketahui adalah kelembagaan. Di desa pesisir
seperti di Pulau Nain terdapat lembaga pemerintahan, kemasyarakatan, ekonomi, dan sosial budaya yang dapat dilihat pada Tabel 14. Menurut data DKP Minut,
saat ini terdapat 64 kelompok pembudidaya rumput laut di Desa Nain. Ironisnya, 65 responden menyatakan belum memiliki kelompok. Peranan kelompok, 86
menyatakan membantu dalam pemasaran, dan 14 menyatakan membantu dalam penyediaan bibit. Peranan lain dari kelompok adalah menjalin kerjasama dengan
pihak tertentu sebagai pembeli rumput laut. Tabel 14 Kelembagaan di Desa Nain
No Lembaga
Jumlah anggota 1.
Lembaga Pemerintahan Jumlah aparat pemerintah desa
Jumlah pengurus BPDdewan kelurahan 22 orang
13 orang 2.
Lembaga Kemasyarakatan Jumlah pengurus PKK
Jumlah pengurus Karang Taruna 7 orang
4 orang 3.
Kelembagaan Ekonomi Jumlah koperasi
2 unit 4.
Kelembagaan Sosial Budaya Jumlah ormas keagamaan
Jumlah organisasi seni-budaya Jumlah kader pemberdayaan masyarakat
Jumlah fasilitator desa 1 unit
5 unit 11 orang
3 orang Sumber : BPM-PD Minut, 2010
Hanya sebanyak 34 responden, baik secara perorangan maupun lewat kelompok menyatakan pernah berhubungan dengan pihak perbankan dalam hal
peminjaman modal. Untuk administrasi peminjaman hanya 37 yang menyatakan prosesnya mudah atau lebih mudah dari lembaga kredit lain. Dalam hal pelunasan,
83 menyatakan lunas tepat waktu. Adapun alasan bagi yang pelunasannya tidak tepat waktu adalah hasil usaha sedikit atau gagal, belum ada kelompok, atau hasil
usaha digunakan untuk kebutuhan lain. Di Desa Nain terdapat 2 koperasi, sebanyak 69 responden merupakan
anggota koperasi. Peranan koperasi dalam pemasaran rumput laut, 85 responden menyatakan berperan dalam menentukan harga, dan 15 responden menyatakan
koperasi membantu dalam memasarkan hasil. Secara pribadi atau lewat kelompok, 57 responden menyatakan belum pernah berhubungan dengan pihak koperasi
dalam hal peminjaman modal, dan 43 menyatakan pernah meminjam modal di koperasi. Proses administrasi peminjaman dikatakan para responden: 17 rumit,
42 lebih rumit dari bank atau lembaga kredit lain, 25 mudah, dan 17 lebih
mudah dari lembaga kredit lain. 92 responden menyatakan melunasi pinjaman modal dari koperasi tepat waktu. Ada 28 responden pernah berhubungan dengan
pihak tengkulak untuk modal. Proses adiministrasi peminjaman, sebagian responden menyatakan mudah tetapi sebagian menyatakan rumit.
Partisipasi responden dalam kegiatan penyuluhan hanya 7 yang menyatakan selalu mengikutinya, 60 kadang-kadang, dan 33 tidak pernah.
69 responden merasakan manfaat dalam mengikuti kegiatan penyuluhan. Kegiatan pelatihan atau studi banding: 44 responden belum pernah mengikuti,
19 sering mengikuti, dan kadang-kadang 37. Untuk aspek keuangan, sebanyak 80 pembudidaya menyatakan pernah
menghitung ongkos produksi dan keuntungan dari budidaya rumput laut. Perhitungan keuntungan: 80 responden mendapat info harga dari pembeli, dan
sisanya dari penyuluh. Walaupun demikian, pembelilah yang menentukan harga rumput laut. Pertimbangan pembudidaya memilih pembeli adalah harga lebih
tinggi 73, 7 mempunyai hubungan baik, 20 jarak ke tempat penjualan.
5.2.3 Pola Tanam Rumput Laut