Pembatasan Masalah Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka

etnis Tionghoa sehari-hari, bahkan mereka menjadikan keenam jenis tumbuhan tersebut menjadi simbol dalam kebudayaan mereka. Oleh karena alasan tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian terhadap keenam jenis tumbuhan tersebut dengan maksud ingin memperjelas lagi bagaimana sebenarnya etnis Tionghoa dalam memaknai dan menilai keenam jenis tumbuhan tersebut, kemudian seperti apa pula etnis Tionghoa merepresentasikan keenam jenis tumbuhan tersebut didalam kehidupan mereka sehari-hari dan menjadikannya sebagai bagian dari kebudayaan mereka.

1.2 Pembatasan Masalah

Penulis akan membatasi penulisan hanya pada jenis dan makna dari dua jenis pohon-pohonan dan empat jenis bunga-bungaan yang identik pada etnis Tionghoa, yaitu : bambu, pinus, bunga meihua plum blossom, bunga lotus, bunga anggrek dan bunga krisan seruni. Alasan penulis membatasi penulisan hanya pada dua jenis pohon dan empat jenis bunga-bungaan tersebut adalah dikarenakan keenam jenis tumbuhan tersebut tidak hanya merupakan jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai simbol untuk hal-hal yang baik dalam kehidupan etnis Tinghoa tetapi juga memiliki makna dan nilai filosofis yang baik bagi etnis Tionghoa.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam merepresentasikan alam, etnis Tionghoa memiliki filosofinya sendiri terhadap beberapa jenis pohon dan bunga. Berkaitan dengan hal tersebut maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Bagaimana fungsi keenam jenis tumbuhan tersebut bagi etnis Tionghoa? 2. Bagaimana makna dari tumbuhan-tumbuhan tersebut bagi etnis Tionghoa?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui fungsi dari keenam jenis tumbuhan tersebut bagi etnis Tionghoa. 2. Untuk mengetahui makna apa yang terdapat pada masing-masing jenis tumbuhan tersebut bagi etnis Tionghoa.

1.4.2 Tujuan umum:

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program Strata 1 pada Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra China. 2. Untuk mengaplikasikan ilmu dan menambah pengetahuan tentang kebudayaa etnis Tionghoa, yang telah diperoleh oleh penulis selama diperkuliahan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan penelitian ini bisa memberi wawasan baru kepada para pembaca untuk lebih bisa menghargai dan memaknai tumbuhan sebagai makhluk hidup. Serta penelitian ini daiharapakan bisa bermanfaat yang turut memberi kontribusi dalam melestarikan tumbuh-tumbuhan. 2.Manfaat praktis 1. Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat unruk menjadi bahan referensi bagi penelitan-penelitian yang berkaitan selanjutnya. 2. Penelitian ini bisa diharapkan bisa bermanfaat untuk memberi sumbagan pemikiran bagi pengembangan ilmu budaya, khususnya mengenai kebudayaan etnis Tionghoa dalam hal memaknai secara filosofis dari beberapa jenis pohon dan bunga yang identik dengan etnis Tionghoa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut Alwi, dkk2003:912 tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari. Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon. Secara etimologis, simbol berasal dari kata Yunani ”sym-ballein” yang berarti melemparkan bersama suatu benda, perbuatan dikaitkan dengan suatu ide Hartoko dan Rahmanto, 1998 : 133. Ada pula yang menyebutkan symbolos, yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang Herusatoto, 2000 : 10. Penelitian mengenai simbol-simbol dan tanda-tanda verba dalam kehidupan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya diantaranya Sryana 2007 dalam skripsinya yang berjudul “Simbol Ulos Sebagai Representasi Identitas Batak Toba”. Dalam skripsi tersebut, Sryana membahas makna-makna yang terkandung didalam ulos Batak Toba. Selain membahas makna–makna yang terkandung dalam ulos Batak Toba, skripsi tersebut juga membahas fungsi yang mampu diberikan ulos sebagai hasil karya kebudayaan Batak Toba. Mulyana 2003:77 mendeskripsikan simbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari manusia. Respon manusia terhadap simbol itu adalah dalam pengertian makna dan nilainya. Suatu simbol disebut siginifikan atau memiliki makna apabila simbol itu membangkitkan pada individu yang menyampaikan respon yang sama seperti yang juga akan muncul pada individu yang dituju. Poerwadarminta 1989:490 mengatakan bahwa simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal atau yng mengandung maksud tertentu. Misalnya warna putih merupakan simbol kesucian. Whitehead dalam dilistone, 2001:18 mengatakan bahwa simbol berfungsi apabila beberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan, mengenai komponen-komponen lain dalam pengalamannya. Perangkat komponen terdahulu adalh simbol-simbol dan perangkat komponen demikian membentuk makna simbolik. Keberfungsian organis yang menyebabkan adanya peralihan simbol kepada maknaitu akan disebut referensi. Pendapat Saussure dalam sobur, 2004:46 tentang simbol adalah jenis tanda yang mempunyai hubungan antara penandan dan petanda seakan-akan bersifat arbitner. Seperti simbol tato sebagai petanda yang merupakan aspek material, yaitu bunyi atau coretan yang bermakna. Sedangkan petanda adalah aspek mental, pikiran atau konsep dari identitas simbol tato itu sendiri. Penada dan petanda merupakan satu kesatuan seperti dua sisi helai kertas. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan sebaliknya suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda. Konsep Peirce sobur, 2004:156 tentang simbol diartikan sebagai tanda yang mengacu pada objek tertentu diluar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol dengan sesuatu yang ditandakan dengan adanya sifat yang konvensional. Berdasarkan konvensi itu juga masyarakat pemakaiannya menafsirkan ciri dan hubungan antar simbol dengan objek yang diacu dan maknanya. Berger 2000:23 berpendapat bahwa salah satu karakteristik dari simbol adalah bahwa simbol tidak pernah benar-benar menghasilkan makna baru dalam setiap konteks yang berbeda. Hal ini bukannya tidak beralasan karena ada ketidaksempurnaan ikatan alamiah antara penanda dan petanda seperti simbol keadilan yang berupa sebuah timbangan tidak dapat digantikan oleh identitas lainnya seperti kendaraan atau kereta.

2.2 Konsep