Modal Ekonomi PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS KOMUNITAS

Berikut penuturan Ibu Mj 40 tahun mengenai kontrol sosial yang dilakukan masyarakat: ”Biasanya saya kalau melihat ada yang melanggar ya saya nasihati dulu. Pernah sih ada yang kayak gitu, tapi sudah dinasihati tetap saja. Ya saya adukan ke Mba Sri. Maklum lah warga pendatang, sudah gitu anak muda”

6.4 Modal Ekonomi

6.4.1 Perolehan Modal Perolehan modal pada awal program pengolahan sampah dan penghijauan untuk lingkungan RT 05 RW 08 Kelurahan Ciracas berasal dari ”kantong” warga sendiri. Modal diperoleh secara suka rela tanpa ada batasan terendah atau terkecil, dan semua responden mengatakan bahwa tidak berkeberatan dalam memberikan bantuan materi. Warga juga tidak membatasi ataupun menghitung jumlah uang yang harus disumbangkan, karena bersifat sukarela. Berikut penuturan Bpk Sk 44 tahun mengenai perolehan modal untuk melaksanakan program pengolahan sampah dan penghijauan pada awal kegiatan: ”Untuk modal awal kami tidak mendapatkan bantuan dari pihak manapun, tidak dari Pemda, PKK atau dari RW, ini murni uang kami pribadi, uang warga. ” Baru setelah RT 05 RW 08 Kelurahan Ciracas memenangkan berbagai lomba termasuk JGC 2007 mereka mendapatkan modal tambahan untuk melakukan program pengolahan sampah. Modal tersebut berasal dari uang hasil menang lomba, dan mereka gunakan sebagai modal kembali dalam membeli sarana dan pra-sarana pengolahan sampah penghijauan. Mereka juga mendapat bantuan dari PT. Unilever berupa satu buah mesin jahit yang ditempatkan di rumah Ibu RT selaku Ketua Kelompok Winarsih dan tempat membuat kerajinan tangan sebagai alat bantu dalam membuat kerajinan tangan. Sekarang perolehan dana untuk pengolahan sampah dan penghijauan diperoleh melalui iuran RT kepada warga sebesar Rp. 7.500,- tiap rumahtangga, yang didalamnya termasuk iuran kebersihan, iuran sosial, dan lain-lain yang dipungut setiap tengah bulan. Selain itu dana juga diperoleh dari hasil penjualan kerajinan tangan yang dipotong dari tiap tas yang berhasil dijual. Namun untuk pengomposan belum dapat menghasilkan dana, karena hanya digunakan untuk keperluan warga, belum dikomersilkan. 6.4.2 Alokasi dan distribusi manfaat ekonomi sampah Dana yang terkumpul dalam perolehan dana yang telah dilakukan di- alokasikan dan di-distribusikan kembali untuk peningkatan program pengolahan sampah. Dana awal yang diperoleh dari sumbangan sukarela warga dialokasikan seluruhnya untuk melakukan pengolahan sampah dan penghijauan. Warga menggunakannya untuk membiayai pengomposan dan daur ulang, serta untuk membeli sarana dan pra-sarana pengolahan sampah seperti barel untuk komposter, pot-pot untuk tanaman, pembuatan bank sampah, bahan-bahan kerajinan tangan seperti tali rapia dan beberapa tanaman murah untuk kemudian di kembangkan. Perolehan dana berikutnya warga dapatkan dari memenangkan lomba, yakni uang hadiah lomba. Dana ini dialokasikan sebagian untuk membangun dan memperbaiki fasilitas RT seperti jalan kemudian balai pertemuan kelompok. Sebagian juga dialokasikan untuk peningkatan sarana dan pra sarana pengolahan sampah, membuat komposter yang lebih baik, modal awal membuat kerajinan tangan untuk dipasarkan. Saat ini dari hasil penjualan kerajinan tangan daur ulang sampah plastik, warga juga dapat menambah pendapatan keluarga mereka. Para pengrajin yang bekerja, mereka mendapatkan penghasilan untuk tiap tas yang dibuatnya. Uang yang mereka peroleh dari membuat kerajinan tangan ini sangat membantu perekonomian keluarga mereka. Berikut penuturan Ibu Pr 44 tahun warga yang turut membantu dalam proses mencuci dan memotong limbah plastik, mengenai pendapatan dari bekerja membuat tas dari sampah plastik: ”Hasil dari saya bekerja sebagai tukang jahit di tempat Ibu RT ya lumayan. Kebetulan kan saya memang tidak bekerja, hanya jadi ibu rumah tangga. Makanya saya membantu menjahit disana. Lumayan bisa membantu ekonomi keluarga.”

6.5 Ikhtisar