Pajak Pertambahan Nilai Sebagai Pengganti Pajak Penjualan Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

e. Mempertinggi pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan persepsi umum 2.3. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia a. Mempererat hubungan kerja sama antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dengan lembaga pendidikan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik b. Membantu pemerintah dalam mensosialisasikan pajak dengan efektif dan efisien c. Memberi masukan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang khususnya ditujukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam upaya menghindari penyalahgunaan dalam pemberian restitusi pajak C. URAIAN TEORITIS Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu teori-teori yang mendukung objek kajian yang akan didalami dalam pelaksanaan PKLM. Oleh karena itu perlu disusun suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir dari sudut mana masalah itu disoroti.

1. Pajak Pertambahan Nilai Sebagai Pengganti Pajak Penjualan

Pajak Pertambahan Nilai Value Added Tax untuk pertama kali diperkenalkan oleh Carl Friedrich von Siemens, seorang industrialis dan konsultan pemerintah Jerman pada tahun 1919. Namun ironisnya justru pemerintah Perancis yang pertama kali menerapkan PPN dalam sistem perpajakannya pada tahun Universitas Sumatera Utara 1954, sedangkan Jerman baru menerapkannya pada awal tahun 1968. Indonesia baru mengadopsi PPN pada tanggal 1 April 1985 menggantikan Pajak Penjualan PPn yang sudah berlaku di Indonesia sejak tahun 1951. Sukardji, 2001:1 Pajak Penjualan yang pemungutannya berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun 1951 yang kemudian ditetapkan sebagai Undang- Undang Nomor 35 Tahun 1953, sejak tanggal 1 April 1985 telah diganti oleh Pajak Pertambahan Nilai yang pemungutannya didasarkan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983. Dalam kurun waktu lebih dari tiga dasawarsa, Undang- Undang Pajak Penjualan 1951 telah menunjukkan dedikasinya dalam pemungutan pajak atas konsumsi di Indonesia. Namun demikian, dalam rangka melaksanakan program reformasi pembaharuan Sistem Perpajakan Nasional tahun 1983, Undang-Undang Pajak Penjualan 1951 akhirnya dinyatakan tidak berlaku dan diganti oleh Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984. Proses penggantian ini merupakan salah satu rangkaian perombakan sistem perpajakan nasional yang dikenal sebagai “Tax Reform 1983”. PPN menggantikan peranan PPn di Indonesia karena PPN memiliki beberapa karakter positif yang tidak dimiliki oleh PPn. Dalam perkembangan selanjutnya setelah dinilai dengan seksama, masyarakat Wajib Pajak dan administrasi pajak dipandang sudah siap untuk melaksanakan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984. Maka dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1985, UU Nomor 8 Tahun 1983 dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 1 April 1985. 7 Universitas Sumatera Utara

2. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Apabila dilihat dari sejarahnya, Pajak Pertambahan Nilai PPN merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak. Pajak Pertambahan Nilai PPN adalah pajak yang dipungut secara tidak langsung atas konsumsi dalam negeri atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

3. Dasar Hukum