12
2.2.1 Sejarah Polietilena
Polietilena pertama kali disintesis oleh ahli kimia Jerman bernama Hans von Pechmann yang melakukannya secara tidak sengaja pada tahun 1989 ketika sedang
memanaskan diazometana. Ketika koleganya, Eugen Bamberger dan Friedrich Tschirner mencari tahu tentang substansi putih, berlilin, mereka mengetahui bahwa
yang ia buat mengandung rantai panjang -CH
2
- dan menamakannya polimetilena. Kegiatan sintesis polietilena secara industri pertama kali dilakukan, lagi-lagi,
secara tidak sengaja, oleh Eric Fawcett dan Reginald Gibson pada tahun 1933 di fasilitas ICI di Northwich, Inggris. Ketika memperlakukan campuran etilena dan
benzaldehida pada tekanan yang sangat tinggi, mereka mendapatkan substansi yang sama seperti yang didapatkan oleh Pechmann. Reaksi diinisiasi oleh keberadaan
oksigen dalam reaksi sehingga sulit mereproduksinya pada saat itu. Namun, Michael Perrin, ahli kimia ICI lainnya, berhasil mensintesisnya sesuai harapan pada tahun
1935, dan pada tahun 1939 industri LDPE pertama dimulai.
2.2.2 Sifat Fisik Polietilena
Melihat kristalinitas dan massa molekul, titik leleh, dan transisi gelas sulit melihat sifat fisik polietilena. Temperatur titik leleh dan transisi gelas yang sangat
bervariasi bergantung pada tipe polietilena, pada tingkat komersil untuk polietilena berdensitas menengah dan tinggi, titik lelehnya berkisar 120
o
C hingga 135
o
C. Titik leleh polietilena berdensitas rendah berkisar 105
o
C hingga 115
o
C. Kebanyakan LDPE, MDPE, dan HDPE mempunyai tingkat resistansi kimia
yang sangat baik dan tidak larut pada temperatur ruang hal tersebut karena adanya sifat kristalinitasnya. Polietilena umumnya bisa dilarutkan pada temperatur yang
tinggi dalam hidrokarbon aromatik seperti toluena atau xilena, atau larutan terklorinasi seperti trikloroetana atau triklorobenzena.
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.3 Jenis Polietilena