teh krisan etnis Tionghoa percaya akan memberi kesehatan, awet muda dan umur panjang.
Bunga krisan juga berfungsi sebagai simbol dalam kebudayaan etnis Tionghoa, yang menyimbolkan umur panjang dan kehormatan. Saat ini bunga
krisan dipakai sebagai simol tentara Cina.
4.2 Makna Alam Tumbuhan dalam Kehidupan Etnis Tionghoa
4.2.1 Makna Bambu
Bambu merupakan tumbuhan yang sudah sangat identik dengan negara Tiongkok, bahkan negara tersebut mendapat julukan sebagai negara tirai bambu.
Pohon bambu selalu disukai oleh etnis Tionghoa dan banyak ditampilkan dalam karya seni, puisi, dan sastra etnis Tionghoa. Bagi etnis Tionghoa bambu adalah
lambang panjang umur, daya tahan , dan kesabaran. Pohon ini selalu hijau dan berkembang sepanjang tahun, bambu juga merupakan jenis tumbuhan yang
mampu bertahan hidup dalam kondisi iklim yg berbeda-beda, bahkan diiklim yang paling dingin sekalipun pun bambu mampu bertahan hidup. Etnis Tionghoa
percaya bahwa bambu memiliki kekuatan misterius. Oleh karena itu jika digantungkan dirumah bambu dapat mengusir roh jahat. Lonceng angin yang
terbuat dari bambu juga dianggap sebagai pembawa chi aura positif yang baik dan banyak dianjurkan oleh ahli fengshui. Bambu bisa menjadi guru. Oleh sebab
itu bambu dijunjung dalam budaya Konfucius di Jepang, Korea dan Tiongkok. Dalam seni lukisnya bambu adalah lambang estetika. Dalam filsafatnya bambu
adalah lambang ketahanan. Bagi etnis Tionghoa, bambu juga dianggap sebagai salah satu jenis
tumbuhan mulia. Ratusan tahun lalu, seorang penyair Tiongkok yang terkenal,
Pou Sou Tung, mengungkapkan bahwa suatu makanan harus memiliki daging, sedangkan rumah harus memiliki bambu. Tanpa daging kita bisa kurus, sedangkan
tanpa bambu kita bisa kehilangan ketenteraman dan kebudayaan. Suatu ungkapan yang mengagungkan tumbuhan bambu, karena begitu pentingnya fungsi bambu
bagi kehidupan etnis Tionghoa. Siklus hidup bambu yang sebenarnya memiliki makna filosofi bagi
kehidupan manusia. Di dalam tanaman bambu terkandung simbolisasi nilai-nilai luhur yang diajarkan para ahli pikir Tiongkok zaman dahulu, terutama oleh
Konfucius. Nilai-nilai luhur itu kemudian diterjemahkan dalam lukisan bambu, yang biasanya diperkaya dengan seuntai puisi atau syair yang indah dan penuh
makna. Bambu adalah salah satu jenis tanaman yang sangat fleksibel, dapat
mengikuti kemana arah angin berhembus, oleh karena itu sekalipun bambu diterpa oleh angin kencang, bambu tidak akan bisa patah ataupun roboh. Sifat bambu
yang fleksible tersebut ternya dikarenakan adanya ruang kosong di dalam batang bambu. Seperti yang terdapat didalam ajaran konfusius dikatakan bahwa manusia
harus bisa memiliki karakter seperti bambu yang fleksibel karena memiliki ruang kosong didalam batangnya, ruang ini juga melambangkan sifat kosong atau
rendah hati atau disebut Di. Karena ada kerendahan hati, merasa diri masih kurang, maka seseorang akan tetap berniat atau berkeinginan untuk belaja, mau
menerima saran dari orang lain dan tidak menyombongkan diri. Kalau dilihat tanaman bambu, pada saat ia bertumbuh besar, secara hampir
bersamaan ia juga berkembang biak atau memperbanyak diri dengan cara bertunas. Artinya bambu melakukan dua hal penting sekaligus, yaitu: merawat diri
dan berkembang biak. Keduanya merupakan lambang Xiao atau berbakti, menjaga warisan orangtua dan melanjutkannya sepenuh hati. Hal ini melambangkan sifat
tentang Xiao. Seseorang yang tidak berbakti dianggap orang yang tidak berbudi, tidak tahu terima kasih, seperti kacang lupa kulitnya. Pada zaman dahulu, kalau
seseorang dikatakan Bu Xiao atau tidak berbakti, itu merupakan sebuah bentuk hukuman moral yang paling tinggi, paling berat. Bila seseorang dianggap Bu
Xiao, bisa jadi orang yang bersangkutan akan terasing hidupnya, dicibir atau bahkan dijauhi oleh lingkungannya. Yang dimaksud dengan Xiao atau berbakti
dalam arti luas adalah mulai dari berbakti kepada orangtua, guru atau yang dituakan, keluarga, masyarakat, bangsa, negara sampai pada kemanusiaan. Meski
demikian tidak jarang perilaku berbakti ini dianggap seolah-olah hanya untuk orang tua atau untuk hal tertentu saja. Padahal bertanggung jawab atas kesehatan
dan kebaikan diri sendiri juga merupakan salah satu wujud dari Xiao atau berbakti.
