Fungsi Dan Makna Alam Tumbuhan Dalam Kehidupan Etnis Tionghoa.

(1)

FUNG

GSI DAN

KEH

PR

UN

N MAKN

HIDUPA

D

ELFI

ROGRAM

FAKUL

NIVERSIT

NA ALA

AN ETN

Skrip

Disusun O

INA SEM

070710

M STUDI

LTAS ILM

TAS SUM

MEDA

2011

AM TUM

NIS TION

psi

Oleh :

MBIRING

0030

I SASTRA

MU BUDA

MATERA

AN

1

MBUHAN

NGHOA

G

A CINA

AYA

UTARA

N DALA

A

AM


(2)

Skripsi ini Utara untuk

Pem

Dra. Nur ca NIP

BENTUK

DALA

diajukan kep k melengkap mbimbing I ahaya Bangu

K, FUNG

AM KEHI

pada Panitia pi salah satu s

un, M.Si

Unive Fa Progra

GSI DAN M

IDUPAN

SKRIP Ujian Fakult syarat ujian Oleh: Elfina Sem 0707100 ersitas Sum akultas Ilmu am Studi S-1

Meda 2011

MAKNA

ETNIS T

SI

tas Ilmu Bud Sarjana dalam : mbiring 030 Dr matera Utara u Budaya

1 Sastra Cin n

TUMBUH

TIONGHO

daya universi m Bidang Ilm

Pemb

r. M. Takari M NIP a na

HAN

OA

itas Sumater mu Sastra Ci

bimbing II

M,Si.

a ina.


(3)

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina

Pada : Pukul 8.30 – 11.30 wib Tanggal : 17 Juni 2011

Hari : Jumat

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. H. Syahron Lubis, M.A NIP: 196201161987031003

Panitia Ujian

No

Tanda Tangan

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A ( )

Dra. Nur cahaya Bangun, M.Si ( )

Liu Jingfeng, M.A. ( )


(4)

Wu Qiaoping, M.A. ( )

Abstract

The background of this research is because Chinese people

trust about function, form and meaning of some plant species in the

life of the Chinese people. The paper which is entitled "Bentuk,

Fungsi dan Makna Tumbuhan dalam Kehidupan Etnis Tionghoa" is

talking about the concept of function, culture, plants and Chinese

society. The writer in this paper limit the scope of the discussion only

on the six types of plants are bamboo, pine, Meihua flower, lotus

flowers, orchids and chrysanthemums. In chapter 3, the writer talk

about the research methodology and method used is descriptive

research method. The writer used theory of functionalism and theory

of semiotic. Theory of functionalism is used to find out the function of

the six types of plants in life of chiness people, theory of semiotic is

used to analyze the meaning and the symbol of the six types of plants.

As the results of the research it is found that all six types of plants

have different functions in life of Chiness people, and then the

meaning of the six species of plants are different each other.

Key words:

bamboo, pine, meihua flower, lotus flowers, orchids,


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sumber segala hikmat dan pengetahuan, karena berkat karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul, “Fungsi Dan Makna Alam Tumbuhan Dalam Kehidupan Etnis Tionghoa”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penyelesaian studi Program Sarjana Sastra China Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penulisan skripsi ini, peneliti banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis.,M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. T. Thyraya Zein, M.A selaku Ketua Jurusan Program Studi

Sastra China Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi

Sastra China Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah demikian besar memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan banyak penggarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak Dr.M. Takari M,Si selaku Dosen Pembimbing II yang begitu


(6)

5. Liu Jin Feng laoshi yang begitu banyak memberi masukan dan arahan yang bermanfaat

6. Wu Qiao Ping laoshi yang begitu banyak memberi masukan dan

arahan yang bermanfaat

7. Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Sastra China Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan.

8. Teristimewa kepada Orang tua, Ayah Balai Sembiring dan Ibu

Tercinta Rahmawati Sirait yang senantiasa melimpahkan kasih sayang dan doa restu serta bantuan moril maupun material kepada peneliti.

9. Teman-teman seperjuangan (Suci Anggeriani, Anita Purba,

Nurmasari, Ayu Khairunisa, Hade Ririn, Eni) . Terima kasih kerjasamanya selama ini dan kenangan indah yang kita lalui bersama.

10. Seluruh Mahasiswa Sastra Universitas Sumatera Utara yang tak dapat saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas dukungannya.

11. Semua keluarga besar peneliti yang telah melimpahkan kasih

sayangnya.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011 peneliti,

ELFINASEMBIRING


(7)

DAFTAR ISI

HAL

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 3

1.2 Pembatasan Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka ... 11

2.2 Konsep ... 12

2.2.1 Alam Tumbuhan ... 13

2.2.2 Makna ... 14

2.2.3 Fungsi ... 16

2.2.4 Etnis Tionghoa ... 16

2.3 Landasan Teori ... 16

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 22


(8)

3.2 Sumber Data ... 24

3.3 Tekhnik Pengumpulan Data ... 25

3.4 Tekhnik Analisis Data ... 25

BAB IV. PEMBAHASAN 4.1 Fungsi Alam Tumbuhan dalam Kehidupan Etnis Tionghoa 4.1.1 Fungsi Bambu ... 26

4.1.2 Fungsi Pinus ... 28

4.1.3 Fungsi Bunga MeiHua ... 29

4.1.4 Fungsi Bunga Lotus ... 29

4.1.5 Fungsi Bunga Anggrek ... 31

4.1.6 Fungsi Bunga Krisan ... 31

4.2 Makna Alam Tumbuhan dalam Kehidupan Etnis Tionghoa 4.2.1 Makna Bambu ... 32

4.2.2 Makna Pinus ... 38

4.2.3 Makna Bunga Meihua ... 41

4.2.4 Makna Bunga Lotus ... 45

4.2.5 Makna Bunga Anggrek ... 48

4.2.6 Makna Bunga Krisan ... 50 BAB V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK


(9)

Wu Qiaoping, M.A. ( )

Abstract

The background of this research is because Chinese people

trust about function, form and meaning of some plant species in the

life of the Chinese people. The paper which is entitled "Bentuk,

Fungsi dan Makna Tumbuhan dalam Kehidupan Etnis Tionghoa" is

talking about the concept of function, culture, plants and Chinese

society. The writer in this paper limit the scope of the discussion only

on the six types of plants are bamboo, pine, Meihua flower, lotus

flowers, orchids and chrysanthemums. In chapter 3, the writer talk

about the research methodology and method used is descriptive

research method. The writer used theory of functionalism and theory

of semiotic. Theory of functionalism is used to find out the function of

the six types of plants in life of chiness people, theory of semiotic is

used to analyze the meaning and the symbol of the six types of plants.

As the results of the research it is found that all six types of plants

have different functions in life of Chiness people, and then the

meaning of the six species of plants are different each other.

Key words:

bamboo, pine, meihua flower, lotus flowers, orchids,


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Tumbuhan merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang ada di alam semesta. Dari beberapa sumber jurnal yang didapat oleh penulis dari internet, defenisi tumbuhan secara umum adalah organisme yang dapat mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik atau dengan kata lain tumbuhan adalah jenis makhluk hidup yang dapat mengolah makanannya sendiri dengan bantuan energi sinar matahari (fotosintesis).

Karakteristik tumbuhan antara lain: tumbuhan liar, tumbuhan budidaya, tumbuhan makanan pokok, tumbuhan makanan sekunder, tumbuhan perangsang, tumbuhan sayuran, tumbuhan buah-buahan, tumbuhan ornamen, tumbuhan obat-obatan dan seterusnya. Yang diklasifikasikan lagi secara sempit menjadi tumbuhan jenis pohon-pohonan, tumbuhan jenis bunga-bungan, tumbuhan semak perdu, tumbuhan lumut dan seterusnya.

Atharvaveda (tritib, 2001) mengatakan, tumbuhan memiliki semua sifat-sifat kebaikan dan tumbuhan adalah juruselamat kemanusiaan. Jika manusia menghancurkan tumbuh-tumbuhan dalam formasi hutan, maka ia menghancurkan “penjagaaan kemanusiaan” siapapun, apakah manusia maupun hewan akan hidup selamat dan sejahtera dibumi kalau kebersihan atmosfir terpelihara dengan segala cara.


(11)

Masyarakat tradisional diberbagai belahan bumi memiki kepercayaan yang kuat terhadap tumbuhan sebagai sumber kehidupan. Berbagai macam jasa tumbuhan untuk menunjang kehidupan manusia sehari-hari antara lain sebagai bahan makanan, bahan sandang, bahan obat-obatan, bahan pewarna baik itu pewarnaan makanan maupun pewarnaan tekstil, bahkan tum buhan juga digunakan untuk menjadi pelengkap dari upacara adat istiadat yang merupakan elemen penunjang dasar kehidupan kebudayaan manusia mulai dari awal sejarah.

Semua kelompok masyarakat atau etnis sesuai dengan karakter wilayah dan adat mereka masing-masing memiliki ketergantungan terhadap tumbuhan, paling tidak diguanakan untuk menjadi sumber pangan. Dalam kehidupan moderen telah dikenal lebih dari seratu jenis tumbuhan untuk sumber makanan, tetapi sebenarnya telah dipergunakan ribuan jenis tumbuhan diberbagai belahan bumi oleh berbagai etnik. Keterkaitan budaya suatu etnis dengan sumber daya tumbuhan dilingkungannya memiki kaitan secara langsung ataupun secara tidak langsung. Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya persepsi dan konsep budaya suatu kelompok etnis dalam mengatur sistem pengetahuan anggotanya kelompok etnis tersebut dalam menghadapi dan memperlakukan tumbuhan dalam lingkungan hidup sehari-hari. Keberadaan manusia dan kebudayaan tidak mungkin sempurna tanpa kehadiran tumbuhan. Tidaklah berlebihan bagi manusia untuk menyatakan rasa hormat terhadap tumbuhan, karena manusia telah mendapat jasa yang luar biasa dari tumbuhan.

Salah satu jenis tumbuhan yang juga yang memiliki manfaat bagi manusia adalah bunga. Bunga atau kembang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sampai saat ini ungkapan kasih sayang identik dengan


(12)

yang namanya “bunga’. Selain harum dan indah, bunga juga bisa menjadi simbol dari sebuah kasih saying.

Berbagai macam manfaat bunga telah dirasakan oleh manusia. Seperti untuk mandi aroma terapi dengan bunga yang dapat merelaksasikan pikiran. Bunga juga biasa digunakan dalam berbagai upacara seperti pernikahan,kelahiran, selamatan bahkan kematian. Sampai saat ini ungkapan kasih sayang identik dengan yang namanya “bunga’. Selain harum dan indah, bunga juga bisa menjadi simbol dari sebuah kasih sayang.

