3. PKP mempunyai identitas dan menerbitkan Faktur Pajak kepada PKP yang
tidak berhak PKP yang seperti ini juga dikenai sanksi pidana dan administrasi seperti
PKP pada kasus ke-2. 4.
PKP mempunyai identitas dan alamat yang jelas melakukan ekspor fiktif Bagi PKP yang melakukan ekspor fiktif juga akan dikenai sanksi pasal
39 A seperti pada kasus ke-2 dan ke-3. Kemudian akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan Bukti Permulaan dan Penyidikan dan mengarah ke pengadilan
pidana.
2. Pentingnya Penelitian Terhadap Faktur Pajak Dalam Pemberian Restitusi
PPN
Penelitian terhadap Faktur Pajak sangatlah penting dilakukan agar tidak ada yang menyalahgunakan faktur pajak dalam pemberian restitusi, dalam hal ini
adalah Faktur Pajak yang cacat dan Faktur Pajak tidak sah. Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas, dan benar sesuai dengan keterangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 5 UU PPN Tahun 1984 dan perubahannya, serta ditandatangani oleh pejabatkuasa yang ditunjuk oleh
Pengusaha Kena Pajak untuk menandatanganinya. Faktur Pajak yang cacat adalah Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap , jelas, dan benar, danatau tidak
ditandatangani sebagaimana dimaksud di atas. Sedangkan yang dimaksud dengan Faktur Pajak tidak sah adalah:
1. Faktur Pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
2. Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha yang belum dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak Pengusaha Kena Pajak dikenai sanksi administrasi 2 dalam hal:
1. Menerbitkan Faktur Pajak yang tidak memuat keterangan danatau tidak
mengisi secara lengkap, jelas benar, dan atau tidak ditandatangani oleh Pejabat atau Kuasa yang ditunjuk oleh Pengusaha Kena Pajak untuk menandatangani
Faktur Pajak. Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut tidak dapat dikreditkan.
2. Menerbitkan Faktur Pajak setelah melewati batas waktu
3. Menerbitkan Faktur Pajak yang cacat
Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut tetap dapat dikreditkan sepanjang memenuhi ketentuan sebagai Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan. Tujuan dilakukan penelitian terhadap Faktur Pajak adalah:
1. Untuk mengetahui sah tidaknya pengkreditan Pajak Masukan dan Pajak
Keluaran 2.
Untuk mengetahui bahwa Faktur Pajak tersebut diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
3. Untuk mengetahui bahwa Faktur Pajak tersebut diterbitkan oleh Pengusaha
Kena Pajak sehubungan adanya penyerahan BKP dan atau JKP yang terutang Pajak Pertambahan Nilai
4. Untuk mengetahui bahwa Faktur Pajak tersebut telah dilaporkan PKP penerbit
sebagai Pajak Keluaran pada SPT Masa PPN
Universitas Sumatera Utara
5. Untuk melakukan pengujian atas Arus Barang dan Arus Uang Fisik
a. Arus Barang
Yang dimaksud dengan pengujian Arus Barang adalah pengujian apakah persediaan awal dari seluruh barang dengan jumlah seluruh pembelian kemudian
dikurangi dengan jumlah seluruh penjualan sama jumlahnya dengan hasil persediaan akhir.
b. Arus Uang
Yang dimaksud dengan pengujian Arus Uang adalah pengujian terhadap piutang, dimana jumlah penjualan jika ditinjau dari saldo awal piutang, saldo
akhir piutang dan pelunasan piutang di tahun berjalan setelah dikurangi dengan PPN sama jumlahnya dengan jumlah penjualan yang dilampirkan di SPT PPh
Badan. 6.
Untuk memenuhi ketentuan formal pengisian Faktur Pajak, sehingga PKP juga semakin mengerti dan memperhatikan kelengkapan, kebenaran, dan kejelasan
dari Faktur Pajak mereka. Banyak hal-hal yang menjadi resiko yang harus dihadapi jika tidak
dilakukannya penelitian terhadap Faktur Pajak. Jika hal itu terjadi maka akan terjadi kebocoran keuangan negara melalui restitusi yang sebetulnya bukan
merupakan hak WP. Kerugian negara ini akan berdampak pada pembangunan negara. Oleh karena itu hal yang sangat penting dalam pemeriksaan dan penelitian
praktik manipulasi restitusi PPN sebagaimana diuraikan di atas sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pemberian restitusi PPN, karena pada dasarnya
berakibat pada konfirmasi yang merupakan salah satu cara penelitian Faktur
Universitas Sumatera Utara
Pajak. Jadi apabila penelitian Faktur Pajak telah dilaksanakan dengan sebaik- baiknya secara formal maupun material maka kemungkinan praktik-praktik
manipulasi restitusi seperti tersebut di atas tidak akan dapat menghambat penyelesaian pemberian restitusi PPN.
D. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Dalam Melakukan Penelitian Terhadap Faktur Pajak
Dalam Restitusi
Pelaksanaan pemberian restitusi pajak kadang memiliki kendala atau kelemahan sehingga terjadi ketidaklancaran dalam proses penelitian terhadap
Faktur Pajak dalam pemberian restitusi, yaitu: 1.
Informasi tekhnologi yang kurang mendukung Dalam hal ini terjadi kekurangsempurnaan dalam perekaman data.
Misalnya data dari PKP lawan transaksi tidak direkam oleh KPP tempat PKP lawan transaksi terdaftar, sehingga KPP tempat PKP domisili terdaftar harus
melakukan perekaman ulang seluruh data yang mengakibatkan proses pemberian restitusi menjadi lama.
2. Adanya sistem yang error
Data yang sudah direkam pada KPP tempat PKP lawan transaksi terdaftar tidak bisa ditampilkan pada KPP tempat PKP domisili terdaftar
dikarenakan sistem yang error. 3.
Karena sistem yang error maka konfirmasi yang tadinya disampaikan menggunakan Sistem Informasi Perpajakan SIP dialihkan menjadi konfirmasi
Universitas Sumatera Utara
secara manual dengan menggunakan surat ke KPP tempat PKP lawan transaksi terdaftar
Hambatan yang dihadapi dengan menggunakan konfirmasi secara manual ini adalah waktu yang dibutuhkan cukup lama batas 30 hari dan menunggu
konfirmasi jawaban klarifikasi Faktur Pajak kepada KPP tempat lawan transaksi terdaftar, bahkan ada juga yang tidak dijawab.
4. Pembuktian Arus Barang dan Arus Uang
Tidak terbuktinya pembuktian Arus Barang dan Arus Uang juga dapat menyebabkan ketidaklancaran dalam pemberian proses restitusi karena harus
dilakukannya pemeriksaan dan penelitian terhadap transaksi yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan