. Latar Belakang Pengukuran Kadar Debu Dan Perilaku Pekerja Serta Keluhan Kesehatan Di Tempat Pertukangan Kayu Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010

1 BAB I PENDAHULUAN

1.3 . Latar Belakang

Udara merupakan komponen lingkungan yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Energi yang diperlukan manusia untuk melaksanakan semua aktifitas diperoleh dari pembakaran zat makanan dengan menggunakan oksigen. Oksigen tersebut diperoleh dari udara melalui pernapasan. Dengan demikian, pengambilan udara oleh tubuh dilakukan secara terus-menerus. Setiap hari, jumlah udara yang keluar masuk saluran pernapasan sekitar 10 m 3 per orang. Hal ini berarti organ pernapasan terpapar secara terus-menerus oleh partikel-partikel yang terdapat dalam udara, termasuk partikel berbahaya yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Kualitas udara sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang, terutama terhadap alat pernapasan Anderson, 1999. Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia memberikan berbagai dampak positif yaitu terbentuknya lapangan kerja, membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf sosial ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan yang perlu disadari bahwa perkembangan kegiatan industri secara umum juga merupakan sektor yang sangat potensial sebagai sumber pencemaran yang akan merugikan bagi kesehatan dan lingkungan Alsagraff,1993. Industri pengolahan kayu merupakan salah satu industri yang pertumbuhannya sangat pesat, hal ini berkaitan dengan konsumsi hasil hutan yang mencapai 33 juta m 3 per tahun. Konsumsi hasil hutan yang sedemikian besar itu antara lain diserap oleh industri plywood, sawmill, furniture, partikel board dan pulp Universitas Sumatera Utara 2 kertas. Industri-industri tersebut berpotensi untuk menimbulkan kontaminasi di udara tempat kerja berupa debu kayu. Karena sekitar 10 sampai 13 dari kayu yang di gergaji akan berbentuk debu kayu Alsagraff, 1993. Industri pengolahan kayu membutuhkan penggunaan bahan baku alami yang besar seperti : kayu jati, meranti, mahoni, pinus dan lain-lain. Eksploitasi sumber daya alam ini berpotensi dalam terjadinya kerusakan lingkungan yang sangat besar, disamping itu melalui proses fisik dalam pengolahan bahan baku cenderung menghasilkan polusi seperti partikel debu kayu Alsagraff, 1993. Salah satu dampak negatif dari industri pengolahan kayu adalah timbulnya pencemaran udara oleh debu yang timbul pada proses pengolahan atau hasil industri tersebut. Debu kayu ini akan mencemari daerah industri dan lingkungannya sehingga pekerja maupun masyarakat di sekitar industri dapat terpapar oleh debu baik karena bahan baku, bahan antara ataupun produk akhir. Bahan pencemar tersebut dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan manusia Anderson, 1999. Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan pada saluran napas akibat debu. Faktor tersebut adalah faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, serta lama paparan. Faktor individu meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran napas serta faktor imunologis. Penilaian paparan pada manusia perlu dipertimbangkan antara lain sumber paparanjenis pabrik, lamanya paparan, paparan dari sumber lain, pola aktivitas sehari-hari, dan faktor penyerta yang potensial seperti umur, gender, etnis, kebiasaan merokok, faktor allergen Yunus, 1997. Universitas Sumatera Utara 3 Debu sebagai komponen dari faktor kimia yang merupakan salah satu faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Berdasarkan penelitian Dewi 2009, 34,3 penyakit pekerja pertukangan kayu dipengaruhi oleh debu kayu, seperti sesak nafas dan batuk. Pengaruh debu terhadap produktivitas kerja dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung terhadap kenyamanan kerja tentunya akan mengganggu waktu penyelesaian kerja dan hasil pekerjaan gangguan psikologis. Astono dan Sudarja 2002, yang mengadakan penelitian terhadap 2000 sampel tenaga kerja industri polywood di Kalimantan Selatan tahun 1998-1999 menemukan bahwa 35 atau 969 orang tenaga kerja menderita penyakit kulit dan 21 adalah penyakit jenis dermatitis kontak. Faktor resiko terjadinya gangguan obstruksi sama halnya dengan penyakit obstruksi saluran nafas lainnya yaitu polusi udara dan kebiasaan merokok sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, semakin banyak merokok maka semakin parahlah penyakit tersebut Mawardi, 2010. Sedangkan secara tidak langsung kehadiran debu dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti gangguan pernafasan, iritasi mata dan kulit gangguan fisiologis yang akan mempengaruhi produktivitas pekerja karena pekerja menderita sakit. Pada dasarnya debu kayu sama dengan karakteristik debu pada umumnya, hanya komponen dan ukurannya saja yang berbeda sehingga pengaruh yang ditimbulkan debu kayu terhadap kesehatan pekerja juga tidak jauh berbeda dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh debu pada umumnya Asiah, 2008. Universitas Sumatera Utara 4 Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405MenkesSKXV2002 tanggal 19 November 2002, pada lampiran I tentang Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja perkantoran. Adapun kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran debu rata-rata 8 jam adalah 0,15mgm³. Debu kayu merupakan salah satu bahaya potensial terhadap kesehatan pekerja terutama bagian pengolahan kayu. Apabila terhirup dapat masuk ke saluran pernafasan akan terjadi penimbunan debu dalam paru-paru yang dapat menyebabkan kelainan fungsi paru-paru dan jika kontak langsung dengan kulit akan timbul gatal pada kulit seperti alergi atau penyakit kulit lainnya yang dikenal dengan dermatosis Suma’mur 1996. Pada jenis usaha pertukangan kayu, debu dapat berasal dari proses pemotongan kayu, pengetaman, dan penghalusan atau pengamplasan yang dapat menyebar keseluruh ruangan kerja khususnya tempat pengolahan kayu. Debu yang dihasilkan dari usaha perkayuan mempunyai potensi untuk menyebabkan pneumokoniosis yaitu terjadinya penimbunan debu di paru-paru dan jika tidak di antisipasi dengan segera akan menyebabkan penyumbatan dan kerusakan jaringan paru-paru Asiah, 2008. Pengamatan awal yang dilakukan terhadap 5 lima usaha pertukangan kayu serta wawancara singkat kepada beberapa pekerjanya, diketahui bahwa semua pekerja memiliki keluhan kesehatan akibat paparan debu kayu, dimana jenis keluhan kesehatan yang mereka alami berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh tingkat kadar debu di ruangan tempat mereka bekerja dan perilaku pekerja dalam Universitas Sumatera Utara 5 pengendalian paparan debu kayu seperti penggunaan alat pelindung diri APD dan merokok saat bekerja. Menurut Suma’mur 1996, paparan debu di ruangan kerja secara tidak langsung akan menimbulkan berbagai gangguan atau keluhan kesehatan seperti gangguan pada pernafasan dan iritasi kulit yang akan mempengaruhi produktivitas kerja Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang kadar debu dan perilaku pekerja serta keluhan kesehatan di tempat pertukangan kayu Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.

1.4 . Perumusan Masalah