Modal Ekonomi Karakteristik Sampah Domestik

2.3 Modal Ekonomi

Modal atau modal ekonomi dalam dunia ekonomi adalah barang yang memiliki masa pakai dan bisa digunakan sebagai faktor produksi 4 , contohnya adalah peralatan atau bangunan. Modal ekonomi juga dapat berbentuk uang. Modal ekonomi dalam pengelolaan sampah oleh warga RT 05 RW 08 Kelurahan Ciracas diperoleh dari iuran-iuran warga yang membutuhkan jasa pengelolaan sampah ataupun sumbangan sarana prasarana pendukung pengelolaan sampah dari warga seperti gerobak sampah, bak sampah dan lain-lain.

2.5 Karakteristik Sampah Domestik

Menurut Hadiwiyoto 1983, bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia termasuk kegiatan industri, tetapi bukan yang biologis. Slamet 1996 juga menambahkan, sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Bedasarkan sifat fisik dan kimianya, sampah terdiri dari sampah yang mudah membusuk garbage, sampah yang tidak mudah membusuk refuse, sampah berupa debu, dan sampah yang berbahaya bagi kesehatan B3. Dibandingkan dengan sampah jenis garbage dan refuse, sampah berbahaya yang tergolong Bahan Beracun dan Berbahaya mengharuskan penanganan yang ekstra hati-hati. Hal ini dikarenakan, baik secara jumlah, konsentrasi, sifat kimia, fisika 4 http:en.wikipedia.orgwikiCapital_economics diakses tanggal 16 Maret 2008 dan mikrobiologinya dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas atau menyebabkan penyakit yang non-reversibel ataupun reversibel. Apriadji 1989, mendefinisikan sampah sebagai zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun pabrik sebagai sisa proses industri. Apriadji menggolongkan sampah ke dalam empat kelompok Gambar 1., yaitu meliputi: 1. Human Excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia, meliputi tinja feces dan air kencing urine. 2. Sewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik maupun rumahtangga. 3. Refuse, merupakan bahan sisa proses produksi atau hasil sampingan kegiatan rumahtangga. Refuse inilah yang biasa sehari-hari kita sebut sampah. 4. Industrial waste, merupakan bahan-bahan buangan dari sisa proses industri. Gambar 1. Penggolongan Sampah Menurut Apriadji 1989 Sampah waste Sewage Refuse Industrial SUMBER: Apriadji, 1998. waste Rubbish Garbage Tak lapuk Tak mudah lapuk Tak terbakar Bisa terbakar Human Excreta Sampah atau refuse sendiri bisa dikelompokan ke dalam: 1. Sampah lapuk garbage, contoh sisa sayur, kulit buah dan lain-lain. 2. Sampah tidak lapuk dan sampah tidak mudah lapuk rubbish Sampah golongan ini dibedakan lagi menjadi 2 jenis. Pertama adalah sampah tidak lapuk, yakni sampah yang tidak akan pernah lapuk secara alami, contoh plastik. Golongan kedua adalah sampah tidak mudah lapuk. Sampah tidak mudah lapuk kemudian bisa dibedakan lagi atas sampah tidak mudah lapuk yang bisa terbakar, dan yang tidak bisa terbakar. Penggolongan sampah lainnya adalah menurut Hadiwiyoto 1983, dimana sampah digolongkan menjadi 7 kelompok berdasarkan kriteria masing-masing, yaitu: a. Berdasarkan asalnya sampah digolongkan menjadi sampah dari hasil kegiatan rumahtangga, sampah dari hasil kegiatan industri atau pabrik, sampah dari hasil kegiatan pertanian, sampah dari hasil kegiatan perdagangan, sampah dari hasil pembangunan dan sampah jalan raya b. Berdasarkan komposisinya sampah dibedakan menjadi sampah seragam dan sampah campuran. c. Berdasarkan bentuknya sampah dibedakan menjadi sampah padat, cair, dan gas. d. Berdasarkan lokasinya terdapat sampah dibedakan menjadi sampah kota dan sampah daerah. e. Berdasarkan proses terjadinya sampah dibedakan menjadi sampah alami dan sampah non-alami. f. Berdasarkan sifatnya sampah dibedakan menjadi sampah organik dan sampah non organik. g. Berdasarkan jenisnya sampah dibedakan menjadi sampah makanan, sampah kebun, sampah kertas, sampah plastik, karet, kulit, sampah kain, sampah kayu, sampah logam, sampah gelas dan keramik, sampah berupa abu dan debu. Berdasarkan data tahun 19992000, untuk kota Jakarta komposisi sampah terbagi menjadi: a sampah organik 73,92; b kertas 10,18; c kayu 0,98; d tekstil 1,57; e karet dan kulit sintetis 0,55; f plastik 7,86; g besi 2,04; h kaca 1,75; i baterai 0,29 dan lainnya 0,36, dengan produksi sebesar 25.824 m 3 hari. Dari total produksi sampah tersebut hanya sekitar 21.876 m 3 hari 84,68 yang dapat dibawa ke pembuangan akhir, sisanya tidak terbawa dan tersebar dimana-mana. Penggolongan sampah belum banyak diketahui khalayak umum. Masyarakat biasanya hanya membedakan sampah menjadi sampah organik dan anorganik saja. Hal ini menghambat usaha untuk melakukan pemilahan sampah di tingkat domestik. Padahal proses ini merupakan awalan dari usaha pengelolaan sampah domestik yang baik. Secara kualitas dan kuantitas sampah dipengaruhi oleh berbagai faktor penting Slamet, 1996 yaitu: 1 Jumlah penduduk, dimana jumlah sampah berbanding lurus dengan jumlah penduduk, 2 Keadaan sosial ekonomi, dimana meningkatnya daya beli masyarakat berarti meningkatkan potensi sampah, 3 Kemajuan teknologi, penemuan sebuah teknologi dapat mengurangi atau menambah jumlah sampah.

2.6 Teknologi Pengelolaan Sampah