5.2.4 Pertumbuhan dan produksi rumput laut
Pola pertumbuhan rumput laut adalah berbeda-beda tergantung spesies dan keberadaan lingkungannya. Tingkat pertumbuhan rumput laut ini dipengaruhi oleh
faktor internal yakni kondisi thallus, dan faktor eksternal yakni faktor fisika, faktor kimia serta faktor biologi. Dalam penelitian ini, uji pertumbuhan dilakukan
di areal budidaya rataan karang dan di luar areal budidaya lereng karang. Frekuensi uji sebanyak 9 siklus terus-menerus. Pada tahun berikutnya dilakukan
di perairan permukiman penduduk sebanyak 2 siklus penanaman. Bibit pada awalnya berasal dari pembudidaya rumput laut di lokasi
penelitian, selanjutnya digunakan bibit dari tahap penanaman sebelumnya. Bibit awal adalah rumput laut yang sudah digunakan oleh pembudidaya secara terus
menerus selama lebih dari 20 tahun. Namun demikian bibit dipilih dari bagian ujung rumput laut yang percabangan banyak, kelihatan segar, dan elastis.
Faktor eksternal umumnya memenuhi syarat bagi pertumbuhan rumput laut di lokasi penelitian. Walaupun demikian untuk nitrat dan fosfat pada waktu
tertentu telah melewati ambang batas baku mutu air untuk biota laut sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 512004 tetapi belum terindikasi
tercemar sesuai baku mutu kualitas air dan pengendalian pencemaran air oleh Peraturan Pemerintah RI No. 822001.
Indikator pertumbuhan rumput laut dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian, di antaranya: pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan harian LPH.
Beberapa hasil penelitian tentang pertumbuhan rumput laut yang sudah dilakukan dari jenis E. denticulatum E. spinosum yakni 2,08
–8, sedangkan K. alvarezii E. cotonii 4,4
–8,9, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
a. Pertumbuhan rumput laut di areal budidaya
Uji statistik pertumbuhan untuk rata-rata keseluruhan maupun beda kedalaman menunjukkan tidak beda nyata Lampiran 4. Pola pertumbuhan
rumput laut Kappaphycus alvarezii di Perairan Gugus Pulau Nain secara umum cenderung meningkat seiring dengan perubahan waktu, baik pada masing-masing
siklus tanam maupun secara keseluruhan dari 9 siklus yang dilakukan, hasil analisis laju pertumbuhan harian LPH dapat dilihat pada Tabel 16.
Pada awal penelitian, pertumbuhan K. alvarezii cenderung lambat kemudian meningkat sampai pada siklus tanam VIII dan melambat lagi pada akhir
penelitian di siklus tanam IX. Hal ini disebabkan awalnya ditemukan banyak tumbuhan epifit dan telur biota laut yang menempel atau membungkus thallus
rumput laut uji. Jenis epifit yang ditemukan dari golongan alga merah Acanthopora spicifera, Hypnea, Polysiphonia, Coraline algae, alga coklat
Dictyota dichotoma dan Padina santae, alga hijau Chaetomorpha crassa. Polysiphonia
tingkat penetrasinya sangat kuat sampai ke tengah jaringan rumput laut. Tumbuhan penempel ini bersifat kompetitor dalam menyerap nutrisi. Selain
itu, bersama telur ikan yang menempel, epifit dapat menjadi pengganggu karena menutupi rumput laut dalam fotosistesis.
Tabel 16 Laju pertumbuhan harian K. alvarezii di areal budidaya pada tahun 2007
– 2008
Kedalaman cm
Siklus tanam dan pertumbuhan I
II III
IV V
VI VII
VIII IX
Feb- Mar
Apr- Mei
Mei- Jun
Jul- Ags
Ags- Sep
Okt- Nov
Nov- Des
Jan- Feb
Feb- Mar
3,71 3,12 5,75 6,28 7,01 7,00 6,95 7,56 6,31 50
3,52 3,31 5,59 5,96 6,96 6,95 6,79 7,63 6,48 100
3,53 3,28 5,54 5,74 6,89 6,88 6,74 7,61 6,50
Laju pertumbuhan harian LPH seperti pada Tabel 16, terlihat berada di atas 3. Menurut Anggadiredja et al. 2006 bahwa faktor pertumbuhan rumput
laut jenis Eucheuma sp. dikatakan baik jika laju pertumbuhan hariannya tidak kurang dari 3. Kisaran LPH dalam penelitian ini, K. alvarezii nilai terendah
terdapat pada siklus II yakni 3,12, dan yang tertinggi pada siklus VIII yakni 7,79 yang keduanya berada pada titik sampel permukaan 0 cm. Apabila
dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya, LPH rumput laut di Gugus Pulau Nain dapat dikatakan lebih baik. Bahkan ada yang hasil penelitian
sebelumnya LPH di bawah 3 walaupun ada beberapa yang LPH relatif sama yaitu sekitar 5
–7. Gambar 28 memperlihatkan pertumbuhan mutlak yaitu selisih antara berat akhir dan berat awal.
