masuk ke lingkungan perairan baik langsung maupun tidak langsung, dalam kurun waktu tertentu. Beban pencemar berasal dari berbagai aktivitas manusia. Besarnya
beban masukan sangat tergantung dari aktivitas manusia di sekitar perairan. Besarnya beban pencemar sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang
berada di sekitar aliran air yang masuk ke daerah tersebut. Laju pergantian air oleh arus dan pasang surut berperan di dalam proses pembuangan limbah dan memasok
oksigen  Barg  1992;  Cornel  and  Whoriskey  1993  in  Rachmansyah  2004.    Pada saat  pasang,  beban  limbah  yang  masuk  akan  sangat  kecil  dikarenakan  tertahan
oleh  tingginyaterjadinya  peningkatan  oleh  massa  air  yang  berasal  dari  laut. Sebaliknya  pada  saat  surut  beban  limbah  yang  ke  muara  dan  pantai  akan  besar
Rafni 2004; Hadi 2005 in Mezuan 2007. Soutwick  1976  membedakan  sumber  pencemaran  perairan  menjadi  3
golongan  yakni:  pencemar  organik  berupa  pengkayaan  hara,  sehingga  terbentuk komunitas  biota  dengan  produksi  yang  berlebihan,  zat-zat  toksik  yang  dapat
melenyapkan  organisme  hidup  karena  terganggunya  proses  kehidupan,  bahan pencemar fisik berupa padatan tersuspensi dan zat koloidal.
2.5 Kesesuaian Areal Budidaya Rumput Laut
Kesesuaian  lahan  merupakan  kecocokan  suatu  lahan  untuk  tujuan penggunaan  tertentu,  melalui  penentuan  nilai  kelas  lahan  serta  pola  tata  guna
lahan  yang  dihubungkan  dengan  potensi  wilayahnya,  sehingga  dapat  diusahakan penggunaan  lahan  yang  lebih  terarah  berikut  usaha  pemeliharaan  kelestariannya.
Penilaian  kesesuaian  lahan  merupakan  suatu  penilaian  sistematik  dari  lahan  dan menggolong-golongkannya  ke  dalam  kategori  berdasarkan  persamaan  sifat  atau
kualitas  lahan  yang  mempengaruhi  kesesuaian  lahan  bagi  suatu  usaha  atau penggunaan  tertentu  Hardjowigeno  2001.  Proses  penilaian  kesesuaian  lahan
budidaya  rumput  laut  adalah  membandingkan  antara  syarat-syarat  penggunaan lahan pesisir bagi peruntukan budidaya rumput laut dengan kualitas lahan pesisir.
Oleh  karena  itu,  perlu  dijelaskan  syarat-syarat  penggunaan  lahan  pesisir  bagi peruntukan  budidaya  rumput  laut.  Syarat-syarat  penggunaan  lahan  tersebut
kadang-kadang  memiliki  parameter  dengan  nilai  yang  berbeda  dan  tergantung pada letak geografis.
Pengembangan wilayah pesisir dengan sasaran penentuan kesesuaian lahan untuk  kegiatan  budidaya  rumput  laut,  klasifikasi  kesesuaian  lahannya  ditujukan
untuk  mengurangi  atau  mencegah  berbagai  dampak  negatif  yang  mungkin ditimbulkan,  serta  menjamin  kegiatan  budidaya  rumput  laut  tersebut  dapat
berlangsung  secara  optimal,  terpadu  dan  berkelanjutan,  ditinjau  secara  ekologis, ekonomis, sosial, teknologi dan kelembagaan.
Langkah  awal  yang  harus  diperhatikan  untuk  memulai  budidaya  rumput laut  adalah  pemilihan  lokasi  yang  sesuai,  terutama  kesesuaian  dari  dimensi
ekologi.  Akan  tetapi  menurut  Aji    Murdjani  1986,  sangat  sulit  untuk menetapkan  batas  dari  masing-masing  faktor  ekologi  yang  dibutuhkan  bagi
pertumbuhan  rumput  laut  yang  optimal.  Karena  faktor-faktor  ekologis  ini  sangat bervariasi  dari  suatu  daerah  dengan  daerah  lain.  Faktor-faktor  ekologi  yang
dimaksud adalah sebagai berikut: terdapat gerakan air yang berbentuk arus. Arus air berperan dalam membawa nutrien yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
rumput laut dan membersihkan rumput laut dari kotoran yang menempel, perairan terlindung  dari  tiupan  angin  dan  ombak  yang  terlalu  keras,  airnya  jernih  dengan
kecerahan  yang  tinggi.  Hal  ini  berhubungan  dengan  kebutuhan  terhadap  sinar matahari untuk proses fotosintesis bagi pertumbuhan rumput laut, pada saat surut
terendah, masih tergenang air dengan kedalaman 30-60 cm agar rumput laut tidak mengalami  kekeringan,  dasar  perairan  terdiri  dari  pasir  dan  pecahan  karang
namun  tidak  ada  endapan  dan  kotoran,  tidak  terdapat  hewan-hewan  pemangsa, diantaranya:  ikan-ikan  herbivora,  penyu,  bulu  babi,  terdapat  bentos,  teripang,
dan  kerang-kerangan,  perubahan  kadar  garam  tidak  telalu  besar,  kaya  akan nutrien, pH antara netral sampai agak basa, dan bebas dari aliran bahan pencemar.
Selain  kesesuaian  dari  dimensi  ekologi,  penting  juga  diperhatikan kesesuaian  dari  dimensi  lingkungan  sosial  ekonomi  agar  usaha  rumput  laut  bisa
optimal  dan  berkelanjutan.  Adapun  dimensi  sosial  ekonomi  yang  harus diperhatikan  Deptan  DKI,  2001,  adalah:  lokasi  tidak  termasuk  dalam  wilayah
jalur  pelayaran  lalu  lintas  laut,  lokasi  tersebut  tidak  menjadi  sengketa  dengan kegunaan  lain,  tersedia  banyak  tenaga  kerja  karena  usaha  budidaya  rumput  laut
merupakan usaha yang padat karya, mudah terjangkau dengan alat transportasi.
Pemilihan lahan yang tidak sesuai akan berdampak pada berbagai dimensi yang  saling  terkait,  yakni:  dari  dimensi  ekonomi  akan  menyebabkan
bertambahnya  kebutuhan  modal  dan  tingginya  biaya  operasional;  dari  dimensi ekologi,  kualitas  dan  produktivitas  rumput  laut  yang  dihasilkan  rendah  dan
kemungkinan  akan  terjadi  degradasi  lingkungan;  dari  dimensi  kelembagaan, tersedianya  lembaga  yang  membantu  petani  rumput  laut  dalam  hal  permodalan,
pemenuhan  kebutuhan  hidup  sehari-hari,  dan  informasi  pasar,  akan  berdampak terhadap pemanfaatan dan pengelolaan rumput laut yang berkelanjutan.
2.6 Daya Dukung Lingkungan