Begitu banyak manfaat bunga sehingga tanpa disadari beberapa macam bunga memiliki makna filosofis tersendiri untuk masing-masing etnis yang ada diseluruh belahan dunia. Misalnya seperti pada etnis Tionghoa ada beberapa jenis bunga-bungaan yang memiliki makna dan nilai filosofis bahkan menjadi simbol didalam kebudayaan mereka, salah satunya adalah bunga meihua (plum blossom). Meihua adalah bunga yang berasal dari negeri Cina, karena keindahannya maka negara Cina menjadikannya sebagai bunga nasional. Bunga meihua dianggap sebagai lambang kebahagiaaan, keuletan, dan kesejahteraan. Bunga meihua juga bias dipakai sebgai dekorasi pada saat perayaan imlek, namun biasanya bunga meihua yang digunakan sebagai dekorasi adalah imitasi atau plastik. Bunga meihua sebenarnya adalah jenis bunga yang mampu bertahan hidup dan berkembang disegala musim, baik musim dingin maupun musim panas. Meihua memiliki betuk dan ukuran yang kecil dengan warna merah muda dan sedikit kombinasi warna putih. Sekilas bunga ini tampak seperti bunga sakura, yang membedakannya adalah jika bunga sakura biasanya tumbuh bergeromol disatu ranting pohon namun bunga meihua tumbuh berjarak dari bunga yang satu dengan


(13)

bunga yang lain disatu ranting. Selain bunga meihua, ada juga beberapa bunga lain yang memiliki makna dan nilai filosofis pada etnis Tionghoa seperti bunga lotus, dimana bunga lotus dianggap sebagai lambang kesucian, kemurnian, dan kesempurnaan kemudian juga bunga krisan (seruni) yang dianggap sebagai lambang kehormatan dan kemakmuran. Warna putih atau terang pada bunga krisan (seruni) melambangkan keabadian, hal ini berhubungan dengan para pertapa digunung yang hidupnya bergantung dari ramuan bunga krisan (Marcus, 2003:255).

Seperti halnya bunga, pohon juga merupakan jenis tumbuhan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Pada umumnya pohon digunakan sebagai bahan untuk memenuhi kebutuhan sandang bagi manusia. Namun selain bermanfaat secara fisik, beberapa jenis pohon juga digunakan sebagai falsafah hidup suatu etnis atau golongan. Seperti pohon pinus dalam kebudayaan etnis Tionghoa yang dianggap sebagai lambang dari panjang umur dan keuletan, ini dikarenakan pohon pinus mampu bertahan hidup dalam segala musim, bahkan dalam musim paling dingin sekalipun, seperti dimusim salju pohon pinus tetap bisa mennujukkan warna daunnya yang berwarna. Selain bagi etnis Tionghoa, pinus juga memiliki nilai falsafah bagi masyarakat Korea dan Jepang. Bagi masyarakat Korea, pinus merupakan lambang dari kasih sayang dan cinta kasih. Sedangkan bagi masyarakat Jepang, pinus merupakan perlambang keberuntungan. Di setiap awal tahun tahun baru mereka biasanya meletakkan hiasan (kadomatsu) hasil perpaduan antara ranting daun pinus dan potongan bambu di depan pintu rumah atau kantornya. Kadomatsu dimaksudkan sebagai tempat menginap dewa selama tahun baru, dengan harapan penghuni


(14)

rumah/kantor tersebut akan memperoleh keberuntungan selama tahun itu. Bagi orang Jepang, hijaunya daun pinus di setiap musim dijadikan sebagai alat bantu untuk menciptakan ketenangan saat mereka melakukan meditasi

Selain pinus, bambu juga merupakan jenis tumbuhan yang memiliki nilai filosofis bagi etnis Tionghoa, hampir sama dengan pinus, bambu merupakan simbol dari keuletan karena pohon bambu juga merupakan jenis tumbuhan yang mampu bertahan hidup dalam segala kondisi dan iklim, tanpa mengalami kering dan rontok, daunnya tetap hijau sepanjang tahun. Selain simbol dari keuletan, bambu juga simbol dari kesucian dan keabadian (Marcus, 2003:89).

Selain etnis Tionghoa, sebenarnya berbagai etnis lain diseluruh belahan dunia juga memiliki persepsi mereka sendiri dalam menilai secara filosofis terhadap berbagai jenis tumbuhan dan merepresentasikan tumbuhan tersebut dalam kehidupan sehari-hari bahkan menjadikannya sebagi salah satu unsur budaya. Namun penulis dalam penulisan ini akan membahas mengenai nilai dan makna tumbuhan dalam ruang lingkup etnis Tionghoa dengan judul “Fungsi Dan Makna Alam Tumbuhan Dalam Kehidupan Etnis Tionghoa”. Latar belakang permasalah yang menjadi alasan didalam penulisan adalah karena pada etnis Tionghoa dikenal ada beberapa jenis tumbuhan yang memiliki makna dan nilai filosofis tersendiri bagi mereka. Dari sekian banyak jenis tumbuhan yang memiliki nilai dan makna tersebut, penulis didalam penulisan ini ingin membahas 6 jenis tumbuhan yang terdiri dari 2 jenis pohon pohonan dan 4 jenis bunga-bungaan yaitu bambu, pinus, bunga meihua (plum blossom), bunga lotus, bunga anggrek dan bunga krisan (seruni). Hal ini dikarenakan keenam jenis tumbuhan tersebut memiliki nilai dan makna filosofis yang baik dalam kehidupan


(15)

etnis Tionghoa sehari-hari, bahkan mereka menjadikan keenam jenis tumbuhan tersebut menjadi simbol dalam kebudayaan mereka. Oleh karena alasan tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian terhadap keenam jenis tumbuhan tersebut dengan maksud ingin memperjelas lagi bagaimana sebenarnya etnis Tionghoa dalam memaknai dan menilai keenam jenis tumbuhan tersebut, kemudian seperti apa pula etnis Tionghoa merepresentasikan keenam jenis tumbuhan tersebut didalam kehidupan mereka sehari-hari dan menjadikannya sebagai bagian dari kebudayaan mereka.

1.2 Pembatasan Masalah

Penulis akan membatasi penulisan hanya pada jenis dan makna dari dua jenis pohon-pohonan dan empat jenis bunga-bungaan yang identik pada etnis Tionghoa, yaitu : bambu, pinus, bunga meihua (plum blossom), bunga lotus, bunga anggrek dan bunga krisan (seruni). Alasan penulis membatasi penulisan hanya pada dua jenis pohon dan empat jenis bunga-bungaan tersebut adalah dikarenakan keenam jenis tumbuhan tersebut tidak hanya merupakan jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai simbol untuk hal-hal yang baik dalam kehidupan etnis Tinghoa tetapi juga memiliki makna dan nilai filosofis yang baik bagi etnis Tionghoa.


(16)

Dalam merepresentasikan alam, etnis Tionghoa memiliki filosofinya sendiri terhadap beberapa jenis pohon dan bunga. Berkaitan dengan hal tersebut maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Bagaimana fungsi keenam jenis tumbuhan tersebut bagi etnis Tionghoa? 2. Bagaimana makna dari tumbuhan-tumbuhan tersebut bagi etnis

Tionghoa?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui fungsi dari keenam jenis tumbuhan tersebut bagi etnis Tionghoa.

2. Untuk mengetahui makna apa yang terdapat pada masing-masing jenis tumbuhan tersebut bagi etnis Tionghoa.

1.4.2 Tujuan umum:

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program Strata 1 pada Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra China.

2. Untuk mengaplikasikan ilmu dan menambah pengetahuan tentang kebudayaa etnis Tionghoa, yang telah diperoleh oleh penulis selama diperkuliahan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan penelitian ini bisa memberi wawasan baru kepada para pembaca untuk lebih bisa menghargai dan memaknai tumbuhan sebagai


(17)

makhluk hidup. Serta penelitian ini daiharapakan bisa bermanfaat yang turut memberi kontribusi dalam melestarikan tumbuh-tumbuhan.

2.Manfaat praktis

1. Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat unruk menjadi bahan referensi bagi penelitan-penelitian yang berkaitan selanjutnya.

2. Penelitian ini bisa diharapkan bisa bermanfaat untuk memberi sumbagan pemikiran bagi pengembangan ilmu budaya, khususnya mengenai kebudayaan etnis Tionghoa dalam hal memaknai secara filosofis dari beberapa jenis pohon dan bunga yang identik dengan etnis Tionghoa.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN

TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut Alwi, dkk(2003:912) tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki atau mempelajari). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon. Secara etimologis, simbol berasal dari kata Yunani ”sym-ballein” yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide (Hartoko dan Rahmanto, 1998 : 133). Ada pula yang menyebutkan symbolos, yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang (Herusatoto, 2000 : 10).

Penelitian mengenai simbol-simbol dan tanda-tanda verba dalam kehidupan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya diantaranya Sryana (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Simbol Ulos Sebagai Representasi Identitas Batak Toba”. Dalam skripsi tersebut, Sryana membahas makna-makna yang terkandung didalam ulos Batak Toba. Selain membahas makna–makna yang terkandung dalam ulos Batak Toba, skripsi tersebut juga membahas fungsi yang mampu diberikan ulos sebagai hasil karya kebudayaan Batak Toba.

Mulyana (2003:77) mendeskripsikan simbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari manusia. Respon manusia terhadap simbol itu adalah dalam pengertian makna dan nilainya. Suatu simbol disebut siginifikan atau memiliki makna apabila simbol itu membangkitkan pada individu yang menyampaikan respon yang sama seperti yang juga akan muncul pada


(19)

individu yang dituju. Poerwadarminta (1989:490) mengatakan bahwa simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal atau yng mengandung maksud tertentu. Misalnya warna putih merupakan simbol kesucian.

Whitehead (dalam dilistone, 2001:18) mengatakan bahwa simbol berfungsi apabila beberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan, mengenai komponen-komponen lain dalam pengalamannya. Perangkat komponen terdahulu adalh simbol-simbol dan perangkat komponen demikian membentuk makna simbolik. Keberfungsian organis yang menyebabkan adanya peralihan simbol kepada maknaitu akan disebut referensi.

Pendapat Saussure (dalam sobur, 2004:46) tentang simbol adalah jenis tanda yang mempunyai hubungan antara penandan dan petanda seakan-akan bersifat arbitner. Seperti simbol tato sebagai petanda yang merupakan aspek material, yaitu bunyi atau coretan yang bermakna. Sedangkan petanda adalah aspek mental, pikiran atau konsep dari identitas simbol tato itu sendiri. Penada dan petanda merupakan satu kesatuan seperti dua sisi helai kertas. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan sebaliknya suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda.

Konsep Peirce (sobur, 2004:156) tentang simbol diartikan sebagai tanda yang mengacu pada objek tertentu diluar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol dengan sesuatu yang ditandakan dengan adanya sifat yang konvensional. Berdasarkan konvensi itu juga masyarakat pemakaiannya menafsirkan ciri dan hubungan antar simbol dengan objek yang diacu dan maknanya. Berger (2000:23) berpendapat bahwa salah satu karakteristik dari simbol adalah bahwa simbol tidak


(20)

pernah benar-benar menghasilkan makna baru dalam setiap konteks yang berbeda. Hal ini bukannya tidak beralasan karena ada ketidaksempurnaan ikatan alamiah antara penanda dan petanda seperti simbol keadilan yang berupa sebuah timbangan tidak dapat digantikan oleh identitas lainnya seperti kendaraan atau kereta.

2.2 Konsep

Woodruff (admin,1987) menjelaskan pengertian konsep menjadi 3 yaitu: 1. Konsep dapat didefenisikan sebagai suatu gagasan atau ide yang relative

sempurna dan bermakna.

2. Konsep merupakn suatu pengertian tentang suatu objek.

3. Konsep adalah produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda tertentu melalui pengalamannya (setelah melalui persepsi terhadap objek atau benda).

Selain itu, konsep dapat diartikan sebagai abstrak dimana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam eksistensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik .

