Makna Pinus Makna Alam Tumbuhan dalam Kehidupan Etnis Tionghoa

seperti lumpia. Bambu berbagai ukuran bisa digunakan sebagai bahan: seruling, bambu runcing, angklung, calung, rakit, sampai bahan bangunan. Bahkan daunnya pun dapat digunakan sebagai bungkus bacang, jajanan khusus yang terbuat dari ketan. Dengan simbol ini setiap orang dituntut terus belajar agar mempunyai multi talenta seperti bambu. Dengan demikian kehadirannya menambah, sedang ketidakhadirannya akan mengurangi. Memahami paparan di atas, dapatlah dimengerti mengapa etnis Tionghoa banyak menampilkan bambu sebagai objek dalam kehidupan manusia. Hal itu bukan hanya karena keindahannya saja, tapi karena ciri tanaman bambu bisa dijadikan simbol nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia seperti Xiao, Di, Zhong, Xin, Li, Yi, Lian, Che atau berbakti, rendah hati, setia, saling percaya, susila, benar atau bajik, tulus atau suci hati, dan tahu malu. Kedelapan nilai-nilai itu dikenal sebagai BaDe atau Delapan Kebajikan yang merupakan salah satu mutiara ajaran agama Konfucius.

4.2.2 Makna Pinus

Sebatang pohon pinus dapat tumbuh sampai 6000 tahun. Pohon pinus dan dinosaurus berada di satu zaman, dinosaurus sudah lama punah sedangkan pohon pinus masih terus bertahan hidup, hal ini menunjukkan dia mempunyai daya hidup yang kuat. Bristlecone Pine, merupakan pohon pinus tertua di dunia dengan usianya yang sudah mencapai 4200 tahun. Pohon pinus adalah lambang yang paling dikenal dari segala lambang panjang umur, hal ini dikarenakan pohon pinus tidak pernah layu, selalu berwarna hijau bahkan dalam musim terdingin sekalipun. pohon pinus sangat populer sebagai objek didalam lukisan etnis tionghoa, selain sebagai subjek didalam lukisan , pohon pinus juga dijadikan sebagai subjek didalam puisi-puisi tiongkok untuk menggambarkan kesetiaan dan kepatuhan. Di zaman dulu, orang tiongkok mempunyai tradisi meletakkan ranting daun pinus di depan pintu masuk rumah untuk dewa yang menjaga pintu. Tradisi ini juga diperkenalkan ke masyarakat Jepang pada zaman Heian. Daun pohon pinus yang selalu berwarna hijau di musim dingin dipercaya sebagai lambang keberuntungan. Di Tiongkok pohon pinus, bambu dan meihua disebut sebagai tiga teman pada musim dingin. Ini karena ketiga tumbuhan ini, tidak gugur daunnya atau bunganya pada musim dingin, dan ketiga jenis tumbuhan ini menjadi simbol kesetiaan yang tidak berubah. Pada etnis Tionghoa, pohon pinus selain dijadikan sebagai lambang panjang umur, juga dijadikan sebagai lambang kekuatan, tekad dan keuletan dalam menjalani kehidupan. Song pinus sebagai pertanda usia panjang, pohon pinus, yang selalu hijau, menyampaikan harapan untuk hari tua yang bergairah . Dalam lukisan-lukisan etnis Tionghoa, paling sering ditampilkan pria dan wanita yang berusia lanjut, dengan rambut yang telah putih bagaikan salju. Usia lanjut merupakan lambang kebahagiaan, kearifan, dan pengetahuan yang luas bagi etnis Tionghoa sehingga layak dijadikan panutan. Lambang yang juga seringkali mereka gunakan ialah pohon pinus yang daunnya tetap hijau ever green kendatipun diselimuti salju. Simbol-simbol tersebut menujukkan bahwa didalam budaya etnis tionghoa, mereka sangat mengagungkan masa tua manusia dan menjadikan pohon pinus sebagai simbol dari masa tua yang bahagia, arif dan memiliki pengetahuan yang luas. Tumbuhan baik yang berasal dari penjabaran filosofi etnis Tionghoa yaitu denagn mengkaji makna dari ciri-ciri dan bentuk tumbuhan itu sendiri. Pohon Pinus adalah tumbuhan daerah dingin yang memiliki daya tahan tinggi dan batang yang kuat yang bisa diartikan seperti karakter yang gagah dan berani. Pohon pinus juga bisa dianggap sebagai lambang keteguhan hati dan kemenangan dalam bertahan hidup. Hal lain yang membuktikan bahwa pohon pinus menjadi representasi