Pada Gambar 28 terlihat bahwa awalnya pertumbuhan relatif lambat. Dalam penelitian pada akhir tahun 2007 sampai awal tahun 2008 terjadi angin dan
gelombang, sehingga upaya pembersihan rumput laut tidak maksimal. Seiring
tidak maksimalnya pembersihan dan pengontrolan, pengaruh gelombang membuat perairan lebih keruh dan banyaknya sampah yang menempel. Dan seperti
dijelaskan di atas bahwa pada tahap ini, rumput laut terserang epifit.
Gambar 28 Pertumbuhan mutlak K. alvarezii di areal budidaya tahun 2007-2008. Saipul 2007 menyatakan bahwa rumput laut jenis E. denticulatum relatif
lebih tahan terhadap perubahan iklim yang lebih ekstrim. Hal ini yang membuat
pembudidaya di Nain menyebut E. denticulatum dengan nama ‘Grandong’.
Sebaliknya, apabila kondisi perairan membaik maka K. alvarezii akan bertumbuh lebih baik. Hal ini sesuai dengan pengamatan langsung di lapangan dan
wawancara dengan pembudidaya rumput laut di P. Nain, jenis E. denticulatum lebih tahan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan. K. alvarezii cenderung
lebih mudah terkena penyakit. Disamping itu, E. denticulatum merupakan spesies asli perairan Pulau Nain, sedangkan K. alvarezii diintroduksi dari Filipina.
Nilai rata-rata pertumbuhan rumput laut dalam penelitian ini ditentukan juga oleh faktor kedalaman. Upaya uji pertumbuhan di beberapa kedalaman
perairan bermaksud untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan kondisi perairan yang ekstrim, misalnya terjadi intensitas hujan yang tinggi atau musim
kemarau yang lama maka sudah diketahui pada kedalaman berapa rumput laut masih bisa tumbuh dengan baik. Hasil pertumbuhan mutlak K. alvarezii pada
kedalaman berbeda dapat dilihat pada Gambar 29.
727 449
1080 1297
1957 1952 1862 2603
1583
500 1000
1500 2000
2500 3000
F eb
-M ar
A p
r- Me
i M
ei -Ju
n Ju
l- A
g s
A g
s- S
ep Ok
t- No
v No
p -De
s Ja
n -F
eb F
eb -M
ar I
II III
IV V
VI VII
VIII IX
P ertu
m b
u h
an m
u tl
ak g
4 5
h ari
Siklus tanam bulan kalender
Gambar 29 Pertumbuhan mutlak K. alvarezii pada kedalaman berbeda di areal budidaya pada tahun 2007 - 2008.
Faktor kedalaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut, dimana semakin jauh dari permukaan air pertumbuhannya akan menurun. Sama
seperti pertumbuhan mutlak, nilai rata-rata LPH rumput laut yang dibudidaya di keseluruhan kedalaman air menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik yakni
3, walaupun mengalami penurunan pertumbuhan seiring makin bertambahnya kedalaman. Kedalaman suatu perairan sangat erat hubungannya dengan intensitas
cahaya, semakin dalam perairan semakin kecil intensitas cahaya yang diterimanya Dawes 1981 menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan alga secara
langsung dikontrol oleh cahaya. Gross 1993 menyatakan bahwa pada perairan yang jernih 60 radiasi diserap pada 1 meter pertama, sekitar 80 pada
kedalaman 10 meter, dan hanya tersisa 1 pada kedalaman 140 meter. Proses fotosintesis pada tumbuhan laut seperti alga dapat berlangsung bila intensitas
cahaya dapat sampai ke sel alga.
b. Pertumbuhan rumput laut di luar areal budidaya