Pengertian konsep sendiri adalah universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap eksistensinya. Konsep juga diartikan sebagai pembawa arti. Konsep bisa dinyatakan dengan ‘hund’ dalam bahasa Jerman, ‘chien’ dalam bahasa Prancis, ‘perro’ dalam bahasa Spanyol. Konsep merupakan peta perencanaan untuk masa depan sehinnga bisa dijadikan pedoman dalam melangkah kedepan. Konsep biasanya dipakai untuk mendekripsikan dunia empiris yang diamati oleh peneliti, baik merupakan gejala sosial tertentu yang sifatnya abstrak. Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep yaitu, konsep alam tumbuhan, konsep makna filosofis, konsep etnis Tionghoa.


(21)

2.2.1 Alam Tumbuhan

Berdasarkan dari beberapa sumber data yang ditemukan oleh penulis maka tumbuhan secara umum adalah jenis makhluk hidup yang mampu mengolah senyawa anorganik menjadi organik atau dengan kata lain tumbuhan adalah jenis makhluk hidup yang memiliki kemampuan untuk mengolah makanannya sendiri dengan bantuan energi matahari atau dalam bahasa ilmiahnya disebut fotosintesis. Dengan demikian alam tumbuhan secara umum dapat disimpulkan sebagai kumpulan segala jenis makhluk hidup yang mampu melakukan fotosintesis yang terdiri dari beberapa klasifikasi golongan, yang diantaranya adalah klasifikasi golongan pohon-pohonan dan bunga-bungaan.

2.2.2 Makna Filosofis

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna selalu menyatu dengan tuturan kata-kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Pateda, 2001:82) mengemukakakn bahwa makna adalah hubungan antara makna dan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure (dalam Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Dalam kamus linguistik, pengertian makna dapat dijabarkan menjadi :

1. Maksud pembicara.

2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia .

3. Hubungan antara kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkan .


(22)

4. Cara menggunakan lambang- lambang bahasa ( Harimurti, 2001:132). Bloomfied (Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur penting situasi dimana si penutur mengujarkannya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.

Dari pengertian para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakaian bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

Makna filosofis, secara epistimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani philosofia, yang terdiri dari kata philos yang berarti kesukaan dan kecintaan terhadap sesuatu, Sophia yang berarti kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta yang mendalam terhadap kearifan dan kebijasanaan. Dan dapat pula diartikan sebagai sikap atau pandangan yang memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Menurut Harold, secara sempit filsafat dapat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi, dalam arti luas filsafat mencoba mengintegerasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komperehensikan tentang alam semesta, hidup dan makna hidup. Sebenarnya pengertian filsafat cukup beragam. Titus et.al (dalam Muntasyir dan Munir, 2003:3) memberikan klasifikasi pengertian tentang filsafat seabagi berikut:


(23)

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).

2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sanag kita junjung tinggi (arti formal).

3. Fisafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk mengkombinasikan hasil dari bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam (arti spekulatif).

4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dari konsep . corak filsafat yang demikian dinamakan logosentris.

5. Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung mendapat perhatian dari manusia yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa makna filosofis adalah hasil dari konsep pemikiran manusia dalam menilai suatu objek tertentu secara arif dan bijaksana.

2.2.3 Fungsi

Fungsi adalah, istilah fungsi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan ilmiah sering digunakan dalam arti yang berbeda. Fungsi dapat diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan yang dilakukan. Dalam kamus besar Indonesia salah satu pengertian fungsi adalah kegunaan suatu hal. Jadi bisa diartikan sebgai hubungan kegunaan sesuatu hal dengan sesuatu tujuan tertentu

2.2.4 Etnis Tionghoa

Tionghoa (dialek Hokkien dari kata 中 华 [中 華], yang berarti Bangsa

Tengah; dalam bahasa mandarin ejaan pinyin, kata ini dibaca "zhonghua") merupakan sebutan lain untuk orang-orang dari suku atau ras Cina di Indonesia. Kata ini dalam bahasa Indonesia sering dipakai untuk menggantikan kata "Cina" yang kini memiliki konotasi negatif karena sering digunakan dalam nada merendahkan. Kata ini juga dapat merujuk kepada orang-orang keturunan Cina yang tinggal di luar Republik Rakyat Cina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Taiwan.


(24)

Terdapat banyak mitologi dan cerita tentang asal-mula kebudayaan Tionghoa serta tokoh legendarisnya seperti Kaisar Kuning (Huang Ti) yang membuat senjata dari batu giok, istrinya memperkenalkan cara pemeliharaan ulat sutera, dan Yu terkenal karena berhasil mengatasi banjir-banjir besar. Menurut cerita, Yu mendirikan dinasti Tiongkok yang pertama, yaitu dinasti Hsia yang berkuasa dari kira-kira abad ke-21 sampai abad ke-17 S.M. Dinasti Hsia ini kemudian diganti oleh dinasti Shang yang berkuasa sampai abad ke-11 S.M., dan dinasti Shang merupakan dinasti Cina historis yang pertama karena ada tulisan, perunggu dan tulang-tulang ramalan yang secara ilmiah telah ditentukan berasal dari periode ini (Lie Tek Tjeng, 1977: 270-274).

Budaya dan kepercayaan Cina kuno seperti juga masyarakat di lingkungan Asia dan Pasifik lainnya berawal dari animisme, kepercayaan yang beranggapan tiap benda atau mahluk memiliki jiwa. Baik bebatuan, tumbuhan, hewan,arwah leluhur, gejala alami dst. Timbulah tokoh mitologi naga, topeng roh jahat, yang mirip dengan totemisme bagimasing masing suku. Kemudian (500BC) muncul ajaran Konfusius, LaoTze dan Budha yang pengaruhnya bercampur membentuk budaya dan kesenian Tionghoa. Masa dinasti Han (202 BC- 221 AD) banyak timbul karya seni yang kemudian kita kenal sekarang sebagai budaya Tionghoa, sutera dan tulisan. Muncul juga simbol bertemakan harimau, kura-kura, bangau, macan, rusa dll, hewan-hewan mitologi phoenix, kirin, naga yang kita kenal sekarang yaitu bertanduk, berekorpanjang, berkaki, bersisik, berduri punggungnya.

Ketika dinasti Tang (AD 618-906) karya seni banyak dipengaruhi Budhisme. Muncul simbol bergambarkan: malaikat, Bodhisatva, penjaga gerbang,


(25)

roh jahat, juga tokoh perorangan yangdianggap suci. Pada periode dinasti Song (AD 960 – 1279) didapat karya yang sangat indah dan halus mutunya, berupa keramik dan lukisan sangat menonjol; bersifat naturalis, burung, unggas, ikan, bunga, tumbuhan dan gunung. Pada masa ini sering disebut periode munculnya karya puncak dari kebudayaan Tionghoa. Menurut sejarahnya huruf tulisan Tionghoa berasal dari gambar (pictographic symbols) setiap huruf mewakili suatu objek. Simbol berkembang menjadi huruf yang kita kenal sekarang (abstract ideographic writing). Cara membacanya haruslah diingat dan dihafal. Tidak ada ejaan untuk membentuk suatu bunyi suara seperti pada alfabet (phonetic alphabet). Ini lebih membentuk budaya komunikasi Tionghoa menjadi cenderung "komunikasi mata" berbeda dengan kita yang terbiasa "komunikasi kuping". Tulisan mereka hakekatnya merupakan susunan simbol-simbol. Huruf ini disebut sebagai hanzi, huruf yang dipakai oleh suku bangsa Han yang merupakan mayoritas penduduk di Cina. Lafal yang disebut mandarin adalah lafal baca warga sekitar Beijing yang menjadi pusat pemerintahan. (kata mandarin berasal dari bahasa Portugis, mandrim: pejabat. Maka bahasa mandarin berarti bahasa resmi pemerintahan). Huruf yang sama dapat dilafalkan berbeda-beda menurut dialek berbagai tempat. Lukisan yang dihasilkan juga sering berupa simbol, membawakan pesan tersirat yang harus ditafsirkan oleh penerima. Sebagai pengantar kadang-kadang disertakan suatu kutipan dari bagian tulisan sastra kuno. Untuk dapat mengerti pesan-pesan tersirat ini secara tepat, mutlak perlu mengetahui secara lengkap karya yang dikutip, serta sejarahnya dan dalam kerangka apa saat diciptakan. Penggunaan simbol dalam budaya etnis Tionghoa banyak juga digunakan huruf dengan bunyi yang sama (homophone). Kata yang


(26)

berbunyi sama ini lalu dituangkan dalam bentuk huruf kaligrafi, ornamen, dan lukisan.

Dalam bahasa Mandarin ‘yu’ atau ikan merupakan kata yang homofon dengan kata ‘yu’ yang berarti berlebihan. Ada motif yang disebut ‘Lianlian youyu’ di mana seorang anak digambarkan memegang ikan emas dengan latar belakang bunga lotus. Kata lotus atau teratai dalam bahasa mandarin disebut ‘Lian’ yang homofon dengan kata ‘lian’ yang berarti berturut-turut atau berkaitan. Mengenakan kalung berbandul ikan dipercaya akan membuat seseorang mendapatkan rejeki setiap hari.

2.3 Landasan Teori

Mengawali penulisan ini, penulis menggunakan teori semiotika teori fungsional. Teori semiotika digunakan untuk membedah simbol-simbol yang terdapat pada jenis-jenis pohon-pohon dan bunga-bungaan yang telah diuraikan jenisnya diadalm pembatasan masalah. Semiotik atau ada yang menyebutnya semiotika berasal dari kata Yunani ‘semeion’ yang berarti ‘tanda’. Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda (Zoest, 1991:1). Ada beberapa pendapat para ahli ilmuwan tentang semiotika, yaitu:

Leech (2001 : 191) mengatakan semiotika adalah teori tentang petanda dan penanda dalam perkembangan semiotika modern. Muncul dua ahli yang menjadi pelopor dalam bidang kajian semiotika yaitu Ferdinand de Saussure (1857 - 1913) dan Charles Sanders Pierce (1839 - 1914).


(27)

Ferdinand de Saussure (1991 : 1) mengatakan semiotika adalah ilmu tentang tanda yang ada dalam kehidupan masyarakat. Semiotika memiliki dua aspek, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh penanda itu yaitu artinya.

Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek peristiwa kebudayaan sebagai tanda. Tanda-tanda yang ada bisa berupa apapun yang ada dalam kehidupan manusia, karena tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain (nurgiyantoro, 2005:40).

Malinowski mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang beranggapan aau berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat diman unsure itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan. Setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam suatu unsure kebudayaan bersangkutan. Menurut malinowsky fungsi dari suatu unsure budaya adalah kemampuan untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Kebutuhan pokok adalah seperti makanan, reproduksi (melahirkan keturunan), meras enak badan (bodily comfort ), keamanan , kesantaian, gerak dn pertumbuhan.

Malinowsky percaya, bahwa pendekatan yang fungsional mempunyai suatu nilai praktis yang penting. Pengertian akan hal tersebut diatas dapat


(28)

dimanfaatkan oleh mereka yang bergaul dengan masyarakat primitif. Malinowsky menerangkan sebgai berikut “nilai yang praktis dari teori tersebut adalah bahwa teori ini mengajarkan kita tentang kepentingan relative dari berbagai kebiasaan yang beragam-ragam itu; bagaimana kebiasaan-kebiasaan itu tergantung satu dengan yang lainnya. Teori fungsionalisme dapat secara bermanfaat diterapkan dalam analisa mekanisme-mekanisme kebudayaan-kebudayaan secara tersendiri , namun teori ini tidak mengemukakan dalil-dalil sendiri untuk menerangkan mengapa kebudayaan yang berbeda-beda memiliki unsure-unsur budaya yang berbeda dan mengapa terjadi perubahan dalam kebudayaan.


