Defenisi Operasional Pengukuran Kadar Debu Dan Perilaku Pekerja Serta Keluhan Kesehatan Di Tempat Pertukangan Kayu Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010

31 4. Hidupkan alat HVAS dengan menggeser tombol ON setelah sebelumnya dihubungkan dengan sumber arus listrik 5. Alur kecepatan aliran udara sesuai dengan yang dikehendaki 6. Pengukuran dilakukan selama 1 jam 60 menit 7. Setelah itu matikan alat HVAS dengan menggeser ke tombol OFF jangan lupa sambungkan kabel ke arus listrik dicabut 8. Kemudian keluarkan filter dari alat HVAS 9. Timbang berat filter kembali sebagai berat akhir = Bt 10. Lakukan perhitungan kadar debu C = partikel dengan formula: C = Bt - Bo Q . t Keterangan : C = Konsentrasi partikel grm³ Bt = Berat filterkertas saring akhir gr Bo = Berat filterkertas saring awal gr Q = Kecepatan aliran udara m³ menit 2 t = Waktu menit

3.7 Defenisi Operasional

1. Pengukuran kadar debu kayu adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui kadar debu udara ambien di lingkungan kerja pada usaha pertukangan kayu dengan menggunakan alat High Volume Air Sampler HVAS. Universitas Sumatera Utara 32 2. Kadar debu kayu adalah kandungan debu kayu di udara ruang kerja yang dihasilkan sebagai produk sampingan dari proses pengolahan kayu yang di dapat dari hasil pengukuran, dengan konsentrasi yang diperkenankan adalah ≤ 0,15 mgm³. 3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden yang berhubungan dengan Pengukuran debu. 4. Sikap adalah pendapat atau pandangan responden terhadap pengukuran debu. 5. Tindakan adalah bentuk nyata responden untuk melakukan pengendalian di lingkungan kerja terhadap pengukuran debu yang dilakukan. 6. Keluhan kesehatan pekerja adalah gangguan yang timbul atau pernah dirasakan pekerja oleh karena paparan debu kayu berupa batuk, sesak dada, gatal – gatal kulit, Iritasi mata mata merah, Stress mudah marah. 7. Umur adalah usia pekerja pada saat penelitiaan ini dilakukan karena dapat mempengaruhi kualitas kesehatan dan ketahanan fisik seseorang. 8. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan ditamatkan oleh responden. 9. Lama kerja adalah lamanya responden bekerja pada saat penelitian dilakukan. 3.8 Aspek pengukuran

1. Kadar Debu

Aspek pengukuran kadar debu dalam penelitian ini didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405MenkesSKXV2002 tanggal 19 November 2002, pada lampiran I tentang Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan Universitas Sumatera Utara 33 kesehatan lingkungan kerja perkantoran. Adapun kadar debu maksimal di dalam ruangan adalah 0,15 mgm 3 . Pengukuran kadar debu dilakukan selama 1 jam. Hasil pengukuran kadar debu dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu: a Melebihi ambang batas, jika hasil pengukuran kadar debu ≥ 0,15 mgm³ b Di bawah ambang batas, jika hasil pengukuran kadar debu 0,15 mgm³

2. Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui kuesioner dengan 14 pernyataan. Bila responden menjawab dengan benar diberi nilai 3, mendekati benar nilai 2, salah diberi nilai 1. Hasil ukur dikategorikan menjadi : a Baik : Jika nilai rata-rata mean ≥ b Kurang baik : Jika nilai rata-rata mean

3. Sikap

Sikap diukur melalui kuesioner dengan 14 pernyataan. Bila responden menjawab “setuju” diberi nilai 3, menjawab “kurang setuju” nilai 2, dan menjawab “tidak setuju” diberi nilai 1. Hasil ukur dikategorikan menjadi : a Baik : Jika nilai rata-rata mean ≥ b Kurang baik : Jika nilai rata-rata mean

