terpusat tanpa adanya kekuatan hukum yang mengikat, dirasakan hanya akan memandulkan produktifitas dari pengelolaan zakat nasional.
Ketiga faktor tersebut tampak penting dalam mempertimbangkan wacana sentralisasi pengelolaan zakat yang tengah gencar dihembuskan oleh pemerintah, terutama
departemen agama sebagai pihak yang merasa paling berwenang dalam pengelolaan zakat nasional. selayaknya berkaca dari pengelolaan wakaf yang tersentralkan, tanpa
adanya konsep pengelolaan yang jelas, yang membuat wakaf tidak berdaya. Karenanya, geliat pengelolaan zakat yang dirasakan sudah cukup semarak, jangan
sampai mati begitu saja karena semangat sentralisasi tanpa adanya konsep pemberdayaan pengelolaan zakat yang terpadu. Bukan tidak mungkin isu reformasi
zakat nasional melalui wacana sentralisasi ini, justru menjadi gerakan deformasi yang justru menghancurkan aktifisme pengelolaan zakat yang sudah sedemikian
berkembang.
B. Sejarah Singkat Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara
96
1. Lembaga Harta Agama Islam LHAI
Sebelum lahirnya Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Sumatera Utara nomor 119 tahun
1981 tanggal 30 Juni 1981, telah membentuk satu lembaga yang disebut Lembaga
96
Maratua Simanjuntak.,Buku Profile Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, Bazda Sumatera Utara, Medan,2006, hal.1-8.
Universitas Sumatera Utara
Harta Agama Islam LHAI. LHAI ini bertugas sebagai salah satu jawatan kuasa yang bekerja memimpin dan mengajak umat Islam Sumatera Utara melaksanakan
kewajiban mengeluarkan zakat. Seterusnya LHAI ini berfungsi dan bertugas memperbaiki nasib fakir–miskin, melaksanakan pembangunan, menjalankan proyek
sarana agama Islam, melaksanakan dakwah dan membina agama Islam, pada saat yang sama juga menyantuni para amil zakat, petugas agama Islam, yaitu seperti
pengurusan jenazah, penjaga masjid, dan pengurus kuburan dan sebagainya. Kalau disimpulkan tugas LHAI begitu besar, di samping berfungsi sebagai
pencatat semua harta agama Islam, memberikan bimbingan, petunjuk dalam mengatur pemanfaatan dan pemeliharaan harta agama Islam, juga mengawasi harta agama
Islam di seluruh daerah Sumatera Utara.
2. Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah
Pemerintah dan masyarakat Islam merasakan peranan dan fungsi lembaga harta agama Islam semakin besar, dari awal sampai dengan sepuluh tahun berdirinya
tidak diperoleh data perkembangan penerimaannya. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama SKB Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1991 dan infaq, shadaqah BAZIS. Keberadaan badan amil zakat, infaq dan shadaqah dibuktikan dengan Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Sumatera Utara Nomor 451.5532 Tahun 1992. Surat ini bertujuan pembentukan dan pedoman tata kerja badan amil
zakat, infaq dan shadaqah provinsi Sumatera Utara, sekaligus pedoman tentang pembentukan dan penetapan susunan pengurusnya. Dengan demikian lembaga harta
Universitas Sumatera Utara
agama Islam berubah menjadi badan amil zakat, infaq dan shadaqah BAZIS, berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama
serta dilanjutkan dengan surat keputusan Gubernur.
3. Badan Amil Zakat Daerah BAZDA Sumatera Utara 3.1. Dasar Hukum Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara
Dasar hukum badan amil zakat sebagai organisasi pengelola zakat, memiliki dasar hukum yaitu Al-Qur’an dan hadist, terjemahannya dapat diuaraikan sebagai
berikut : ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.Qs,At-Taubah ayat : 103 ”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,orang-orang
miskin, pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Qs.
At-Taubah ayat: 60 Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda : ”Islam itu didirikan atas lima
sendi, yaitu ; persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah,mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji
dan puasa ramadhan”. HR.Bukhari dan Muslim
Pembentukan badan amil zakat menurut Pasal 6 Undang – Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, diatur dalam ayat 1 ”Pengelolaan zakat
dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah”. Ayat 2 “Pembentukan badan amil zakat:
Universitas Sumatera Utara
a. Nasional oleh Presiden atas usul Menteri;
b. Daerah provinsi oleh Gubernur atas usul kepala kantor wilayah departemen agama
provinsi; c.
Daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau walikota atas usul kepala kantor departemen agama kabupaten atau kota;
d. Kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama kecamatan”.