didalam kehidupan etnis Tionghoa bisa dilihat dari asal usul gerakan tai chi, dimana secara notabenenya tai chi merupakan salah satu seni bela diri dan olahraga yang berasal dari negeri Tiongkok. Menurut legenda, Tai Chi diciptakan oleh Zhang Shan Feng di Indonesia dikenal sebagai Thio Sam Hong seorang pendeta Tao yang tinggal di gunung Wudang di barat laut provinsi Hubei, Tiongkok. Kisah mengenai Zhang Shang Feng terdapat didalam 2 versi yang berbeda . Dia terkenal dengan kemampuan beladirinya, yang hidup pada masa Dinasti Song 960-1279 M dan yang lainnya adalah pendeta Tao yang hidup pada masa Dinasti Ming 1368-1644 M yang terkenal sebagai jago pedang. Dalam usahanya menciptakan gerakan Tai Chi ini, Thio Sam Hong memperoleh inspirasi dari pohon pinus yang selalu hijau sepanjang masa ever green tree. Pada suatu malam di musim dingin, salju turun begitu deras dan keesokan harinya semua tumbuh-tumbuhan patah diterpa angin dan salju, kecuali hanya pohon pinus yang tetap berdiri tegak. Dengan rasa heran, ia mengamati semua kejadian itu. Pada saat salju turun dan menumpuk diatas ranting pohon pinus, ranting itu mulai melengkung dikarenakan berat dari tumpukan salju yang semakin tebal, tetapi pada saat ranting itu mencapai titik lengkung tertentu seluruh salju itu jatuh kebawah dan ranting itu melenting kembali ke posisi semula tanpa mengalami kerusakan. Kejadian itu menerangi pikirannya tentang konsep seni bela diri yang dicarinya. Bukan atas dasar menyerang seperti yang selama ini dilakukannya, melainkan atas dasar menerima dan suatu saat dengan tenaga secukupnya, membelokkan dan membiarkan beban itu jatuh karena beratnya sendiri. Atas dasar prinsip-prinsip tersebut maka dalam latihan tai chi diutamakan keluwesan, kelemasan, kontinuitas, perlahan seolah-olah tanpa tenaga. Meminjam istilah Chin Yung pada kisah To Liong To adalah: “Berat seperti gunung, ringan seperti kapas. Orang Tiongkok kuno sering menyebutkan tumbuhan dalam mengekspresikan emosi dan perasaan, seperti kesombongan dan kekerasan pohon pinus menahan dingin musim dingin, untuk menggambarkan orang yang menjaga martabat dan moral benar mereka keberanian dalam situasi yang penuh gejolak dan kondisi yang merugikan. Pujian yang bertahan dalam kebenaran dan keadilan dan menjunjung tinggi moral keberanian. Untuk alasan ini, orang-orang Tiongkok kuno memilih pohon pinus, pohon bambu, dan bunga meihua sebagai tiga teman musim dingin, dan memuji perlawanan khusus ketiga jenis tanaman tersebut dalam bertahan hidup pada cuaca yang keras, untuk eulogise pinus dijadikan sebagai lambang bertahan dalam kebenaran dan keadilan dan menjunjung tinggi moral keberanian. 4.2.3 Makna Bunga Mei Hua Plum Blossom Bunga Mei Hua atau yang disebut juga bunga plum blossom adalah jenis tanaman hias yang terkenal di china. Sejarah mengenai bunga meihua sudah dikenal di china sejak 4000 tahun yang lalu, dengan sejarah perjalanan yang panjang akhirnya bunga meihua tidak hanya sekedar menjadi tanaman hias tetapi bunga meihua akhirnya menjadi bagian dari kebudayaan tradisional cina hal itu juga dikarenakan bunga meihua mempunyai nilai filosofis yang baik bagi etnis tionghoa. Bunga Mei Hua memiliki ciri khas yaitu berkembang saat salju turun. Semakin deras salju turun semakin berkembang indah sehingga meihua juga dianggap sebagai lambang keteguhan prinsip. Bunga meihua adalah bunga yang berasal dari china dan hanya ditemukan tumbuh di cina, selain karena meihua adalah asli berasal dari china tetapi juga karena kecantikan yang dimiliki bunga meihua maka oleh negara Cina dijadikan sebagai bunga nasional Cina. Sepintas, bunga mei hwa tampak seperti bunga sakura, bunga khas Jepang. mei hwa dan sakura memang masih satu keluarga, namun bunga mei hwa tidak tumbuh berkelompok seperti bunga sakura, dan