31 Penambahan komposisi LDPE yang semakin besar seharusnya lebih
mengurangi persentase penyerapan air tetapi pada variasi 60:40 nilainya 0,29 jauh lebih besar dari variasi 70:30 yang hanya 0,27. Tentunya hal ini disebabkan
pengaruh dari kehomogenitasan dalam campuran. Pada campuran 70:30 menunjukkan bahwa LDPE tersebar merata keseluruh campuran tersebut sehingga
nilai penyerapan pun menjadi lebih kecil. Dan diketahui bahwa nilai penyerapan air ini telah memenuhi persyaratan aspal menurut SNI-03-1969-1990, diketahui bahwa
penyerapan air dalam campuran aspal maksimum sebesar 3.
4.3 Analisis Hasil Pengujian Dengan DTA
Pengujian dengan DTA dilakukan terhadap campuran aspal dengan LDPE variasi 70:30 dan juga pada campuran aspal murni tanpa penambahan LDPE.
Hasil pengujian ditampilkan dalam bentuk grafik seperti yang disajikan pada gambar 4.4 dan 4.5 berikut.
Gambar 4.4. Grafik Hasil Pengujian DTA Terhadap Campuran Aspal dan LDPE
Universitas Sumatera Utara
32 Gambar 4.5. Grafik Hasil Pengujian DTA Terhadap Campuran Aspal
Pengujian DTA dilakukan untuk menentukan suhu transisi gelas Tg dan suhu temperatur maksimum atau suhu dekomposisi Tm. Dimana untuk
pengukuran suhu transisi gelas atau suhu dekomposisi dimulai dari puncak peak DTA yang ditarik garis lurus sampai memotong garis penunjuk temperatur, selanjutnya
titik potong tersebut ditandai, dan diturunkan dua skala kebawah sehingga didapat titik potong yang baru, dari titik potong ini ditarik garis lurus menuju skala
temperatur 15 mv. Hasil yang diperoleh menjadi titik transisi gelas Tg ataupun suhu titik dekomposisi Tm yang dinyatakan dalam skala
o
C. Sesuai dengan Gambar 4.4 diperoleh suhu transisi gelas sebesar 392
o
C dan suhu dekomposisinya sebesar 485
o
C. Sedangkan pada Gambar 4.5 diperoleh suhu transisi gelas sebesar 395
o
C dan suhu dekomposisinya sebesar 509
o
C.
Universitas Sumatera Utara
33 Dari kedua gambar menurut Stevens 2001 diketahui bahwasanya pada saat
mendekati temperatur kritis terjadi suatu geseran endotermik pada baseline awal karena kapasitas panas sampel yang naik, kemudian terbentuk peak temperatur kritis
ke arah eksotermik, selanjutnya peak yang paling besar yang merupakan temperatur maksimum juga ke arah eksotermik.
Kedua gambar tersebut hampir sama, hanya perbedaan terjadi pada suhu transisi gelas dan suhu dekomposisinya. Dimana penambahan LDPE dalam campuran
aspal tersebut mengurangi suhu transisi gelas dan suhu dekomposisinya. Hal ini menunjukkan adanya LDPE yang lebih dahulu lepas dari ikatannya. Dan kehadiran
LDPE ini dalam campuran aspal tersebut meningkatkan sifat mekaniknya namun sekaligus memberikan suhu dekomposisi yang rendah. Sedangkan untuk campuran
aspal murni, baik suhu transisi gelas dan suhu dekomposisinya lebih besar yang mana menurut Widia 2010 ini menggambarkan rangkaian struktur yang rapuh, susah
untuk diproses dan terdekomposisi pada suhu lebih tinggi.
4.4 Analisis Hasil Pengujian Dengan Spektroskopi FT-IR