4. Tindakan

Tindakan diukur melalui kuesioner dan observasi dengan 10 pertanyaan. Pada pertayaan nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 9, dan 10 responden menjawab ”ya” diberi nilai 2, dan menjawab ”tidak” diberi nilai 1. Pada pertanyaan nomor 2 responden menjawab ” 8 jam” diberi nilai 2, menjawab ” ≥ 8 jam” diberi nilai 1. Sementara pertanyaan Universitas Sumatera Utara 34 nomor 8 responden menjawab ”tidak” diberi nilai 2, menjawab ”ya” diberi nilai 1. Hasil ukur dikategorikan menjadi : a Baik : Jika nilai rata-rata mean ≥ b Kurang baik : Jika nilai rata-rata mean

5. Keluhan Kesehatan

Keluhan kesehatan dilihat berdasarkan jenis keluhan kesehatan yang responden rasakan, yaitu : a. Batuk dan sesak dada b. Gatal-gatal kulit c. Iritasi mata mata merah 3.9. Teknik Analisa Data Semua data yang terkumpul, baik pengukuran debu kayu dari hasil wawancara dengan pekerjaresponden diolah dan dianalisa secara manual. Selanjutnya data yang telah diolah dan dianalisis dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Usaha Pertukangan Kayu di Desa Tembung Usaha Pertukangan kayu yang ada di Desa Tembung merupakan usaha industri rumah tangga dengan jumlah modal dan tenaga kerja yang relatif kecil dan tenaga kerjanya masih mempunyai hubungan kekerabatan ataupun para tetangga yang berdekatan dengan lokasi tersebut. Di samping itu, kegiatan produksinya tergantung jumlah pesanan yang diterima atau bahkan sifatnya musiman. Produk olahannya untuk bahan bangunan seperti kusen, jendela, dan pintu atau bahkan kepala kusen. Bahan baku yang digunakan adalah kayu meranti, kayu jati, kayu damar, kayu rambutan, kayu sembarang dan triplek. Dalam kegiatan produksinya, semua bahan baku tersebut dibentuk dan diolah melalui proses pemotongan, pengetaman, perakitanpembentukkan, pengamplasan dan pengecatan dengan menggunakan alat-alat yang tradisional meupun mesin-mesin semi modren. Ruangan untuk tempat proses pengolahan kayu seperti proses pemotongan, pengetaman dan pengamplasan, umumnya berada dalam satu ruangan terbuka dan jaraknya terbuka tanpa pemisahanpenyekatan ruangan secara khusus. Tata letak mesin tidak di desain secara teratur sehingga menyebabkan debu kayu yang dihasilkan menyebar secara tidak teratur di setiap ruangan. Secara garis besar, kadar debu kayu yang terlihat paling banyak terdapat pada proses pemotongan, pengetaman dan pengamplasan. Pada proses pemotongan, debu dapat berupa serpihan potongan kayu yang agak besar yang dihasilkan dari pemotongan atau pembelahan kayu dengan mesin pemotong duduk portabel dan Universitas Sumatera Utara 36 mesin pemotong tangan. Pada proses pengetaman, debu dapat berupa serat-serat kayu yang agak kasar dan halus yang dihasilkan oleh mesin pengetam tangan, sedangkan pada proses pengamplasan, dapat berupa serbuk kayu yang lebih halus dan serbuk dari tepung pendempul yang dihasilkan oleh penghalus dengan kertas pasir. Debu- debu ini berterbangan memenuhi seluruh ruangan karena ruangan tidak dilengkapi alat penghisap debu ataupun karena ventilasi ruangan kerja yang tidak mencukupi. Untuk menghindari pekerja dari paparan debu kayu, tidak semua pengelola menyediakan alat pelindung diri. Kalaupun ada, alat pelindung yang tersedia hanyalah masker yang terbuat dari kain katun yang sangat tipis dan jarang tenunannya dan dipakai berulang-ulang. 4.3. Gambaran Umum Responden 4.3.1.