Hipotesis yang Diajukan KERANGKA PEMIKIRAN LANDASAN IDEOLOGI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
pada kebutuhan untuk bersinergi, bertransaksi, timbulnya konflik ataupun untuk akomodasi dan berkolaborasi yang sangat penting bagi perkembangan setiap
koperasi.
4 Kinerja Kelembagaan atau Institusi
Kelembagaan atau Institution merupakan tata aturan atau norma-norma
yang hidup dan dipelihara oleh suatu komunitas Hayami, 2001. Karena I
merupakan tata aturan yang hidup, maka di dalamnya memuat sanksi-sanksi yang mengikat para warganya. Aturan tersebut dapat berupa konvensi yang tidak
tertulis maupun yang tertulis seperti produk hukum formal dan sebagainya. Namun demikian dunia ini tidak pernah absen dari para pemburu rente
free rider sehingga tidak setiap tata aturan ataupun norma yang ada tersebut efektif dalam
mengikat para warganya. Banyak sekali mungkin aturan yang disepakati dan diberlakukan, tetapi banyak pula yang melanggar. Artinya institusi tersebut
belum tentu efektif. Keefektivam I akan sangat menjadi penentu perkembangan
ekonomi wilayah. Sehubungan itu maka dalam penelitian ini kinerja atau keefektivan
I diproksi dengan intensitas kejahatan [KJ], kerapatan tempat ibadah [IBD],
banyaknya atau kerapatan organisasi kemasyarakatan [ORG], dan kerapatan jumlah relawan. Bila di suatu wilayah banyak kejahatan itu berarti institusi-
institusi yang ada tidak efektif, dan tentunya tidak akan banyak orang yang mau datang ke wilayah tersebut apalagi untuk melakukan investasi karena keamanan
yang tidak terjamin. Namun tempat ibadah [IBD] merupakan suatu ruang publik public sphere tempat masyarakat untuk bertemu, berkumpul, membangun
pemahaman bersama mutual understanding, bermusyawarah, bertansaksi
berbagai ide dan gagasan, membangun pengetahuan dan sekaligus tempat untuk membangun moral atau
moral code formation Hayami, 2001 yang kemudian dapat saling menghargai
property right, membentuk jejaring, membangun trust dan akhir membangkitkan berbagi ide kreatif yang dapat bermuara pada transaksi-
transaksi yang bermotifkan ekonomi. Proses-proses semacam ini juga dapat melahirkan perkembang organisasi sosial kemasyarakatan [ORG].
Demikian pula dengan [RLW], yang menggambarkan suatu fihak yang mencari kepuasan diri melalui aktualisasi sifat
altruism, menekan sifat egoism maupun aktualisasi jiwa filantropia. Dengan makin besarnya [RLW] di suatu
wilayah berarti telah terjadi akumulasi norma-norma yang kuat, yang berarti pula dapat diharapkan telah terjadi peningkatan keefektivan
I. Karena itu juga dapat diharapkan berelasi secara positif terhadap kinerja perkembangan perekonomian
wilayah. Lebih lanjut proksi-proksi tersebut juga dibedakan antara yang berekembang di subwilayah hulu [HU] dengan di hilir, agar dapat mengangkap
pengaruh perbedaan kondisi biofisik wilayah tersebut seperti yang telah diuraikan dalam mempengaruhi kinerja
L tersebut.
5 Kinerja Kewirausahaan atau Entreperenurship
Wirausahawan atau Entrepreneur adalah orang yang mampu melihat
suatu peluang baru untuk memperoleh suatu keuntungan di pasar Kitzner, 1976 dikutip Hien, 2010. Dalam konteks penelitian ini kinerja
E diproksi dengan kerapatan industri kecil [IKC] dan industri besar-sedang [IBS]. Pilihan ini selain
dimaksudkan sebagai proksi bagi agen pembaharu atau inovator, kerapatan industri diharapkan juga dapat menjadi penjelas bagi perkembangan proses
transformasi struktural perekonomian di Provinsi Lampung. Digunakan dikotomi antara [IKC] terhadap [IBS] dimaksudkan untuk menangkap peran atau kontribusi
masing-masing kelompok industri tersebut dalam perkembangan atau proses transformasi struktural perekonoman wilayah ini. Kecuali itu pembedaan tersebut
penting berkaitan dengan perbedaannya dalam skala usaha, daya serap tenaga kerja, akses terhadap permodalan maupun akses terhadap kekuatan sosial politik
lainnya. Mengingat kinerja
E sangat dipengaruhi oleh keefektivan I maupun kekuatann
L maka dalam penelitian ini juga dipisahkan menurut subwilayah hulu aupunn hilir. Dengan begitu maka pengaruh biofisik wilayah terhadap kinerja
I maupu
L akhirnya juga akan bermuara pada kinerja E. Dengan begitu pula peranan fiskal dari Pemerintah Provinsi Lampung juga dapat diguanakan untuk
stimulus perkembangan E melalui penguatan kinerja I maupun L.
Gambar 18. Rancangan Praksis Pembangunan Wilayah Provinsi Lampung
Masalah Stagnasi Kinerja Pembangunan Ekonomi
Wilayah
Kinerja dari:
Resource Endowment: Tutupan Hutan Rakyat [HR]
Hutan Negara [HN] Market Tapping: Kerapatan
Akses Jalan [JL]
Kinerja Faktor Endogen Pertumbuhan Ekonomi Wilayah:
Leaderships: Kerapatan Jumlah Koperasi [KOP]
Institution: Kerapatan Tempat Ibadah [IBD], Intensitas Kejahatan [KJ],
Ormas [ORG], dan Relawan [RLW]
Persamaan V Persamaan I sampai IV
Pertumbuhan PendapatanKapita Sektor
Pertanian [G_INCP_AGR]
Entreprenuership: Kerapatan
Industri Kecil [IKC] Industri Besar- Sedang [IBS]
Persamaan VI
Pertumbuhan Pangsa Sektor Industri [G_IND_SH]
Persamaan VII
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah [G_ECONM]
Persamaan VIII
Nilai Tukar Petani [NTP]
Persamaan IX Kinerja Human
Development Index [HDI]