bunga mei hwa mekar lebih cepat dibandingkan bunga sakura. Bunga ini banyak menjadi sumber inspirasi bagi banyak seniman tionghoa, karena sering disebut dalam syair cina kuno atau dijadikan objek lukisan Cina. Mei artinya cantik, Hwa atau hua artinya bunga. Jadi, Mei Hwa artinya bunga yang cantik. Nama lain dari Mei Hwa yaitu plum blossom, artinya kuntum bunga-bunga plum yang sedang mekar, sedang nama latinnya Prunus mume. Dalam representasinya etnis tionghoa menjadikan bunga meihua menjadi ornament yang penting untuk dipasang pada saat perayaan imlek, selayaknya pohon cemara yang selalu dihadirkan sebagai ornament penting disaat perayaan natal oleh umat kristiani. Tapi biasanya ornament meihua yang digunakan pada saat imlek adalah imitasi atau dengan kata lain ornament meihua yang terbuat dari plastik. Meihua juga memiliki legenda bagi etnis tionghoa. Dikisahkan, kakak beradik Da Jui Si Mulut Besar dan Da Shou Si Tangan Besar memiliki sifat bertolak belakang. Da Jui berupaya menguasai harta adiknya dengan cara mengusirnya. Dia yang pemalas dan serakah itu memberi si adik dengan bagian harta yang sedikit, yakni 3 rumah sederhana, 10 hektar sawah tandus, seekor anjing dan kambing. Tetapi karena sifat buruknya yang pemals dan tidak mau bekerja keras itu, lama-kelamaan harta Da Jui pun menipis. Bahkan keledai dan kuda pun dijual untuk membeli bahan makanan. Sedangkan Da Shou dan keluarganya tetap berupaya bekerja keras. Dengan dibantu anjing dan kambingnya, ia mengerjakan sawah dengan tekun. Akhirnya hasil mereka berlimpah dan memiliki banyak cadangan makanan untuk musim dingin. Namun melihat kesuksesan Da Shou, timbul niat jahat Da Jui untuk membunuh anjing dan kambing adiknya itu. Kedua hewan itu mati setelah makanannya ditaburi racun. Tentu saja keluarga Da Shou berduka. Lalu kedua hewan itu dimakamkan di pekarangan belakang rumah mereka. Ketika memasuki musim semi tahun kedua, di atas makam tersebut tumbuh dua batang pohon kecil. Satu dari pohon tersebut bisa menghasilkan emas, sedangkan batang yang lain menghasilkan perak. Sejak itu kehidupan Da Shou menjadi makmur. Dari cerita tersebut, kini masyarakat Tionghoa berupaya meneladaninya dengan memajang pohon meihua setiap perayaan tahun baru Imlek. Hal lain yang membutikkan bahwa meihua sangat digemari oleh etnis tionghoa, dapat dilihat dari adanya tradisi bunga meihua yang diadakan oleh pemerintahan china bersamaan dengan diadakannya perayaan imlek atau tahun baru china. Dinegeri tiongkok dikenal memilki 4 musim yaitu, musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Tahun baru imlek yang selalu datang bertepatan dengan musim semi dimana bunga meihua juga mulai bermekaran, maka dulu dikenal dengan istilah festival musim semi kuo chun ciek. Ketika festival ini berlangsung bunga meihua yang bermekaran ini ikut menambah semarak suasana festival. Festival ini berlangsung sangat meriah dan dijadikan agenda tahunan oleh pemerintahan china. Bunga Mei Hwa juga dijadikan sebagai lambang yang menandakan datangnya musim semi. Itulah sebabnya terdapat tradisi di masyarakat Tionghoa, menggunakan bunga ini sebagai hiasan di rumah ketika Imlek tiba, sehingga terkesan suasana yang sejuk, nyaman dan indah. Selain itu memasang hiasan bunga meihua didalam rumah pada saat imlek juga dianggap sebagai lambang keteguhan kekuatan hati dalam menjalani kehidupan seperti bunga meihua yang mampu bertahan hidup dimusim salju yang sangat dingin dan akhirnya mekar dimusim semi yang merupakan simbol dari adanya harapan sekalipun pada saat susah dan penuh tantangan. Dalam karya seni pertunjukkan yang bertemakan “Plum Blossom” — bunga plum yang bermekaran — dijelaskan oleh emcee sebagai simbol keteguhan akan keberanian yang anggun dan mengejutkan, dalam budaya Tiongkok.

4.2.4 Bunga Lotus