Peraturan lain yang mengatur tentang pengelolaan zakat di Indonesia seperti, Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor
D-291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Badan amil zakat Daerah Sumatera Utara adalah institusi resmi pengelola
zakat yang di bentuk pemerintah daerah provinsi Sumatera Utara berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Kehadiran
BAZDA Sumatera Utara yang kepengurusannya ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara Nomor : 188.44530KPTS2010 tanggal 31
Agustus 2010 tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara periode 2010-2013 merupakan mitra pemerintah daerah provinsi Sumatera Utara
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan daya guna dan hasil guna zakat serta mempermudah pelaksanaan zakat sesuai dengan pelaksanaan
Islam. Dalam pelaksanaan tugasnya yang meliputi pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan tentang pengelolaan zakat, maka Badan Amil Zakat Daerah provinsi
Universitas Sumatera Utara
Sumatera Utara diharuskan melaporkan kegiatannya kepada Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi Sumatera Utara pada setiap akhir tahun anggaran
selambat-lambatnya bulan Maret tahun berikutnya. Dalam Konteks yang demikian itulah laporan Badan Amil Zakat Daerah provinsi Sumatera Utara ini disusun,
meliputi laporan pelaksanaan penerimaan dan penyaluran dana zakat, infaq dan shadaqah ZIS dan dana non zakat, infaq dan shadaqah yang dikelola selama tahun
anggaran 2009.
3.2.Visi dan Misi Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara 3.2.1. Visi:
Menjadi lembaga pengelola zakat yang amanah,profesional dan transparan untuk meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi umat.
3.2.2. Misi:
1. Meningkatkan pengumpulan dan penyaluran dana zakat secara merata. 2. Memberikan pelayanan prima dalam penerimaan dan penyaluran dana
zakat. 3. Mengembangkan manajemen modern dalam pengelolaan zakat.
4. Mendorong peningkatan ekonomi umat. 5. Merubah mustahiq menjadi muzakki.
3.3. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara
Struktur organisasi adalah sebagai susunan dan hubungan antara bagian dan posisi dalam suatu organisasi. Struktur berkaitan dengan hubungan yang terdapat di
antara pekerja-pekerja pada organisasi. Hubungan tersebut timbul akibat adanya
Universitas Sumatera Utara
proses pengambilan keputusan dalam organisasi yang menyangkut masalah pembagian kerja, masalah departementalisasi, masalah rentang kendali dan masalah
delegasi kekuasaan. Kebaikan struktur organisasi adalah para tenaga kerja memiliki gambaran tentang bagaimana organisasi dioperasikan. Tujuan dari struktur organisasi
adalah mengendalikan, menyalurkan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi. Strutur organisasi membantu secara positif kinerja
organisasi. Sturuktur sebuah organisasi berhubungan erat dengan tercapainya keefektifan
organisasi. Ciri khusus struktur organisasi adalah sifat keteraturannya yang telah dipolakan. Sturuktur organisasi yang lebih sederhana memungkinkan para pimpinan
untuk memberikan tanggapan lebih cepat terhadap perubahan lingkungan karena informasi dan perintah akan mengalir lewat lapisan yang lebih sedikit. Untuk
memperlihatkan struktur organisasi, pimpinan biasanya menyusun bagan organisasi, departemen atau dalam organisasi dan memperlihatkan hubungan satu sama lainnya.
Dan bagan tampak apakah pimpinan mengendalikan orang terlalu banyak atau apakah kesimpangsiuran dalam mengelompokkan tugas-tugas. Demikian pula bagi para
pegawai bagan tersebut berguna sekali untuk mengetahui tugas-tugasnya. Dalam Pasal 2 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373
Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Badan Amil Zakat Nasional, Badan Amil Zakat Daerah Provinsi,
Badan Amil Zakat Daerah KabupatenKota dan Badan Amil Zakat Daerah Kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
Adapun susunan organisasi badan amil zakat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan
Undang- Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat adalah sebagai berikut:
1. Badan Amil Zakat terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana.
2. Dewan Pertimbangan meliputi unsur ketua, sekretaris dan anggota. 3. Komisi Pengawas meliputi unsur ketua, sekretaris dan anggota.
4. Badan Pelaksana meliputi unsur ketua, sekretaris, bagian keuangan, bagian
pengumpulan, bagian penginstribusian dan pendayagunaan. 5.