(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Berdasarkan judul yang digunakan oleh penulis yaitu representasi alam tumbuhan pada etnis Tionghoa, maka penulis akan melakukan penelitian dengan teori semiotika dan teori fungsionalis. Teori semiotika digunakan untuk menganalisis simbol-simbol yang ada sedangkan teori fungsionalis akan diguankan untuk menganalisis fungsi dari keenam jenis tumbuhan yang telah diuraikan sebelumnya bagi etnis Tionghoa. Metode penelitian yang akan dipakai dalam penulisan ini adalah metode deskriptif denagn pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu objek, baik berupa nilai-nilai budaya manusia, sistem pemikiran filsafat, nilai-nilai etika, nilai karya seni sekelompok peristiwa atau objek budaya lainnya. Tujuan dari penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, lukisan atau gambaran secara sistematis dan objektif mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, ciri-ciri serta hubungan diantara unsur-unsur yang ada atau suatu fenomena tertentu (dalam penelitian budaya).

Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental begantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya dan berhubungan dengan masyarakat tersebut melalui bahasanya serta peristilahan (Kirk & Miller,1986). Penelitian kualitatif disebut juga penelitian ‘naturalistik’ atau alamiah, ‘etnografi’, ‘interasionis simbolik’, ‘perspektif kedalam’, ‘etnometodologi’, ‘fenomologis’, ‘studi kasus’, ‘interpretatif’, ‘ekologis’, dan


(30)

‘deskriptif’ (Bogdan & Biskin,1982:3; dan Moleong,1989). Dalam hal ini penelitian kualitatif akan digunakan untuk menggambarkan dan menganalisa keadaan dan status fenomena secara sistematis dan akurat mengenai fakta dari representasi alam tumbuhan pada etnis Tionghoa.

Teori fungsionalis menurut Mallinowsky adalah mengajarkan kita tentang kepentingan relatif dari berbagai kebiasaan yang beragam-ragam itu; bagaimana kebiasaan-kebiasaan itu tergantung satu dengan yang lainnya. Semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan. Setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam suatu unsure kebudayaan bersangkutan. Menurut malinowsky fungsi dari suatu unsur budaya adalah kemampuan untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Kebutuhan pokok adalah seperti makanan, reproduksi (melahirkan keturunan), merasa enak badan (bodily comfort ), keamanan , kesantaian, gerak dn pertumbuhan.

Malinowsky percaya, bahwa pendekatan yang fungsional mempunyai suatu nilai praktis yang penting. Pengertian akan hal tersebut diatas dapat dimanfaatkan oleh mereka yang bergaul dengan masyarakat primitif. Teori fungsionalisme dapat secara bermanfaat diterapkan dalam analisa mekanisme-mekanisme kebudayaan-kebudayaan secara tersendiri , namun teori ini tidak mengemukakan dalil-dalil sendiri untuk menerangkan mengapa kebudayaan yang berbeda-beda memiliki


(31)

unsure-unsur budaya yang berbeda dan mengapa terjadi perubahan dalam kebudayaan.

3.2 Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan penulis terhadap objek penelitian adalah dengan memanfaatkan penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan tempat peneliti memperoleh data dan informasi tentang objek penelitiannya melalui buku-buku atau alat-alat audiovisual lainnya (semi 1993:8). Pemanfaatan kepustakaan ini seluruhnya dilakukan mengingat data-data yang digunakan dalam penelitian ini seliruhnya diperoleh dari sumber tertulis atau pustaka seperti jurnal, ensiklopedia, artikel, majalah, surat kabar dan sebagainya.

3.4 Sumber Data

Sumber data primer

Sumber data primer yang akan dipergunakan penulis dalan penelitian ini adalah data yang bersumber dari dua buku yang berjudul Common Knowledge about Chinese Culture,2007 Beijing: higher education press dan buku yang berjudul 中国文 要,2007 京:外语教学与研究.

Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yang akan dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah sumber data yang berasal dari jurnal, esiklopedia, majalah, surat kabar dan buku-buku referensi lainnya.


(32)

3.3 Tekhnik Analisis Data

Tekhnik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tekhnik analisis data kualitatif yaitu mengumpulkan data, informasi dan fakta melalui tekhnik pengumpulan data kualitatif dari sumber-sumber yang tertulis yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Data dan informasi yang bersifat kualitatif yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diinterpresentasikan yang bersifat kualitatif yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diinterpresentasikan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.


(33)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Fungsi Alam Tumbuhan dalam Kehidupan Etnis Tionghoa

4.1.1 Fungsi Bambu

Pohon bambu memiliki beragam fungsi bagi etnis Tionghoa. Tidak hanya bias diolah menjadi makanan tetapi bambu juga dipercaya memiliki kemampuan untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Sejak jaman Cina kuno, etnis Tionghoa sudah menjadikan bambu sebagai bahan pengobatan tradisional. Didalam catatan kitab pengobatan Cina kuno ditemukan catatan yang menuliskan mengenai bambu yang dijadikan oleh para ahli pengobatan dari Cina sebagai bahan dasar pengobatan, beberapa kitab tersebut diantaranya adalah sebgai berikut:

1. Sheng Hui Fang. Bubur daun bambu bisa menyembuhkan jantung panas pada anak kecil atau tidak sadarkan diri. Ramuannya: daun bambu 60 g, beras secukupnya, dan 15 g yin chen dibuat bubur.

2. Kitab Terapi Herbal. Daun bambu mampu menyembuhkan batuk, haus, dahak, radang tenggorokan, dan menghilangkan rasa panas.

3. Ben Cao Qiu Zhen. Daun bambu bisa menyegarkan hati, menghangatkan limpa, menghilangkan riak dan dahaga, angin jahat, batuk, sesak, muntah darah, stroke ringan, dan lain lain.


(34)

4. Yao Pin Hua Yi. Kitab yang dikenal sebagai Kitab Definisi Obat ini mencatat, daun bambu menyegarkan, agak pahit, mampu menetralkan semua chi dingin dan panas.

5. Jing Yue (Kitab Herbal Klasik). Daun bambu, dengan aromanya yang ringan, bisa menetralkan rasa panas, terutama chi di jantung. Merupakan obat yang baik, terutama untuk mengobati dahaga karena hari panas, membersihkan sputum/riak di dada, meredakan rasa dingin dan lemah, batuk, dan asma. Hanya daun bambu yang bisa memasuki kandung empedu dan membawa chi netral ke dalam paru-paru untuk mengeluarkan panas.

6. Ben Jing Feng Yuan. Dalam Kitab Herbal Klasik Shennong ini tertulis daun bambu menyembuhkan salah urat, luka, dan membunuh parasit. 7. Kamus Besar Obat Cina. Daun bambu meredakan rasa cemas dan

panas, serta melancarkan buang air kecil.

Selain sebagai bahan pengobatan, fungsi bambu lainnya adalah digunakna sebagai tanaman konversi alam. Hal ini dikarenakan akar tunggang dan seabut yang dimiliki oleh bamboo terikat kuat dengan tanah sehingga mampu mencegah terjadinya erosi dipinggiran sungai, longsor dibukit-bukit serta mampu “menangkap” curah hujan yang cukup tinggi sehingga mencegah terjadinya banjir. Oleh karena itu pemerintah menjadikan bambu sebagai tanaman konservasi yang ditanami disepanjang pinggiran sungai yang-tze, sebagi upaya untuk pencegahan banjir yang sering terjadi akibat meluapnya sungai yang-tze.


(35)

Didalam adat istiadat etnis juga Tionghoa yang memeluk ajaran budha, bambu juga memiliki fungsi yaitu dipakai sebagai kayu yang dipakai dalam proses kremasi jenazah. Sedangkan didalam konsep fengshui pada etnis Tionghoa, meletakkan bambu didalam pot sebagai tanaman hias yang ditaruh didalam rumah dipercaya berfungsi mengundang rezeki dating ke dalam rumah tersebut atau dengan kata lain akan membawa hoki bagi si pemilik rumah

4.1.2 Fungsi Pinus

Dalam kebudayaan etnis Tionghoa, pinus merupakan simbol dari panjang umur, tetapi pinus tidak hanya berfungsi sebagai simbol, tetapi juga berfungsi sebagai bahan pengobatan tradisional etnis Tionghoa. Serbuk dari bunga dari pohon pinus memiliki kandungan gizi yang tinggi yang dipercaya bisa menjadi suplemen dalam meningkatkan imunitas tubuh manusia. Beberapa fungsi sari bunga pohon pinus antara lain adalah sebagai berikut:

1. Memperkuat tenaga, menghilangkan keletihan, memperbaiki metabolisme tubuh, meningkatkan fungsi dan vitalitas berbagai sistem organ di dalam tubuh, melawan kekurangan oksigen, berkhasiat memperbaiki kondisi keletihan, mengurangi rasa lelah, kepala pusing, suka lupa, tak dapat konsentrasi, dan berbagai komplikasi keletihan kronis

2. Selain itu, serbuk bunga pinus setelah diujicoba oleh pusat pengujian obat perangsang Olympiade China, ternyata tak mengandung komposisi terlarang, oleh karenanya bagi olahragawan boleh dikatakan sebagai suatu suplemen pemberi gizi yang ideal.


(36)

3. Melindungi jantung, mencegah penyakit pembuluh darah, diabetes,anemia, penyakit liver, penyakit ginjal.

4.1.3 Fungsi bunga meihua

Pada etnis Tionghoa, mei hua hanya berfungsi sebagai hiasan atau ornament penting pada saat perayaan imlek, selayaknya pohon cemara yang selalu dihadirkan sebagai ornament penting disaat perayaan natal oleh umat kristiani. Tapi biasanya ornament meihua yang digunakan pada saat imlek adalah imitasi atau dengan kata lain ornament meihua yang terbuat dari plastik.

4.1.4 Fungsi Bunga Lotus

Pada etnis Tionghoa, bunga lotus tidak hanya berfungsi sebagai simbol didalam kebudayaan tetapi juga pada saat sekarang ini memiliki fungsi lain yaitu sebagai tanaman hias dibudidayakan didalam taman ataupun kolam-kolam, walaupun pada awalnya lotus hanya dianggap tanaman liar yang tumbuh dirawa-rawa atau tepian sungai yang biasa di dibudidayakan didalam taman ataupun kolam-kolam. Bunga lotus juga berfungsi sebagai bahan aroma terapi, dikarenakan semerbak wangi bunga lotus mampu memberikan perasaan relaksasi ketika dihirup, Bunga lotus digunakan oleh banyak wanita etnis Tionghoa untuk merawat kecantikan, terutama untuk merawat kulit wajah. Benang sari dan putik lotus juga dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan masker dalam pengobatan alternatif etnis Tionghoa. Bunga lotus juga biasanya diapakai dalam upacara perkawinan tradisional etnis Tionghoa, biasanya 4 bagian lotus dibawa bersama 12 perlengkapan lainnya oleh mempelai pria untuk dipersembahkan kepada


(37)

mempelai wanita ketika akan mengucapkan janji pernikahan. Keempat bagian tersebut adalah : bunga lotus, biji lotus, daun lotus, akar lotus.

