2.2 Dimensi dan Tiga Pilar Utama Modal Sosial
Modal sosial memiliki empat dimensi. Pertama adalah integrasi integration, yaitu ikatan yang kuat antar anggota keluarga, dan keluarga dengan
tetangga sekitarnya. Kedua adalah pertalian linkage, yaitu ikatan dengan komunitas lain di luar komunitas asal. Contohnya adalah jejaring network dan
asosiasi-asosiasi bersifat kewargaan civic associations yang menembus perbedaan kekerabatan, etnik dan agama. Ketiga adalah integritas organisasional
organizational integrity, yaitu keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian hukum dan
menegakkan peraturan. Keempat adalah sinergi sinergy, yaitu relasi antar pemimpin dan institusi pemerintahan dengan komunitas Nasdian, 2003.
Putnam 1993 dan Coleman 1990 dikutip oleh Harmita 2006 menyatakan bahwa syarat paling penting dalam modal sosial untuk akumulasi dan
demokrasi dalam pekerjaan adalah norma dalam pertukaran dan jaringan dalam masyarakat. Bagi masyarakat, kepercayaan adalah asetmodal penting yang
dikonseptualisasikan sebagai bagian pusat dari modal sosial. Modal sosial mempunyai tiga pilar utama yaitu :
1. Trust kepercayaan
Trust atau kepercayaan bagi sebagian analis sosial disebut sebagai bagian tak terpisahkan dari modal sosial dalam pembangunan yang menjadi “ruh” dari
modal sosial Dharmawan, 2002 dikutip Ariyanti, 2008. Selain itu, menurut Uphoff 2000 dikutip Arianti 2008 dua komponen lagi dalam modal sosial,
yaitu
a. Solidaritas, terdapat norma-norma untuk menolong orang lain, bersama- sama, menutupi biaya bersama untuk keuntungan kelompok. Sikap-sikap
kepatuhan dan kesetiaan terhadap kelompok dan keyakinan bahwa anggota lain akan melaksanakannya.
b. Kerjasama, terdapat norma-norma untuk bekerjasama bukan bekerja sendiri-sendiri. Sikap-sikap kooperatif, keinginan untuk membaktikan diri,
akomodatif, menerima tugas dan penugasan untuk kemaslahatan bersama dan keyakinan bahwa kerjasama akan lebih menguntungkan dan
menguntungkan. Modal sosial mencakup kepercayaan sosial yang mendorong adanya
koordinasi dan komunikasi. Koordinasi dan komunikasi yang terjalin ini akan mempengaruhi terhadap tindakan kolektif yang dilakukan dalam rangka mencapai
keuntungan kolektif juga. Trust melandasi modal sosial dalam terbangunnya ikatan sosial dalam masyarakat.
2. Social Networking jaringan sosial
Jaringan sosial merupakan sebuah hubungan sosial yang terpola atau disebut juga pengorganisasian sosial Calchoun, 1994 dikutip Alfiasari 2004.
Jaringan sosial menggambarkan jaring-jaring hubungan antara sekumpulan orang yang saling terkait secara langsung maupun tidak langsung. Jaringan sosial
terbangun dari komunikasi antar individu yang memfokuskan pada pertukaran informasi sebagai sebuah proses untuk mencapai tindakan bersama, kesepakatan
bersama dan pengertian bersama. Jaringan sosial dilihat dengan menggunakan beberapa ukuran berkaitan
dengan modal sosial Stone dan Hughes, 2002 dikutip Alfiasari, 2004, yaitu :
a. Bentuk dan luas size and extensiveness, misalnya mengenai jumlah hubungan informal yang terdapat dalam sebuah interaksi sosial, jumlah
tetangga mengetahui hubungan pribadi seseorang dalam sebuah sistem sosial dan jumlah kontak kerja.
b. Kerapatan dan ketertutupan density and closure, misalnya dengan seberapa besar sesama anggota keluarga saling mengetahui teman-teman dekatnya,
diantara teman saling mengetahui satu sama lainnya, masyarakat setempat saling mengetahui satu sama lainnya.
c. Keragaman diversity, misalnya dari pencampuran budaya dalam wilayah setempat.
3. Social Norms Norma-norma Sosial Modal sosial memiliki bentuk berupa norma-norma dan sanksi-sanksi
Stighlt, 1999 dikutip oleh Siregar, 2004. Norma masyarakat merupakan elemen penting untuk menjaga agar hubungan sosial dalam suatu sistem sosial
masyarakat dapat terlaksana sesuai dengan yang digarapkan Soekanto, 1982. Meski norma kadang-kadang juga rapuh, hal itu juga modal sosial. Norma-norma
dalam suatu komunitas memberi dukungan dan menyediakan imbalan yang efektif untuk mencapai sesuatu tujuan. Norma memberi rujukan bagi kolektifitas yang
membuat seseorang terdorong sendiri dan bertindak dalam kolektifitas itu. Norma dalam hal ini ditegakkan melalui dukungan, status, dan imbalan lainnya, sehingga
aktor-aktor bekerja untuk kepentingan umum. Meski demikian norma sosial tidak hanya memberi pengarahan bagi tindakan sosial tertentu, tetapi bisa menghambat
yang lainnya Coleman, 1988 dikutip oleh Siregar, 2004.
Secara konseptual ada empat tingkatan norma, dari yang terlemah sampai yang terkuat sanksinya, yaitu: cara usage, kebiasaan folkways, tata kelakukan
mores, dan adat customs
1
.
Tabel 2. Tingkatan Norma Berdasarkan Sanksi Atas Pelanggarnya
Sanksi Tingkatan Norma
Moral Masyarakat
Cara usage Tidak pantas
Dianggap janggal
Kebiasaan folkways Malu Dicela
Tata-kelakuan mores Bersalah Dihukum
Adat Customs Berdosa Dikeluarkan SUMBER: Tim Editor Sosiologi Umum Intitut Pertanian Bogor, 2003
Kontrol sosial social control terutama bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat
2
. Suatu sistem kontrol sosial bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui
keserasian antara kepastian dengan keadilankesebandingan. Berdasarkan sifatnya kontrol sosial dapat berupa upaya-upaya preventive
atau represive, atau keduanya
3
. Upaya preventive merupakan pencegahan terhadap terjadinya gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan
keadilan, dan usaha represive bertujuan mengembalikan keserasian yang pernah mengalami gangguan. Suatu proses kontrol sosial dapat dilaksanakan dengan
pelbagai cara, tanpa kekerasanpaksaan persuasive ataupun dengan kekerasanpaksaan coersive.
1
Tim Editor Sosiologi Umum Institut Pertanian Bogor. 2003. Sosiologi Umum. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
2
Ibid.
3
Ibid.
2.3 Modal Ekonomi