Anggota pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan unsur pemerintah. Unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama, kaum cendekia, tokoh
masyarakat, tenaga profesional dan lembaga pendidikan yang terkait. Susunan pengurus badan amil zakat terdiri dari unsur cendikiawan, tokoh
masyarakat, tenaga profesional dan wakil pemerintah. Orang-orang yang ikut serta dalam mengurus BAZ, harus memenuhi persyaratan : yaitu memiliki sifat
amanah,adil,berkeupayaan, profesional dan sanggup berkerja sama, Pasal 6 ayat 4 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat jo.Pasal 2 ayat 2
Keputusan Menteri Agama RI. Nomor 373 Tahun 2003. Pasal 7 Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Zakat
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan ”Pejabat departemen agama yang membidangi zakat sesuai tingkatan diangkat dalam kepengurusan badan amil zakat”.
Penulisan tesis ini dilakukan penelitian di Badan Amil Zakat Daerah provinsi Sumatera Utara yang terletak di Jalan Williem Iskandar samping RS. Haji Medan.
Dalam struktur Badan Amil Zakat Daerah provinsi Sumatera Utara terdiri dari : Dewan Pertimbangan sebanyak 10 sepuluh orang yang diketuai Gubernur
Sumatera Utara, Komisi Pengawas 7 tujuh orang yang diketuai oleh Dr. H. Maratua Simanjuntak, dan Badan Pelaksana; yaitu 19 sebilan belas orang yang diketuai oleh
Drs. H. Armansyah Nasution, MSP dan sekretaris yaitu kepala bidang penyelengaraan haji, zakat dan wakaf kanwil kementerian agama provinsi Sumatera
Utara, wakil sekretaris dan bendahara, badan pelaksana membawahi empat bidang yakni : bidang pengumpulan, bidang pendistribusian, bidang pendayagunaan, bidang
pengembangan, masing-masing bidang tersebut dipimpin oleh seorang kepala bidang. Untuk menjalankan aktifitas administrasi badan amil zakat daerah provinsi Sumatera
Utara didukung oleh 20 dua puluh orang staf yang terdiri-dari 3 orang pegawai negeri sipil PNS 17 tujuh belas orang non pegawai negeri sipil dengan komposisi
16 enam belas orang staf bertugas di kantor Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara dan 4 empat orang staf dilayanan klinik dhuafa.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara telah menunjuk beberapa unit pengumpul zakat UPZ, yaitu:
Universitas Negeri Medan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah provinsi Sumatera Utara, Badan Investasi dan Promosi Sumatera Utara, Badan Pengendalian
Universitas Sumatera Utara
dampak lingkungan Daerah Sumatera Utara, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumatera Utara, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan masyarakat Sumatera
Utara, Dinas Perhubungan provinsi Sumatera Utara, PT. Bank Sumatera Utara, Perusahaan Daerah air minum Tirtanadi Sumatera Utara, Badan Penelitian dan
Produktif Daerah Sumatera Utara, Badan Ketahanan Pangan Sumatera Utara, Badan Pemberdayaan masyarakat Sumatera Utara, Kantor wilayah Direktorat Jenderal Bea
Cukai Medan, Kantor wilayah Kementerian Agama Sumatera Utara, Dinas Kehutanan Sumatera Utara, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara,
Pengadilan Tinggi Sumatera Utara, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara, Dinas Penataan Ruang
dan Pemukiman Sumatera Utara, Badan Pertahanan Nasional Sumatera Utara, Dinas Pendidikan Sumatera Utara, Dinas Sosial Sumatera Utara, Dinas Pendapatan
Sumatera Utara, Dinas Pertambangan dan Energi Sumatera Utara, Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara, Kementerian Kehakiman dan Hak Azasi Manusia Wilayah
Sumatera Utara, Sekretariat Daerah Pemerintah provinsi Sumatera Utara. Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara memiliki 20 dua puluh Badan
Amil Zakat Daerah Kabupaten Kota yakni kota Medan, kota Binjai, kabupaten Karo, kabupaten Deli Serdang, kota Tebing Tinggi, kota Tanjung Balai, kota
Pematang Siantar, kabupaten Simalungun, kabupaten Asahan, kabupaten Labuhan Batu, kota Padang Sidempuan, kabupaten Tapanuli Selatan, kabupaten Mandailing
Natal, kabupaten Tapanuli Tengah, kota Sibolga, kabupaten Tapanuli Utara, kabupaten Dairi, kabupaten Toba Samosir, kabupaten Nias.