1. Bunga lotus, simbol kesucian dan kesetiaan pada suami. 2. Biji lotus, harapan akan banyak keturunan.

3. Daun lotus yang bermakna suami istri menjadi pasangan yang seia sekata. 4. Akar lotus berarti dalam suka dan duka selalu bersama.

4.1.5 Fungsi Bunga Anggrek

Bunga anggrek selain berfungsi menjadi tanaman hias juga berfungsi sebagaiSebagai salah satu sumber pengobatan tertua di dunia terutama pengobatan herbal, tanaman anggrek telah banyak dimanfaatkan oleh bangsa China sejak dahulu kala. Seperti yang dituliskan oleh Prof. J Bulpitt dalam artikelnya: The use of orchids in Chinese medicine, beberapa spesies anggrek seperti spesies anggrek Dendrobium (Dendrobium Moniliforme), Gastrodia Elata, Bletilla Striata, Anoectochilus formosanus, Cremastra Appendiculata, telah dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional China.

4.1.6 Fungsi bunga krisan (seruni)

Pada awalnya bunga krisan berfungsi sebagai tanaman hias bagi raja, kalangan bangsawan atau orang-orang kaya dijamannya. Tapi setelah mengetahui ada banyak khasiat yang terkandung didalam bunga krisan, krisan tidak hanya berfungsi sebagai tanaman hias tetapi juga sering digunakan sebagai obat herbal oleh etnis Tionghoa. Orang-orang Tionghoa dijaman kuno percaya bahwa selain berfungsi sebagia penangkal racun, krisan juga dipercaya mampu mengusir roh jahat. Bunga krisan diolah menjadi minuman teh dan deengan sering meminum


(38)

teh krisan etnis Tionghoa percaya akan memberi kesehatan, awet muda dan umur panjang.

Bunga krisan juga berfungsi sebagai simbol dalam kebudayaan etnis Tionghoa, yang menyimbolkan umur panjang dan kehormatan. Saat ini bunga krisan dipakai sebagai simol tentara Cina.

4.2 Makna Alam Tumbuhan dalam Kehidupan Etnis Tionghoa

4.2.1 Makna Bambu

Bambu merupakan tumbuhan yang sudah sangat identik dengan negara Tiongkok, bahkan negara tersebut mendapat julukan sebagai negara tirai bambu. Pohon bambu selalu disukai oleh etnis Tionghoa dan banyak ditampilkan dalam karya seni, puisi, dan sastra etnis Tionghoa. Bagi etnis Tionghoa bambu adalah lambang panjang umur, daya tahan , dan kesabaran. Pohon ini selalu hijau dan berkembang sepanjang tahun, bambu juga merupakan jenis tumbuhan yang mampu bertahan hidup dalam kondisi iklim yg berbeda-beda, bahkan diiklim yang paling dingin sekalipun pun bambu mampu bertahan hidup. Etnis Tionghoa percaya bahwa bambu memiliki kekuatan misterius. Oleh karena itu jika digantungkan dirumah bambu dapat mengusir roh jahat. Lonceng angin yang terbuat dari bambu juga dianggap sebagai pembawa chi (aura positif) yang baik dan banyak dianjurkan oleh ahli fengshui. Bambu bisa menjadi guru. Oleh sebab itu bambu dijunjung dalam budaya Konfucius di Jepang, Korea dan Tiongkok. Dalam seni lukisnya bambu adalah lambang estetika. Dalam filsafatnya bambu adalah lambang ketahanan.

Bagi etnis Tionghoa, bambu juga dianggap sebagai salah satu jenis tumbuhan mulia. Ratusan tahun lalu, seorang penyair Tiongkok yang terkenal,


(39)

Pou Sou Tung, mengungkapkan bahwa suatu makanan harus memiliki daging, sedangkan rumah harus memiliki bambu. Tanpa daging kita bisa kurus, sedangkan tanpa bambu kita bisa kehilangan ketenteraman dan kebudayaan. Suatu ungkapan yang mengagungkan tumbuhan bambu, karena begitu pentingnya fungsi bambu bagi kehidupan etnis Tionghoa.

Siklus hidup bambu yang sebenarnya memiliki makna filosofi bagi kehidupan manusia. Di dalam tanaman bambu terkandung simbolisasi nilai-nilai luhur yang diajarkan para ahli pikir Tiongkok zaman dahulu, terutama oleh Konfucius. Nilai-nilai luhur itu kemudian diterjemahkan dalam lukisan bambu, yang biasanya diperkaya dengan seuntai puisi atau syair yang indah dan penuh makna.

Bambu adalah salah satu jenis tanaman yang sangat fleksibel, dapat mengikuti kemana arah angin berhembus, oleh karena itu sekalipun bambu diterpa oleh angin kencang, bambu tidak akan bisa patah ataupun roboh. Sifat bambu yang fleksible tersebut ternya dikarenakan adanya ruang kosong di dalam batang bambu. Seperti yang terdapat didalam ajaran konfusius dikatakan bahwa manusia harus bisa memiliki karakter seperti bambu yang fleksibel karena memiliki ruang kosong didalam batangnya, ruang ini juga melambangkan sifat kosong atau rendah hati atau disebut Di. Karena ada kerendahan hati, merasa diri masih kurang, maka seseorang akan tetap berniat atau berkeinginan untuk belaja, mau menerima saran dari orang lain dan tidak menyombongkan diri.

Kalau dilihat tanaman bambu, pada saat ia bertumbuh besar, secara hampir bersamaan ia juga berkembang biak atau memperbanyak diri dengan cara bertunas. Artinya bambu melakukan dua hal penting sekaligus, yaitu: merawat diri


(40)

dan berkembang biak. Keduanya merupakan lambang Xiao atau berbakti, menjaga warisan orangtua dan melanjutkannya sepenuh hati. Hal ini melambangkan sifat tentang Xiao. Seseorang yang tidak berbakti dianggap orang yang tidak berbudi, tidak tahu terima kasih, seperti kacang lupa kulitnya. Pada zaman dahulu, kalau seseorang dikatakan Bu Xiao atau tidak berbakti, itu merupakan sebuah bentuk hukuman moral yang paling tinggi, paling berat. Bila seseorang dianggap Bu Xiao, bisa jadi orang yang bersangkutan akan terasing hidupnya, dicibir atau bahkan dijauhi oleh lingkungannya. Yang dimaksud dengan Xiao atau berbakti dalam arti luas adalah mulai dari berbakti kepada orangtua, guru atau yang dituakan, keluarga, masyarakat, bangsa, negara sampai pada kemanusiaan. Meski demikian tidak jarang perilaku berbakti ini dianggap seolah-olah hanya untuk orang tua atau untuk hal tertentu saja. Padahal bertanggung jawab atas kesehatan dan kebaikan diri sendiri juga merupakan salah satu wujud dari Xiao atau berbakti.

Sifat bambu ketiga adalah lurus. Hampir tidak pernah dijumpai ada bambu yang tidak lurus atau bercabang. Sifat ini melambangkan Zhong atau kesetiaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Namun yang sesungguhnya, Zhong bukanlah sekedar setia, namun juga melukiskan keseimbangan hidup. Dengan menghayati sikap Zhong, seseorang akan tahu kapan harus berjalan maju, berhenti atau bahkan kapan harus berjalan mundur, sehingga ia akan mencapai tempat atau cita-cita yang tepat, pas dan tidak berlebihan.

Kalau dilihat rerumpun bambu yang rimbun, maka bisa terlihat bahwa bambu-bambu tersebut banyak yang condong ke berbagai arah. Ada yang condong ke depan, ke belakang, ke kapan atau ke kiri. Namun meski


(41)

berbeda-beda arah mempuny mengibara yang mesk Mak Meski be perbedaan yang berb besar atau dengan ar dengan sa Ciri batangnya bahasa ya kesantuna melamban melamban proses. Ini demi pros h, rerumpu yai jalinan atkan perila ki berbeda-b

kna lebih ja erbeda pan n kecil haru eda, kebena u demi kep rah bambu ling menyat

khas bamb a. Ini melam

ang lebih an sosial. ngkan nila ngnya makn i untuk men es, tahapan

nan bambu akar yan aku seorang

beda, namun

auh yang bi ndangan, k us bisa men

aran yang le pentingan b yang berl tunya jalina bu yang kel mbangkan p agamis fil Dengan d ai-nilai ke na Li, ruas b

ngingatkan demi tahap

u tetap me ng menyatu g Junzi (be n tetap bisa

isa dipetik kalau sudah ngalah pada

ebih kecil, h bersama. D lawanan, se an akar satu

lima adalah perlu adany losofis bis demikian esusilaan, bambu juga kita semua pan. erupakan sa u, tersamb eriman, terp a rukun. adalah sika h menyang a hal yang haruslah bis Di sini kebe

edang kebe u bambu den h beruas-rua ya tahapan, a diartikan ciri khas tata susila melambang yang sering atu kesatua ung satu pelajar dan

ap saling pe gkut hal m lebih besar

a mengalah enaran keci enaran besa ngan lainnya

as alias ber tatanan ata n sebagai bambu k a atau L gkan arti pe g tidak saba

an utuh, k sama lain n berbudi lu

ercaya atau mendasar, r. Dalam ka h pada kebe il dilamban ar dilamban

a.

rbuku-buku au aturan. D

kesusilaan kelima ini Li. Selain entingnya se

ar melalui p karena n. Ini

uhur),

u Xin. maka alimat naran ngkan ngkan pada Dalam atau bisa bisa ebuah proses


(42)

Nilai luhur keenam adalah Yi atau kebenaran. Simbolnya ialah akar bambu yang tertanam kuat dan lurus ke dalam tanah. Ini berarti semua tindakan kita haruslah mempunyai dasar pijakan yang tepat. Dengan demikian bisa dipertanggungjawabkan secara kuat. Akar yang kuat, lurus dan menghujam dalam jauh ke bawah permukaan bumi inilah yang membuat tanaman bambu kokoh dan tidak mudah tumbang. Demikian pula seharusnya setiap tindakan kita. Bila dilandasi oleh nilai kebenaran, maka setiap langkah atau tindakan yang kita ambil akan lebih pasti, mantap, tegas dan tidak gamang.

Nilai moral ketujuh adalah Lian, suci hati, tulus hati atau ketulusan, yang dilambangkan dengan jalinan akar bambu. Dengan adanya sifat ini maka setiap orang akan dibuka mata hatinya untuk saling menyapa, menolong dan membantu, seperti halnya bambu yang kelebihan makanan karena tumbuh di tempat yang lebih subur menolong bambu yang kekurangan makanan karena tumbuh di tempat yang kurang subur melalui transfer makanan lewat jaringan akarnya.

Salah satu sifat manusia yang membedakannya dengan binatang adalah tahu malu atau Che. Dengan demikian manusia yang kehilangan rasa tahu malunya bisa diartikan sudah kehilangan pula rasa kemanusiaannya. Tahu malu yang dimaksud di sini tidak saja menyangkut hal yang terkait dengan kesopanan, moralitas dan kesusilaan, namun juga menyangkut kemampuan diri memberikan makna dan kontribusi bagi keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan kemanusiaan.

