Uji Kuat Tekan Uji Penyerapan Air Differential Thermal Analysis

18

2.6 Karakterisasi Modifikasi Aspal Polimer

Karakteristik dari modifikasi aspal polimer yang diukur meliputi : uji sifat fisik dan mekanik yaitu dengan uji kuat tekan, uji penyerapan air, uji dengan Differential Thermal Analysis , uji dengan Spektroskopi Fourier Transform Infra Red FT-IR, dan uji dengan Scanning Electron Microscopy SEM.

2.6.1 Uji Kuat Tekan

Untuk pengujian kuat tekan berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90. Prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan flow, serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Prosedur pengujian Marshall mengikuti SNI 06-2489-1991, atau AASHTO T 245-90, atau ASTM D 1559-76. Pemeriksaan uji kuat tekan dilakukan untuk mengetahui secara pasti akan kekuatan tekan yang sebenarnya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Pada mesin uji kuat tekan benda diletakkan dan diberikan beban sampai benda runtuh, yaitu pada saat beban maksimum bekerja. Pengukuran kuat tekan compressive strength aspal polimer dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.1 Newdesnetty, 2009. A P Cp  2.1 Dengan : Cp = kuat tekan, kgfmm 2 P = gaya maksimum dari mesin tekan, kgf A = Luas penampang yang diberi tekanan, m 2 Universitas Sumatera Utara 19

2.6.2 Uji Penyerapan Air

Untuk mengetahui besarnya penyerapan air oleh aspal polimer, dihitung dengan menggunakan persamaan Archimedes Newdesnetty, 2009. 100 x M M M WA k k j   Persamaan 2.2 Dengan : WA = persentase penyerapan air M k = massa sampel kering kg M j = massa jenuh air kg

2.6.3 Differential Thermal Analysis

Differential Thermal Analysis DTA merupakan metode yang paling akhir digunakan saat ini untuk penelitian-penelitian kuantitatif terhadap transisi termal dalam polimer. Dalam metode Differential Thermal Analysis DTA, suatu sampel polimer dan referensi inert dipanaskan, biasanya dalam atmosfer nitrogen, dan kemudian transisi-transisi termal dalam sampel tersebut dideteksi dan diukur. Ukuran sampel bervariasi dari sekitar 0,5 sampai 10 mg. meskipun kedua metode memberikan tipe informasi yang sama, terdapat perbedaan yang signifikan dalam instrumentasinya. Dengan DTA, sampel dan referensi diberikan dengan pemanasan sendiri-sendiri dan energi disuplai untuk menjaga suhu-suhu sampel dan referensi tetap konstan. Dalam hal ini, perbedaan daya listrik antara sampel dengan referensi d∆Qdt dicatat. Data diplot sebagai d∆Qdt diatas ordinat versus temperatur diatas absis. Plot-plot demikian disebut termogram. Keuntungan utama DTA adalah bahwa area-area peak termogram berkaitan langsung dengan perubahan entalpi dalam sampel, oleh karenanya biasa dipakai untuk pengukuran-pengukuran kapasitas panas, panas fusi, entalpi reaksi, dan sejenisnya Stevens, 2001. Universitas Sumatera Utara 20

2.6.4 Spektroskopi Fourier Transform Infra Red