Sifat bambu ketiga adalah lurus. Hampir tidak pernah dijumpai ada bambu yang tidak lurus atau bercabang. Sifat ini melambangkan Zhong atau kesetiaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Namun yang sesungguhnya, Zhong bukanlah sekedar setia, namun juga melukiskan keseimbangan hidup. Dengan menghayati
sikap Zhong, seseorang akan tahu kapan harus berjalan maju, berhenti atau bahkan kapan harus berjalan mundur, sehingga ia akan mencapai tempat atau cita-cita
yang tepat, pas dan tidak berlebihan. Kalau dilihat rerumpun bambu yang rimbun, maka bisa terlihat bahwa
bambu-bambu tersebut banyak yang condong ke berbagai arah. Ada yang condong ke depan, ke belakang, ke kapan atau ke kiri. Namun meski berbeda-
beda arah mempuny
mengibara yang mesk
Mak Meski be
perbedaan yang berb
besar atau dengan ar
dengan sa Ciri
batangnya bahasa ya
kesantuna melamban
melamban proses. Ini
demi pros h, rerumpu
yai jalinan atkan perila
ki berbeda-b
kna lebih ja erbeda pan
n kecil haru eda, kebena
u demi kep rah bambu
ling menyat khas bamb
a. Ini melam ang lebih
an sosial. ngkan nila
ngnya makn i untuk men
es, tahapan nan bambu
akar yan aku seorang
beda, namun
auh yang bi ndangan, k
us bisa men aran yang le
pentingan b yang berl
tunya jalina bu yang kel
mbangkan p agamis fil
Dengan d ai-nilai ke
na Li, ruas b ngingatkan
demi tahap u tetap me
ng menyatu g Junzi be
n tetap bisa
isa dipetik kalau sudah
ngalah pada ebih kecil, h
bersama. D lawanan, se
an akar satu lima adalah
perlu adany losofis bis
demikian esusilaan,
bambu juga kita semua
pan. erupakan sa
u, tersamb eriman, terp
a rukun.
adalah sika h menyang
a hal yang haruslah bis
Di sini kebe edang kebe
u bambu den h beruas-rua
ya tahapan, a diartikan
ciri khas tata susila
melambang yang sering
atu kesatua ung satu
pelajar dan
ap saling pe gkut hal m
lebih besar a mengalah
enaran keci enaran besa
ngan lainnya as alias ber
tatanan ata n sebagai
bambu k a atau L
gkan arti pe g tidak saba
an utuh, k sama lain
n berbudi lu
ercaya atau mendasar,
r. Dalam ka h pada kebe
il dilamban ar dilamban
a. rbuku-buku
au aturan. D kesusilaan
kelima ini Li. Selain
entingnya se ar melalui p
karena n. Ini
uhur,
u Xin. maka
alimat naran
ngkan ngkan
pada Dalam
atau bisa
bisa ebuah
proses
Nilai luhur keenam adalah Yi atau kebenaran. Simbolnya ialah akar bambu yang tertanam kuat dan lurus ke dalam tanah. Ini berarti semua tindakan kita
haruslah mempunyai dasar pijakan yang tepat. Dengan demikian bisa dipertanggungjawabkan secara kuat. Akar yang kuat, lurus dan menghujam dalam
jauh ke bawah permukaan bumi inilah yang membuat tanaman bambu kokoh dan tidak mudah tumbang. Demikian pula seharusnya setiap tindakan kita. Bila
dilandasi oleh nilai kebenaran, maka setiap langkah atau tindakan yang kita ambil akan lebih pasti, mantap, tegas dan tidak gamang.
Nilai moral ketujuh adalah Lian, suci hati, tulus hati atau ketulusan, yang dilambangkan dengan jalinan akar bambu. Dengan adanya sifat ini maka setiap
orang akan dibuka mata hatinya untuk saling menyapa, menolong dan membantu, seperti halnya bambu yang kelebihan makanan karena tumbuh di tempat yang
lebih subur menolong bambu yang kekurangan makanan karena tumbuh di tempat yang kurang subur melalui transfer makanan lewat jaringan akarnya.
Salah satu sifat manusia yang membedakannya dengan binatang adalah tahu malu atau Che. Dengan demikian manusia yang kehilangan rasa tahu malunya
bisa diartikan sudah kehilangan pula rasa kemanusiaannya. Tahu malu yang dimaksud di sini tidak saja menyangkut hal yang terkait dengan kesopanan,
moralitas dan kesusilaan, namun juga menyangkut kemampuan diri memberikan makna dan kontribusi bagi keluarga, masyarakat,
bangsa, negara dan kemanusiaan. Bambu juga dijadikan sebagai simbol dari Che, hal itu dikarenakan
kemampuan bambu menyumbangkan semua bagian dirinya untuk kehidupan manusia. Tunas muda yang disebut rebung dapat diolah menjadi makanan lezat
seperti lumpia. Bambu berbagai ukuran bisa digunakan sebagai bahan: seruling, bambu runcing, angklung, calung, rakit, sampai bahan bangunan. Bahkan daunnya
pun dapat digunakan sebagai bungkus bacang, jajanan khusus yang terbuat dari ketan. Dengan simbol ini setiap orang dituntut terus belajar agar mempunyai multi
talenta seperti bambu. Dengan demikian kehadirannya menambah, sedang ketidakhadirannya akan mengurangi.
Memahami paparan di atas, dapatlah dimengerti mengapa etnis Tionghoa banyak menampilkan bambu sebagai objek dalam kehidupan manusia. Hal itu
bukan hanya karena keindahannya saja, tapi karena ciri tanaman bambu bisa dijadikan simbol nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia seperti Xiao, Di,
Zhong, Xin, Li, Yi, Lian, Che atau berbakti, rendah hati, setia, saling percaya, susila, benar atau bajik, tulus atau suci hati, dan tahu malu. Kedelapan nilai-nilai
itu dikenal sebagai BaDe atau Delapan Kebajikan yang merupakan salah satu mutiara ajaran agama Konfucius.
4.2.2 Makna Pinus