Bambu juga dijadikan sebagai simbol dari Che, hal itu dikarenakan kemampuan bambu menyumbangkan semua bagian dirinya untuk kehidupan manusia. Tunas muda yang disebut rebung dapat diolah menjadi makanan lezat


(43)

seperti lumpia. Bambu berbagai ukuran bisa digunakan sebagai bahan: seruling, bambu runcing, angklung, calung, rakit, sampai bahan bangunan. Bahkan daunnya pun dapat digunakan sebagai bungkus bacang, jajanan khusus yang terbuat dari ketan. Dengan simbol ini setiap orang dituntut terus belajar agar mempunyai multi talenta seperti bambu. Dengan demikian kehadirannya menambah, sedang ketidakhadirannya akan mengurangi.

Memahami paparan di atas, dapatlah dimengerti mengapa etnis Tionghoa banyak menampilkan bambu sebagai objek dalam kehidupan manusia. Hal itu bukan hanya karena keindahannya saja, tapi karena ciri tanaman bambu bisa dijadikan simbol nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia seperti Xiao, Di, Zhong, Xin, Li, Yi, Lian, Che atau berbakti, rendah hati, setia, saling percaya, susila, benar atau bajik, tulus atau suci hati, dan tahu malu. Kedelapan nilai-nilai itu dikenal sebagai BaDe atau Delapan Kebajikan yang merupakan salah satu mutiara ajaran agama Konfucius.

4.2.2 Makna Pinus

Sebatang pohon pinus dapat tumbuh sampai 6000 tahun. Pohon pinus dan dinosaurus berada di satu zaman, dinosaurus sudah lama punah sedangkan pohon pinus masih terus bertahan hidup, hal ini menunjukkan dia mempunyai daya hidup yang kuat. Bristlecone Pine, merupakan pohon pinus tertua di dunia dengan usianya yang sudah mencapai 4200 tahun. Pohon pinus adalah lambang yang paling dikenal dari segala lambang panjang umur, hal ini dikarenakan pohon pinus tidak pernah layu, selalu berwarna hijau bahkan dalam musim terdingin sekalipun. pohon pinus sangat populer sebagai objek didalam lukisan etnis tionghoa, selain sebagai subjek didalam lukisan , pohon pinus juga dijadikan sebagai subjek


(44)

didalam puisi-puisi tiongkok untuk menggambarkan kesetiaan dan kepatuhan. Di zaman dulu, orang tiongkok mempunyai tradisi meletakkan ranting daun pinus di depan pintu masuk rumah untuk dewa yang menjaga pintu. Tradisi ini juga diperkenalkan ke masyarakat Jepang pada zaman Heian.

Daun pohon pinus yang selalu berwarna hijau di musim dingin dipercaya sebagai lambang keberuntungan. Di Tiongkok pohon pinus, bambu dan meihua disebut sebagai "tiga teman pada musim dingin". Ini karena ketiga tumbuhan ini, tidak gugur daunnya atau bunganya pada musim dingin, dan ketiga jenis tumbuhan ini menjadi simbol kesetiaan yang tidak berubah.

Pada etnis Tionghoa, pohon pinus selain dijadikan sebagai lambang panjang umur, juga dijadikan sebagai lambang kekuatan, tekad dan keuletan dalam menjalani kehidupan. Song (pinus) sebagai pertanda usia panjang, pohon pinus, yang selalu hijau, menyampaikan harapan untuk hari tua yang bergairah. Dalam lukisan-lukisan etnis Tionghoa, paling sering ditampilkan pria dan wanita yang berusia lanjut, dengan rambut yang telah putih bagaikan salju. Usia lanjut merupakan lambang kebahagiaan, kearifan, dan pengetahuan yang luas bagi etnis Tionghoa sehingga layak dijadikan panutan. Lambang yang juga seringkali mereka gunakan ialah pohon pinus yang daunnya tetap hijau (ever green) kendatipun diselimuti salju. Simbol-simbol tersebut menujukkan bahwa didalam budaya etnis tionghoa, mereka sangat mengagungkan masa tua manusia dan menjadikan pohon pinus sebagai simbol dari masa tua yang bahagia, arif dan memiliki pengetahuan yang luas.

Tumbuhan baik yang berasal dari penjabaran filosofi etnis Tionghoa yaitu denagn mengkaji makna dari ciri-ciri dan bentuk tumbuhan itu sendiri. "Pohon


(45)

Pinus" adalah tumbuhan daerah dingin yang memiliki daya tahan tinggi dan batang yang kuat yang bisa diartikan seperti karakter yang gagah dan berani. Pohon pinus juga bisa dianggap sebagai lambang keteguhan hati dan kemenangan dalam bertahan hidup.

Hal lain yang membuktikan bahwa pohon pinus menjadi representasi didalam kehidupan etnis Tionghoa bisa dilihat dari asal usul gerakan tai chi, dimana secara notabenenya tai chi merupakan salah satu seni bela diri dan olahraga yang berasal dari negeri Tiongkok. Menurut legenda, Tai Chi diciptakan oleh Zhang Shan Feng (di Indonesia dikenal sebagai Thio Sam Hong) seorang pendeta Tao yang tinggal di gunung Wudang di barat laut provinsi Hubei, Tiongkok. Kisah mengenai Zhang Shang Feng terdapat didalam 2 versi yang berbeda. Dia terkenal dengan kemampuan beladirinya, yang hidup pada masa Dinasti Song (960-1279 M) dan yang lainnya adalah pendeta Tao yang hidup pada masa Dinasti Ming (1368-1644 M) yang terkenal sebagai jago pedang. Dalam usahanya menciptakan gerakan Tai Chi ini, Thio Sam Hong memperoleh inspirasi dari pohon pinus yang selalu hijau sepanjang masa (ever green tree). Pada suatu malam di musim dingin, salju turun begitu deras dan keesokan harinya semua tumbuh-tumbuhan patah diterpa angin dan salju, kecuali hanya pohon pinus yang tetap berdiri tegak. Dengan rasa heran, ia mengamati semua kejadian itu. Pada saat salju turun dan menumpuk diatas ranting pohon pinus, ranting itu mulai melengkung dikarenakan berat dari tumpukan salju yang semakin tebal, tetapi pada saat ranting itu mencapai titik lengkung tertentu seluruh salju itu jatuh kebawah dan ranting itu melenting kembali ke posisi semula tanpa mengalami kerusakan. Kejadian itu menerangi pikirannya tentang konsep seni bela diri yang


(46)

dicarinya. Bukan atas dasar menyerang seperti yang selama ini dilakukannya, melainkan atas dasar menerima dan suatu saat dengan tenaga secukupnya, membelokkan dan membiarkan beban itu jatuh karena beratnya sendiri.Atas dasar prinsip-prinsip tersebut maka dalam latihan tai chi diutamakan keluwesan, kelemasan, kontinuitas, perlahan seolah-olah tanpa tenaga. Meminjam istilah Chin Yung pada kisah To Liong To adalah: “Berat seperti gunung, ringan seperti kapas.

Orang Tiongkok kuno sering menyebutkan tumbuhan dalam mengekspresikan emosi dan perasaan, seperti kesombongan dan kekerasan pohon pinus menahan dingin musim dingin, untuk menggambarkan orang yang menjaga martabat dan moral benar mereka keberanian dalam situasi yang penuh gejolak dan kondisi yang merugikan. Pujian yang bertahan dalam kebenaran dan keadilan dan menjunjung tinggi moral keberanian. Untuk alasan ini, orang-orang Tiongkok kuno memilih pohon pinus, pohon bambu, dan bunga meihua sebagai "tiga teman musim dingin," dan memuji perlawanan khusus ketiga jenis tanaman tersebut dalam bertahan hidup pada cuaca yang keras, untuk eulogise pinus dijadikan sebagai lambang bertahan dalam kebenaran dan keadilan dan menjunjung tinggi moral keberanian.

4.2.3 Makna Bunga Mei Hua (Plum Blossom)

Bunga Mei Hua atau yang disebut juga bunga plum blossom adalah jenis tanaman hias yang terkenal di china. Sejarah mengenai bunga meihua sudah dikenal di china sejak 4000 tahun yang lalu, dengan sejarah perjalanan yang panjang akhirnya bunga meihua tidak hanya sekedar menjadi tanaman hias tetapi bunga meihua akhirnya menjadi bagian dari kebudayaan tradisional cina hal itu juga dikarenakan bunga meihua mempunyai nilai filosofis yang baik bagi etnis


(47)

tionghoa. Bunga Mei Hua memiliki ciri khas yaitu berkembang saat salju turun. Semakin deras salju turun semakin berkembang indah sehingga meihua juga dianggap sebagai lambang keteguhan prinsip.

Bunga meihua adalah bunga yang berasal dari china dan hanya ditemukan tumbuh di cina, selain karena meihua adalah asli berasal dari china tetapi juga karena kecantikan yang dimiliki bunga meihua maka oleh negara Cina dijadikan sebagai bunga nasional Cina. Sepintas, bunga mei hwa tampak seperti bunga sakura, bunga khas Jepang. mei hwa dan sakura memang masih satu keluarga, namun bunga mei hwa tidak tumbuh berkelompok seperti bunga sakura, dan bunga mei hwa mekar lebih cepat dibandingkan bunga sakura. Bunga ini banyak menjadi sumber inspirasi bagi banyak seniman tionghoa, karena sering disebut dalam syair cina kuno atau dijadikan objek lukisan Cina.

Mei artinya cantik, Hwa atau hua artinya bunga. Jadi, Mei Hwa artinya bunga yang cantik. Nama lain dari Mei Hwa yaitu plum blossom, artinya kuntum bunga-bunga plum yang sedang mekar, sedang nama latinnya Prunus mume. Dalam representasinya etnis tionghoa menjadikan bunga meihua menjadi ornament yang penting untuk dipasang pada saat perayaan imlek, selayaknya pohon cemara yang selalu dihadirkan sebagai ornament penting disaat perayaan natal oleh umat kristiani. Tapi biasanya ornament meihua yang digunakan pada saat imlek adalah imitasi atau dengan kata lain ornament meihua yang terbuat dari plastik.

Meihua juga memiliki legenda bagi etnis tionghoa. Dikisahkan, kakak beradik Da Jui (Si Mulut Besar) dan Da Shou (Si Tangan Besar) memiliki sifat


(48)

bertolak belakang. Da Jui berupaya menguasai harta adiknya dengan cara mengusirnya. Dia yang pemalas dan serakah itu memberi si adik dengan bagian harta yang sedikit, yakni 3 rumah sederhana, 10 hektar sawah tandus, seekor anjing dan kambing. Tetapi karena sifat buruknya yang pemals dan tidak mau bekerja keras itu, lama-kelamaan harta Da Jui pun menipis. Bahkan keledai dan kuda pun dijual untuk membeli bahan makanan.

Sedangkan Da Shou dan keluarganya tetap berupaya bekerja keras. Dengan dibantu anjing dan kambingnya, ia mengerjakan sawah dengan tekun. Akhirnya hasil mereka berlimpah dan memiliki banyak cadangan makanan untuk musim dingin. Namun melihat kesuksesan Da Shou, timbul niat jahat Da Jui untuk membunuh anjing dan kambing adiknya itu. Kedua hewan itu mati setelah makanannya ditaburi racun. Tentu saja keluarga Da Shou berduka. Lalu kedua hewan itu dimakamkan di pekarangan belakang rumah mereka. Ketika memasuki musim semi tahun kedua, di atas makam tersebut tumbuh dua batang pohon kecil. Satu dari pohon tersebut bisa menghasilkan emas, sedangkan batang yang lain menghasilkan perak. Sejak itu kehidupan Da Shou menjadi makmur. Dari cerita tersebut, kini masyarakat Tionghoa berupaya meneladaninya dengan memajang pohon meihua setiap perayaan tahun baru Imlek.

