17
Tergantung dari lamanya paparan dan kepekaan individual terhadap debu, berbagai gangguan atau penyakit dapat timbul pada pekerja. Debu yang masuk ke
dalam saluran pernafasan menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan non spesifik berupa bersin dan batuk. Pneumokoniosis biasanya timbul setelah pekerja
terpapar selama bertahun-tahun. Penyakit akibat paparan debu yang lain seperti asma kerja, bronchitis industri. Umumnya penyakit paru akibat debu mempunyai gejala dan
tanda yang mirip dengan penyakit paru lainnya yang tidak disebabkan oleh debu di tempat kerja. Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan anamnesis yang teliti
meliputi riwayat pekerjaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan, karena penyakit biasanya baru timbul setelah paparan yang cukup lama. Pengetahuan
yang cukup tentang dampak debu terhadap paru diperlukan untuk dapat mengenali kelainan yang terjadi serta cara melakukan pencegahan Yunus, 1997.
2.8. Pengendalian Paparan Debu di Ruangan Kerja
Menurut Siswanto, sebagaimana yang dikutip oleh Simatupang 2005 bahwa pengendalian yang paling efektif adalah pengendalian secara tehnik dan merupakan
alternatif pertama yang dianjurkan. Pengendalian secara tehnik ini dapat dilakukan dengan mendesain mesin-mesin pemotong kayu dengan alat penghisap debu.
Kemudian alat penghisap debu tersebut dihubungkan pipa dan keseluruhan alat ini bekerja secara otomatis.
Riyadina 1996, membagi upaya pencegahan terhadap paparan debu dari lingkungan kerja menjadi 2 macam yaitu melalui pengukuran secara tehnis dan
pemeriksaan secara medis.
Universitas Sumatera Utara
18
1. Pengukuran secara Teknis
Kondisi lingkungan kerja perlu dikontrol dengan melakukan pengukuran kadar debu udara untuk jangka waktu tertentu dan dilakukan secara kontinu, khususnya
di tempat yang potensial menghasilkan debu. Monitor terhadap konsentrasi debu udara sangat penting untuk mengetahui kadarnya apakah berada di bawah atau di
atas nilai ambang batas debu udara. Selanjutnya usaha agar konsentrasikadar debu tidak melampaui batas, maka dengan pemasangan alat penyedot dan
pengatur udara akan sangat membantu untuk kontrol debu udara pada suatu ruangan. Untuk proteksi bagi pekerja dengan kondisi lingkungan yang potensial
menghasilkan debu yang banyak, diharuskan memakai alat pelindung diri terutama alat pelindung pernafasan berupa masker. Masker yang digunakan
hendaknya disesuaikan dengan ukurannya sehingga pemakaian masker tidak mengganggu aktivitas dan kenyamanan pemakainya.
2. Pemeriksaan secara Medis
Pemeriksaan secara medis dilakukan dengan pemeriksaan status kesehatan pekerja yang terpapar secara teratur dan biasanya dilakukan oleh dokter
perusahaan. Upaya ini merupakan suatu langkah untuk mengetahui dan memonitor kondisi kesehatan pekerja serta sebagai suatu deteksi awal terhadap
masalah kesehatan yang mungkin ditemui. Pemeriksaan kesehatan yang lengkap akan memberikan bukti yang akurat dari pekerja yang terpapar sehingga dapat
membantu dokter dalam menentukan diagnosa penyakit yang timbul akibat kerja. Umumnya pencegahan paparan debu ataupun kadar debu di ruangan kerja
dapat dilakukan dengan cara ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara ke ruangan
Universitas Sumatera Utara
19
kerja melalui jendela dan pintu, ventilasi lokal dengan cara menghisap debu dari tempat sumber debu yang dihasilkan dengan menggunakan pompa hisap. Selain itu,
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menghindari masuknya debu organik yang ada di udara ke dalam paru pekerja dengan jalan penggunaan alat pelindung diri
masker pada pekerja yang bekerja di tempat tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sembiring 1999 dalam Khumidal, 2009 bahwa penggunaan masker
dengan ukuran 3-5 ยต dapat menurunkan kadar debu yang masuk ke paru-paru pekerja
hingga 87,6. Alat pelindung pernafasan yang digunakan dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.1. Alat Pelindung Pernafasan
Universitas Sumatera Utara
20
2.9. Alat Pelindung Diri APD