38
4.3. Hasil Pengukuran Kadar Debu
Untuk mengetahui kadar debu di ruang pemotongan, pengetaman dan pengamplasan pada 5 lima usaha pertukangan kayu dilakukan pengukuran dengan
menggunakan High Volume Air Sampler HVAS. Setelah dilakukan pengukuran dengan kecepatan udara 20 litermenit dan waktu pengambilan sampel selama 60
menit serta dilanjutkan dengan perhitungan, didapat hasil sebagaimana yang tertera pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Kadar Debu kayu Untuk Setiap Ruangan di Tempat Pertukangan Kayu di Usaha Pertukangan Kayu Desa
Tembung Tahun 2010
Berat Kertas Saring
No.
Nama Usaha Jumlah
pekerja Lokasi
Ruangan Bt Bo
Hasil Baku Mutu
Debu mgm³
Keterangan
Pemotongan 1,058
0,775 0,235
Di atas Baku Mutu Pengetaman
1,067 0,712
0,295 Di atas Baku Mutu
Pengamplasan 1,034
0,670 0,303
Di atas Baku Mutu
1.
R 12 orang
Rata-Rata 0,278
0,15
Pemotongan 1,017
0,713 0,253
Di atas Baku Mutu Pengetaman
0,904 0.732
0,143 Di bawah Baku Mutu
Pengamplasan 1,022 0,738 0,236
0,15
Di atas Baku Mutu
2.
L 7 orang
Rata-Rata 0,211
Pemotongan 0,924
0,626 0,248
Di atas Baku Mutu Pengetaman
1,001 0,825
0,146 Di bawah Baku Mutu
Pengamplasan 0,871 0,706 0,137
0,15
Di bawah Baku Mutu
3.
C 7 orang
Rata-Rata 0,177
Pemotongan 1,073
0,729 0,286
Di atas Baku Mutu Pengetaman
1,082 0,836
0,205 Di atas Baku Mutu
Pengamplasan 1,054 0,732 0,268
0,15
Di atas Baku Mutu
4.
A 6 orang
Rata-Rata 0,253
Pemotongan 0,957
0,783 0,145
Di bawah Baku Mutu Pengetaman
0,891 0,714
0,147 Di bawah Baku Mutu
Pengamplasan 0,916 0,764 0,126
0,15
Di bawah Baku Mutu
5.
S 4 orang
Rata-Rata 0,139
Tabel 4.4 terlihat bahwa kadar debu kayu pada usaha R untuk ruangan pemotongan sebesar 0,235 mgm³, untuk ruangan pengetaman sebesar 0,295 mgm³,
dan untuk ruang pengamplasan 0,303 mgm³. Selanjutnya kadar debu kayu pada
Universitas Sumatera Utara
39
usaha L untuk ruangan pemotongan sebesar 0,253 mgm³, untuk ruangan pengetaman sebesar 0,143 mgm³, dan untuk ruang pengamplasan 0,236 mgm³. Dan untuk kadar
debu kayu pada usaha C untuk ruangan pemotongan sebesar 0,248 mgm³, untuk ruangan pengetaman sebesar 0,146 mgm³, dan untuk ruang pengamplasan 0,137
mgm³. Dari hasil juga diketahui kadar debu kayu pada usaha A untuk ruangan pemotongan sebesar 0,286 mgm³, untuk ruangan pengetaman sebesar 0,205 mgm³,
dan untuk ruang pengamplasan 0,268 mgm³. Pada usaha S, kadar debu kayu untuk ruangan pemotongan sebesar 0,145 mgm³, untuk ruangan pengetaman sebesar 0,147
mgm³, dan untuk ruang pengamplasan 0,126 mgm³. Dari hasil pengukuran diperoleh kadar debu yang masih di bawah baku mutu
0,15 mgm³ yaitu pada usaha L di ruangan pengetaman 0,143 mgm³, pada usaha C di ruangan pengetaman 0,146 mgm³ dan pengamplasan 0,137 mgm³, dan
pada usaha S di ruangan pemotongan 0,145 mgm³, pengetaman 0,147 mgm³ dan pengamplasan 0,126 mgm³. Sehingga dari pengukuran tersebut di atas dapat
diketahui jumlah pekerja yang bekerja di ruangan dengan kadar debu di bawah baku
mutu dan di atas baku mutu yang dapat dilihat pada tabel 4.5. di bawah ini. Tabel 4.5. Distribusi Responden yang Bekerja Di Ruangan dengan Kadar
Debu Di bawah dan Di atas Baku Mutu di Usaha Pertukangan Kayu Desa Tembung Tahun 2010
No. Kadar Debu Ruangan
Jumlah Persentase
1. Di bawah baku mutu 0,15 mgm³
10 27,8
2. Di atas baku mutu
≥ 0,15 mgm³ 26
72,2
Total 36 100,0
Berdasarkan tabel 4.5. di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 26 orang 72,8 bekerja di ruangan dengan kadar debu di atas baku mutu
≥ 0,15 mgm³.
Universitas Sumatera Utara
40
4.4. Gambaran Perilaku Responden 4.4.1. Pengetahuan Responden