Hal lain yang membutikkan bahwa meihua sangat digemari oleh etnis tionghoa, dapat dilihat dari adanya tradisi bunga meihua yang diadakan oleh pemerintahan china bersamaan dengan diadakannya perayaan imlek atau tahun baru china. Dinegeri tiongkok dikenal memilki 4 musim yaitu, musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Tahun baru imlek yang selalu datang bertepatan dengan musim semi dimana bunga meihua juga mulai


(49)

bermekaran, maka dulu dikenal dengan istilah festival musim semi (kuo chun ciek). Ketika festival ini berlangsung bunga meihua yang bermekaran ini ikut menambah semarak suasana festival. Festival ini berlangsung sangat meriah dan dijadikan agenda tahunan oleh pemerintahan china.

Bunga Mei Hwa juga dijadikan sebagai lambang yang menandakan datangnya musim semi. Itulah sebabnya terdapat tradisi di masyarakat Tionghoa, menggunakan bunga ini sebagai hiasan di rumah ketika Imlek tiba, sehingga terkesan suasana yang sejuk, nyaman dan indah. Selain itu memasang hiasan bunga meihua didalam rumah pada saat imlek juga dianggap sebagai lambang keteguhan kekuatan hati dalam menjalani kehidupan seperti bunga meihua yang mampu bertahan hidup dimusim salju yang sangat dingin dan akhirnya mekar dimusim semi yang merupakan simbol dari adanya harapan sekalipun pada saat susah dan penuh tantangan. Dalam karya seni pertunjukkan yang bertemakan “Plum Blossom” — bunga plum yang bermekaran — dijelaskan oleh emcee sebagai simbol keteguhan akan keberanian yang anggun dan mengejutkan, dalam budaya Tiongkok.

4.2.4 Bunga Lotus

Lotus adalah sejenis tanaman air berbunga yang dapat hidup dalam jangka waktu yang lama. Bunga lotus biasanya memiliki ukuran yang besar dan juga memiliki aroma yang harum, pada umumnya bunga lotus berwarna putih dan merah muda. Selain bunganya yang dibudidayakan secara luas di Tiongkok, tempurung (berkumpulnya biji-biji) dan bijinya serta akarnya juga dimanfaatkan. Sejak 5000 tahun yang lalu lotus dijadikan sebagai simbol yang merepresentasikan kecantikan murni dari seorang wanita, semangat untuk


(50)

berjuang hidup, kehormatan, dan sinar kehidupan bagi etnis tionghoa. Lotus juga sangat sering digunakan sebagai tanaman yang dijadikan simbol keagamaan dan filsafat bagi etnis Tionghoa.

Di Tiongkok, sejarah mengenai bunga lotus sudah dimulai sejak zaman Tiongkok kuno. Penyebaran bunga lotus liar di daratan Tiongkok sangat luas, pada awalnya lotus banyak dijumpai di daerah Tiongkok selatan, lalu kemudian etnis Tionghoa didaerah tersebut mulai membudidayakan lotus sampai pada akhirnya keberadaaan lotus dan kehidupan masyarakat setempat tidak hanya sekedar sebagai tanaman hasil produksi tetapi juga sebagai salah satu tanaman yang memiliki nilai dan makna dalam kehidupan etnis Tionghoa.

Awalnya lotus hanya diolah menjadi makanan dan hiasan, tetapi seiring berjalannya waktu lotus dijadikan sebagai simbol dari kesucian dan memiliki pengaruh yang sangat mendalam bagi etnis Tionghoa. Dengan proses sejarah yang panjang akhirinya lotus memiliki nilai yang sangat mendalam pada kebudayaan etnis Tionghoa, lotus dianggap sebagai simbol keindahan dan secara bertahap juga dinaggap sebagai simbol keberuntungan.

Pada zaman Tiongkok kuno banyak ditemui mengenai literatur dan narasi yang menceritakan mengenai bunga lotus, dimana bunga lotus dijadikan sebagai simbol dari kehormatan dan kemuliaan. Sementara itu pada kepercayaan Budhisme, Konfusius dan Taoisme, lotus merupakan simbol keagamaan yang penting. Tidak diragukan lagi, setelah melalui proses evolusi yang panjang lotus merupakan bagian penting dalam budaya tradisional etnis Tionghoa.

Seiring dengan perkembangan sosial budaya, dengan proses yang bertahap, dimulai dari tradisi kecil akhirnya lotus memiliki nilai yang sangat


(51)

penting dalam kebudayaan etnis Tionghoa secara luas. Lotus tidak hanya merupakan bagian kecil dari kebudayaan etnis Tionghoa tetapi juga memiliki status yang sangat penting, itu bias terbukti dari banyaknya buku buku sastra Tiongkok kuno yang menceritakan dan menjelaskan mengenai nilai dan makna dari lotus.

Keindahan lotus yang sering membuat orang yang melihatnya menjadi terpesona, menjadikannya sebagai simbol yang menggambarkannya sebagai keindahan. Salah satu buku Tiongkok kuno yang mendekripsikan keindahan dari lotus adalah buku yang berjudul “bi ze zhi po” 彼泽之陂 buku in mendeskripsikan lotus sebagai bentuk dari keindahan, kehormatan, dan kekuatan. Karena keindahan lotus yang begitu memukau, banyak orang yang menulis tentang lotus, melukis lotus, semua meminjam bunga lotus untuk mencerminkan keluhuran hati serta watak yang bersih dan agung. Dalam setiap syair dan lukisan tentang bunga lotus, semua mengandung arti murni bersih dan agung. Bunga lotus yang indah dan anggun seringkali dijadikan topik ideal oleh para seniman untuk menggambarkan suatu keindahan yang sempurna. Pada sejumlah tembikar dan porselin kuno juga banyak ditemukan ornamen berbentuk Lotus.

Di mithologi Tionghoa misalnya, digambarkan sekuntum bunga lotus sebagai singgasana Dewi Welas Asih, Dewi Kwan Im dalam setiap kehadirannya di dunia ini. Begitu juga dengan Dewi He Xiangu yang selalu membawa bunga lotus dalam kehadirannya di muka bumi ini dari nirwana Fenghai. Ajaran Budha mengajarkan bahwa proses mekarnya bunga lotus adalah perlambang pencapaian kesempurnaan untuk menuju nirwana. Kuncup bunga lotus melambangkan awal


(52)

usaha dan mekarnya bunga lotus menjadi perlambang tanda tercapainya kesempurnaan.

Pada zaman Dinasti Han-Timur (25-220), bersamaan dengan penyebaran agama Budha (dari India) ke Tiongkok, lotus mulai sering disebut. Karakternya yang mulia dan bersih, selaras dengan para penganut agama Budha yang berharap kehidupan di dalam dunia fana tidak tercemari oleh dosa dan dengan sepenuh hati berkultivasi, sehingga ada harapan untuk memasuki tanah suci surga Budha, itulah mengapa sifat-sifat positifnya sangat dipuja di dalam agama Budha. Selain menjadi simbol kemurnian, keindahan, kekuatan, kehormatan, lotus juga merupakan simbol dari cinta kasih, hal ini bisa terlihat dari penggunaan bunga lotus dalam pernikahan adat etnis Tionghoa. Dalam budaya Tionghoa ada 12 macam perlengkapan yang biasanya diberikan saat prosesi janji nikah, 4 diantaranya adalah: bunga lotus, biji lotus, daun lotus, akar lotus.

Selain itu bukti bahwa bunga lotus merupakan simbol dari kebaikan, banyak orang etnis Tionghoa yang menggunakan nama bunga lotus atau Lianhua (Lian Hoa) untuk dijadikan nama anak perempuan mereka. Berharap anak mereka kelak akan menjadi wanita yang memiliki keindahan, memiliki hati yang bersih dan mulia sepaerti yang disimbolkan oleh bunga lotus.

4.2.5 Makna Bunga Anggrek

Bunga anggrek banyak tersebar hidup di berbagai negara. Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Anggrek sering dipergunakan sebagai simbol dari rasa cinta, kemewahan, dan keindahan selama berabad-abad.


(53)

Cina adalah negara yang memiliki sejarah yang panjang mengenai pembudidayaan bunga anggrek, dan begitu banyak jenis anggrek yang hidup tersebar di seluruh wilayah cina. Wilayah yang merupakan tempat penyebaran anggrek terbanyak adalah wilayah Cina bagian utara dan Cina bagian selatan. Keindahan dan kesucian bunga anggrek dijadikan sebagai representasi dari peradaban Cina yang memiliki moral dan kesopanan. Karena hal tersebut anggrek termasuk salah satu dari empat jenis tumbuhan yang memiliki makna dan nilai baik bagi masyarakat tionghoa “花中四君子”( zhong hua si junzi) selain dari bamboo, pinus, bunga krisan (seruni) dan bunga meihua (plum blossom).

Karena bunga anggrek memiliki aroma yang wangi, bangsa Cina pada jaman dahulu kala mempercayai bahwa anggrek sebagai tanaman yang mengeluarkan aroma harum dari tubuh Kaisar Cina. Karakter dari bunga anggrek yang memiliki bentuk dan warna yg indah serta memiliki aroma wangi menjadikannya sebagai simbol yang memiliki konotasi yang sangat baik bagi masyarakat Tionghoa. Bunga anggrek merupakan simbol yang dari kesucian dan keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa.

Lebih dari 2000 tahun yang lalu Konfusius mengatakan “"Bunga anggrek tumbuh di hutan dan mengeluarkan aroma wangi walau tidak ada orang di sekitarnya yang menghargai. Demikian pula, orang berbudi luhur tidak akan membiarkan kelemahan menghalangi mereka untuk kultivasi dan membangun kebajikan." Orang Besar tahu kebenaran tentang kehidupan. Terlepas dari apa keadaannya, ia berpegang pada prinsip moral dalam melakukan sesuatu dan mengikuti ajaran-ajaran orang-orang suci. Kemanapun ia pergi, ia menyebar kebaikan dan mempengaruhi mereka yang berhubungan dengannya, sehingga


(54)

orang lain menghormati nilai etika dan keadilan. Karena hal ini lah maka etnis Tionghoa menjadikan bunga anggrek sebagai simbol dari kesucian, moral dan kesopanan. Selain itu etnis Tionghoa meyakini bunga anggrek sebagai simbol banyak anak dan pada simbol lainnya adalah sebagai bentuk rasa sayang pada seseorang.

4.2.6 Makna Bunga Krisan (Seruni)

Bunga krisan atau bunga seruni amat berkaitan dengan bunga daisy. Dalam bahasa Yunani arti Crisanthemum adalah bunga emas, dan jenis bunga krisan yang tertua adalah bunga krisanthemum Cina yang bentuknya mirip dengan bunga daisy di Cina juga. Bunga krisan Cina tersebut telah ditanam sekitar 2,500 tahun sebelum diperkenalkan ke Eropa dan sekarang bunga seruni ini telah banyak ditanam di negara Barat dan Eropa bahkan bunga krisan ini diangkat menjadi bunga nasional negara Jepang. Di Cina, tempat asal bunga ini, krisan dikenal dengan nama Ju Hua, warna bunga ini pun bervariasi seperti merah-muda, oranye, merah, merah gelap, dan kuning.. Bunga ini juga merupakan simbol tentara Cina, dan juga dianggap tanaman yang agung bersama dengan anggrek, bambu dan plum, dan yang diperkenankan menanam bunga krisan hanyalah kaum bangsawan. Karena dipercaya memiliki khasiat menenangkan, krisan juga digunakan dalam pengobatan tradisional Cina sebagai teh dan menempatkan potongan kelopak bunga dibawah jamuan minuman anggur sebagai pemberkatan hidup sehat dan panjang umur. Krisan juga digunakan oleh Konfusius, salah satu tokoh filsafat bangsa Cina, sebagai objek meditasi.

