BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Berdasarkan judul yang digunakan oleh penulis yaitu representasi alam tumbuhan pada etnis Tionghoa, maka penulis akan melakukan penelitian dengan
teori semiotika dan teori fungsionalis. Teori semiotika digunakan untuk menganalisis simbol-simbol yang ada sedangkan teori fungsionalis akan
diguankan untuk menganalisis fungsi dari keenam jenis tumbuhan yang telah diuraikan sebelumnya bagi etnis Tionghoa. Metode penelitian yang akan dipakai
dalam penulisan ini adalah metode deskriptif denagn pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu objek, baik
berupa nilai-nilai budaya manusia, sistem pemikiran filsafat, nilai-nilai etika, nilai karya seni sekelompok peristiwa atau objek budaya lainnya. Tujuan dari
penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, lukisan atau gambaran secara sistematis dan objektif mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat, ciri-ciri serta hubungan diantara unsur-unsur yang ada atau suatu fenomena tertentu dalam penelitian budaya.
Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental begantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya
dan berhubungan dengan masyarakat tersebut melalui bahasanya serta peristilahan Kirk Miller,1986. Penelitian kualitatif disebut juga penelitian ‘naturalistik’
atau alamiah, ‘etnografi’, ‘interasionis simbolik’, ‘perspektif kedalam’, ‘etnometodologi’, ‘fenomologis’, ‘studi kasus’, ‘interpretatif’, ‘ekologis’, dan
‘deskriptif’ Bogdan Biskin,1982:3; dan Moleong,1989. Dalam hal ini penelitian kualitatif akan digunakan untuk menggambarkan dan menganalisa
keadaan dan status fenomena secara sistematis dan akurat mengenai fakta dari
representasi alam tumbuhan pada etnis Tionghoa.
Teori fungsionalis menurut Mallinowsky adalah mengajarkan kita tentang kepentingan relatif dari berbagai kebiasaan yang beragam-ragam itu; bagaimana
kebiasaan-kebiasaan itu tergantung satu dengan yang lainnya. Semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. Dengan kata
lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan. Setiap kepercayaan dan sikap
yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam suatu unsure kebudayaan bersangkutan. Menurut
malinowsky fungsi dari suatu unsur budaya adalah kemampuan untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan
dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Kebutuhan pokok adalah seperti makanan, reproduksi melahirkan keturunan, merasa enak
badan bodily comfort , keamanan , kesantaian, gerak dn pertumbuhan.
Malinowsky percaya, bahwa pendekatan yang fungsional mempunyai suatu nilai praktis yang penting. Pengertian akan hal tersebut diatas dapat dimanfaatkan
oleh mereka yang bergaul dengan masyarakat primitif. Teori fungsionalisme dapat secara bermanfaat diterapkan dalam analisa mekanisme-mekanisme kebudayaan-
kebudayaan secara tersendiri , namun teori ini tidak mengemukakan dalil-dalil sendiri untuk menerangkan mengapa kebudayaan yang berbeda-beda memiliki
unsure-unsur budaya yang berbeda dan mengapa terjadi perubahan dalam kebudayaan.
3.2 Tekhnik Pengumpulan Data