29 Berdasarkan Gambar 4.2 tersebut terlihat juga perbedaan yang cukup
signifikan antara campuran aspal dengan LDPE dan tanpa LDPE pada bentuk grafik. Pada campuran aspal tanpa LDPE bentuk grafiknya terlihat melebar kesamping, hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada kekuatan dari sampel tersebut untuk menahan beban yang diberikan selain bergantung pada kekuatan agregat semata, dan bentuk
arahnya yang melebar tersebut menunjukkan nilai strokenya yang cukup besar. Pada campuran aspal dengan LDPE terlihat bentuk grafik-grafik yang
ditampilkan pada campuran aspal dengan bahan polimer yang bentuk grafiknya meruncing tajam atau melengkung kebawah, menurut Pei-Hung 2000 bahwa
peranan LDPE yang memiliki sifat yang keras dan kaku mampu menahan beban yang ada lebih lama. Terutama pada variasi 70:30 dan 60:40, dimana bentuk keduanya
meruncing sangat tajam ke bawah, dalam hal ini diketahui bahwa pada perbandingan tersebut adalah perbandingan yang optimal untuk campuran aspal yang dimodifikasi
menggunakan bahan polimer khususnya LDPE. Dan berdasarkan SNI 08-1991-03 untuk persyaratan aspal beton nilai kuat
tekannya sebesar 15-40 MPa. Ini berarti semua campuran aspal yang diujikan belum memenuhi ini standar kekuatan dari campuran aspal beton. Hal ini disebabkan karena
untuk persyaratan campuran aspal beton tersebut menggunakan agregat kasar kerikil dan agregat halus pasir yang lolos saringan 2,36 mm. Sementara dari pengujian
skala laboratorium, untuk agregatnya yang digunakan hanya pasir yang lolos saringan 0,6 mm. Sehingga hasil kuat tekan dari campuran aspal tersebut belum memenuhi
Standar Nasional Indonesia.
4.2 Analisis Hasil Pengujian Penyerapan Air
Telah dilakukan pengujian penyerapan air terhadap semua jenis variasi sampel yang ada, dimana dari data hasil pengujian telah disubstitusikan ke persamaan 2.2
Sehingga diperoleh hasil perhitungan nilai penyerapan air, seperti yang tertera pada Tabel 4.2 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
30 Tabel 4.2. Nilai Penyerapan Air Untuk Variasi Aspal dan LDPE
No Variasi
Massa Spesimen Selisih
WA Aspal : LDPE
Mk Mj
1 60 g : 40 g
261,4 262,2
0,8 0,29
2 70 g : 30 g
256,4 257,1
0,7 0,27
3 80 g : 20 g
257,6 258,4
0,8 0,31
4 90 g : 10 g
237,1 238,2
1,1 0,46
5 100 g : 0 g
270,9 273,0
2,1 0,78
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat hubungan antara persentase penyerapan air dengan variasi aspal dan LDPE yang disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.3.
Dimana terlihat grafik menunjukkan persentase penyerapan air paling minimum pada campuran aspal dan LDPE 70:30 sebesar 0,27 dan paling maksimum tanpa
penambahan LDPE sebesar 0,78. Hal ini disebabkan karena LDPE bersifat tahan terhadap air, sehingga mampu menahan air yang masuk ke dalam campuran aspal
tersebut. Sedangkan aspal dapat menyerap air, jelas dengan semakin banyak aspal ditambahkan semakin banyak pula air yang terserap.
0,00 0,10
0,20 0,30
0,40 0,50
0,60 0,70
0,80 0,90
1 2
3 4
5 60 g : 40 g
70 g : 30 g 80 g : 20 g
90 g : 10 g 100 g : 0 g
Variasi Aspal dan LDPE P
e ny
e ra
pa n
A ir
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Antara Nilai Penyerapan Air Dengan Aspal dan LDPE
Universitas Sumatera Utara
31 Penambahan komposisi LDPE yang semakin besar seharusnya lebih
mengurangi persentase penyerapan air tetapi pada variasi 60:40 nilainya 0,29 jauh lebih besar dari variasi 70:30 yang hanya 0,27. Tentunya hal ini disebabkan
pengaruh dari kehomogenitasan dalam campuran. Pada campuran 70:30 menunjukkan bahwa LDPE tersebar merata keseluruh campuran tersebut sehingga
nilai penyerapan pun menjadi lebih kecil. Dan diketahui bahwa nilai penyerapan air ini telah memenuhi persyaratan aspal menurut SNI-03-1969-1990, diketahui bahwa
penyerapan air dalam campuran aspal maksimum sebesar 3.
4.3 Analisis Hasil Pengujian Dengan DTA