Krisan juga merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat herbal Tiongkok. Orang-orang di zaman kuno percaya bahwa, selain penangkal racun,


(55)

krisan bisa mengusir roh jahat dan mencegah panas dingin di akhir musim gugur. Jadi, membuat dan minum krisan dilanjutkan kembali selama berabad-abad, dan itu menjadi makanan tradisi saat Festival Sembilan Sembilan, untuk menghindari roh jahat dan kemalangan. Selain itu, karakter Tiongkok untuk anggur adalah Jiu, selafal dengan karakter Tiongkok untuk panjang, melambangkan umur panjang. Festival Sembilan Sembilan, juga bernama Festival Chong Yang, jatuh pada hari kesembilan bulan kesembilan dari kalender lunar Tiongkok, maka dinamakan Festival Sembilan Sembilan. Pada hari ini, orang Tiongkok kerap mengunjungi orangtuanya, membawakan teh krisan dan kue, dan pergi berwisata bersama menikmati indahnya musim gugur. Bunga krisan juga dijadikan sebagai lambang musim gugur karena bunga krisan selalu mekar dimusim gugur.

Didalam legenda cina kuno ada kisah tentang putra tertua kaisar mendengar tentang tumbuhan ajaib yang bisa membuat tubuh jadi awet muda. Tanaman ini hanya tumbuh di pulau Naga dan hanya bisa diambil oleh orang muda dan anak-anak. Sang putra mahkota pun akhirnya mengirim 24 anak-anak dari berbagai penjuru wilayah cina ke pulau tersebut. Tapi saat anak-anak itu tiba di sana, mereka tak menemukan apa-apa, tak ada tanda apapun tentang tanaman ajaib, yang ada hanya the golden chrysanthemum. Kini, tanaman tersebut juga menjadi simbol dari masyarakat Cina sebagai simbol pemersatu.


(56)

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan dari gambaran dan penjelasan mengenai fungsi dan makna dari keenam jenis tumbuhan bagi etnis Tionghoa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut

 Fungsi bamboo: sebagai simbol dalam kebudayaan etnis tionghoa, tanaman herbal pengobatan tradisional dan tanaman konservasi.

 Fungsi pinus: sebagai simbol kebudayaan dan tanaman herbal untuk pengobatan tradisional.

 Fungsi bunga meihua : sebagai simbol kebudayaan dan tanaman hias.  Fungsi bunga lotus: sebagai simbol kebudayaan, tanaman hias, tanaman

herbal, berfungsi sebagai pelengkap dalam upacara perkawinan tradisional etnis tionghoa.

 Fungsi bunga anggrek: sebagai simbol kebudayaan, tanaman hias dan tanaman herbal untuk pengobatan tradisional.

 Fungsi bunga krisan : sebagai simbol kebudayaan, tanaman hias dan tanaman


(57)

 Makna bambu: bermakna sebagai lambang keuletan hidup, lambang panjang umur, daya tahan , dan kesabaran.

 Makna pinus : bermakna sebagai, lambang panjang umur, daya tahan , dan kesabaran.

 Makna meihua: bermakna sebagai lambang keteguhan akan keberanian yang anggun, keuletan hidup

 Makna lotus : bermakna sebagai lambang kesucian dan kemurnia

 Makna anggrek : bermakna sebagai lambang moral hidup yang baik dan kehormatan.

 Makna krisan : bermakna sebagai lambang panjang umur dan hari tua yang bahagia.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Jakarta: Refika Aditama.

Fathoni, Abdurrahmat. 2005. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Garut: Rineka Cipta.

Febritianti, Nadia, Alrizni. 2009. Batu Giok Dalam Kebudayaan Cina. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hartoko, Dick. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia

Nababan. 1993. Sosiolinguistik suatu pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: 2007 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: 2003

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Koentjaraningrat. 1997. Pengantar Ilmu Antropologi Pokok-Pokok Etnografi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Patrick, Ko. 2008. The History of Ancient Chinese Jade Culture. The Hong Kong Medical Diary.

Widyasusanto, Laurent. 1996. Panduan Belajar Antropologi. Jakarta: Pradnya Paramita


(59)

Publikasi Elektronik

http://www.Indonesia_Jewelry_Wholesale.com. Diunduh pada tanggal 6 September 2011

http://www.Teori_struktural_fungsional-wikipedia-bahasa-indonesia.html. Diunduh pada tanggal 9 Juni 2011

http://chineseculture.about.com//library/cahracter/bl_zi00175.html. Diunduh pada tanggal 9 Februari 2011

http://chineseculture.about.com/cs/history/a/jadeculture.html. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2011


(1)

orang lain menghormati nilai etika dan keadilan. Karena hal ini lah maka etnis Tionghoa menjadikan bunga anggrek sebagai simbol dari kesucian, moral dan kesopanan. Selain itu etnis Tionghoa meyakini bunga anggrek sebagai simbol banyak anak dan pada simbol lainnya adalah sebagai bentuk rasa sayang pada seseorang.

4.2.6 Makna Bunga Krisan (Seruni)

Bunga krisan atau bunga seruni amat berkaitan dengan bunga daisy. Dalam bahasa Yunani arti Crisanthemum adalah bunga emas, dan jenis bunga krisan yang tertua adalah bunga krisanthemum Cina yang bentuknya mirip dengan bunga daisy di Cina juga. Bunga krisan Cina tersebut telah ditanam sekitar 2,500 tahun sebelum diperkenalkan ke Eropa dan sekarang bunga seruni ini telah banyak ditanam di negara Barat dan Eropa bahkan bunga krisan ini diangkat menjadi bunga nasional negara Jepang. Di Cina, tempat asal bunga ini, krisan dikenal dengan nama Ju Hua, warna bunga ini pun bervariasi seperti merah-muda, oranye, merah, merah gelap, dan kuning.. Bunga ini juga merupakan simbol tentara Cina, dan juga dianggap tanaman yang agung bersama dengan anggrek, bambu dan plum, dan yang diperkenankan menanam bunga krisan hanyalah kaum bangsawan. Karena dipercaya memiliki khasiat menenangkan, krisan juga digunakan dalam pengobatan tradisional Cina sebagai teh dan menempatkan potongan kelopak bunga dibawah jamuan minuman anggur sebagai pemberkatan hidup sehat dan panjang umur. Krisan juga digunakan oleh Konfusius, salah satu tokoh filsafat bangsa Cina, sebagai objek meditasi.

Krisan juga merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat herbal Tiongkok. Orang-orang di zaman kuno percaya bahwa, selain penangkal racun,


(2)

krisan bisa mengusir roh jahat dan mencegah panas dingin di akhir musim gugur. Jadi, membuat dan minum krisan dilanjutkan kembali selama berabad-abad, dan itu menjadi makanan tradisi saat Festival Sembilan Sembilan, untuk menghindari roh jahat dan kemalangan. Selain itu, karakter Tiongkok untuk anggur adalah Jiu, selafal dengan karakter Tiongkok untuk panjang, melambangkan umur panjang. Festival Sembilan Sembilan, juga bernama Festival Chong Yang, jatuh pada hari kesembilan bulan kesembilan dari kalender lunar Tiongkok, maka dinamakan Festival Sembilan Sembilan. Pada hari ini, orang Tiongkok kerap mengunjungi orangtuanya, membawakan teh krisan dan kue, dan pergi berwisata bersama menikmati indahnya musim gugur. Bunga krisan juga dijadikan sebagai lambang musim gugur karena bunga krisan selalu mekar dimusim gugur.

Didalam legenda cina kuno ada kisah tentang putra tertua kaisar mendengar tentang tumbuhan ajaib yang bisa membuat tubuh jadi awet muda. Tanaman ini hanya tumbuh di pulau Naga dan hanya bisa diambil oleh orang muda dan anak-anak. Sang putra mahkota pun akhirnya mengirim 24 anak-anak dari berbagai penjuru wilayah cina ke pulau tersebut. Tapi saat anak-anak itu tiba di sana, mereka tak menemukan apa-apa, tak ada tanda apapun tentang tanaman ajaib, yang ada hanya the golden chrysanthemum. Kini, tanaman tersebut juga menjadi simbol dari masyarakat Cina sebagai simbol pemersatu.


(3)

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan dari gambaran dan penjelasan mengenai fungsi dan makna dari keenam jenis tumbuhan bagi etnis Tionghoa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut

 Fungsi bamboo: sebagai simbol dalam kebudayaan etnis tionghoa, tanaman herbal pengobatan tradisional dan tanaman konservasi.

 Fungsi pinus: sebagai simbol kebudayaan dan tanaman herbal untuk pengobatan tradisional.

 Fungsi bunga meihua : sebagai simbol kebudayaan dan tanaman hias.  Fungsi bunga lotus: sebagai simbol kebudayaan, tanaman hias, tanaman

herbal, berfungsi sebagai pelengkap dalam upacara perkawinan tradisional etnis tionghoa.

 Fungsi bunga anggrek: sebagai simbol kebudayaan, tanaman hias dan tanaman herbal untuk pengobatan tradisional.

 Fungsi bunga krisan : sebagai simbol kebudayaan, tanaman hias dan tanaman


(4)

 Makna bambu: bermakna sebagai lambang keuletan hidup, lambang panjang umur, daya tahan , dan kesabaran.

 Makna pinus : bermakna sebagai, lambang panjang umur, daya tahan , dan kesabaran.

 Makna meihua: bermakna sebagai lambang keteguhan akan keberanian yang anggun, keuletan hidup

 Makna lotus : bermakna sebagai lambang kesucian dan kemurnia

 Makna anggrek : bermakna sebagai lambang moral hidup yang baik dan kehormatan.

 Makna krisan : bermakna sebagai lambang panjang umur dan hari tua yang bahagia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Jakarta: Refika Aditama.

Fathoni, Abdurrahmat. 2005. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Garut: Rineka Cipta.

Febritianti, Nadia, Alrizni. 2009. Batu Giok Dalam Kebudayaan Cina. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hartoko, Dick. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia

Nababan. 1993. Sosiolinguistik suatu pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: 2007 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: 2003

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Koentjaraningrat. 1997. Pengantar Ilmu Antropologi Pokok-Pokok Etnografi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Patrick, Ko. 2008. The History of Ancient Chinese Jade Culture. The Hong Kong Medical Diary.

Widyasusanto, Laurent. 1996. Panduan Belajar Antropologi. Jakarta: Pradnya Paramita


(6)

Publikasi Elektronik

http://www.Indonesia_Jewelry_Wholesale.com. Diunduh pada tanggal 6 September 2011

http://www.Teori_struktural_fungsional-wikipedia-bahasa-indonesia.html. Diunduh pada tanggal 9 Juni 2011

http://chineseculture.about.com//library/cahracter/bl_zi00175.html. Diunduh pada tanggal 9 Februari 2011

http://chineseculture.about.com/cs/history/a/jadeculture.html. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2011