Universitas Sumatera Utara
C. Tugas Dan Fungsi Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara
97
Badan amil zakat merupakan organisasi pengelolaan zakat, dengan tugas pokok pengumpulan dana zakat dari pemberi zakat muzzakki dan mendistribusikan
dana zakat kepada penerima zakat mustahiq. Dalam menjalankan tugas pokok tersebut, dibutuhkan manajemen yang baik dan profesional organisasi pengelolaan
zakat, sehingga tujuan pengelolaan zakat dapat tercapai demi terwujudnya masyarakat adil sejahtera.
Tugas dan fungsi petugas amil zakat dalam badan amil zakat adalah berhubungan dengan pengelolaan zakat. Tugas secara umum petugas amil zakat
adalah sosial sensus pendataan terhadap orang-orang yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya. Juga besar harta yang wajib dizakati, kemudian
mengetahui para mustahiq zakat. Berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang merupakan urusan yang
perlu ditangani secara sempurna oleh para ahli dan petugas serta para pembantunya.
98
Tugas pokok dan fungsi pengurus badan amil zakat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5, 6, 7 keputusan Direktur jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Urusan Haji Nomor D-291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat, adalah sebagai berikut:
1. Dewan Pertimbangan
A. Tugas Pokok
97
Ibid.,hal. 9-11.
98
Yusuf Qardhawi., Hukum Zakat, Mizan, Bandung, 1999, hal. 546.
Universitas Sumatera Utara
a. Memberikan garis-garis kebijakan umum badan amil zakat.
b. Mengesahkan rencana kerja dari badan pelaksana dan komisi pengawas.
c. Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan
hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus badan amil zakat. d.
Memberikan pertimbangan, sarana dan rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas baik diminta maupun tidak.
e. Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja badan pelaksana
dan komisi pengawas. f.
Menunjukkan akuntan politik. B.
Fungsi Memberikan pertimbangan, fatwa, saran, dan rekomendasi kepada badan
pelaksana dan komisi pengawas dalam pengelolaan badan amil zakat, meliputi aspek syariah dan aspek manajerial.
2.
Komisi Pengawas
A.
Tugas Pokok
a. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.
b. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
dengan pertimbangan. c.
Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksnakan badan pelaksana, yang mencakup pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.
d. Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah.
B.
Fungsi
Universitas Sumatera Utara
Sebagai pengawas internal lembaga atas operasional kegiatan yang
dilaksanakan badan pelaksana.
3.
Badan Pelaksana
A.
Tugas Pokok
a.
Membuat rencana kerja
b. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang
telah disahkan dan disesuaikan dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
c.
Menyusun laporan tahunan
d. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah
e. Bartindak dan bertanggung jawab untuk dan atas nama badan amil zakat
ke dalam maupun ke luar. B.
Fungsi
Sebagai pelaksana pengelolaan zakat.
99
Tugas lain yang dilakukan badan amil zakat adalah melakukan sosialisasi tentang zakat kepada semua masyarakat yang
beragama Islam melalui berbagai macam cara, seperti dalam berbagai pertemuan ilmiah maupun media. Sehingga diharapkan setiap masyarakat yang beragama Islam,
sadar akan kewajibannya dalam menunaikan zakat. 4.
Tanggung jawab dan cara kerja badan amil zakat di semua tingkat adalah sebagai berikut:
a. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing badan amil zakat di semua
tingkatan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di
99
Didin Hafidhuddin.,loc..cit.,hal.131-132.
Universitas Sumatera Utara
lingkungan masing-masing, serta melakukan konsultasi dan memberikan informasi antar badan amil zakat disemua tingkatan Pasal 15 Keputusan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat b.
Setiap pemimpin satuan organisasi dilingkungan badan amil zakat, bertanggung jawab memimpin dan menguruskan bawahannya masing-masing
dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan Pasal 16 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun
2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
c. Setiap pemimpin satuan organisasi di lingkungan badan amil zakat, wajib
mengikuti dan mematuhi ketentuan, ia juga bertanggung jawab kepada atasan masing-masing. Ia juga mesti menyampaikan laporan secara berkala tepat
pada waktunya Pasal 17 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat d.
Setiap ketua divisibidangseksi urusan badan amil zakat, menyampaikan laporan kepada ketua badan amal zakat melalui sekretaris. Sekretaris
mengumpul laporan-laporan, menyusun laporan-laporan berkala badan amil zakat Pasal 18 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
e. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan badan amil zakat, wajib diolah
dan digunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk memberikan arahan kepada bawahannya Pasal 19 Keputusan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
f. Setiap pimpinan satuan organisasi badan amil zakat, dibantu oleh kepada
satuan organisasi badan amil zakat dibawahnya. Dalam membimbing bawahan, maka masing-masing wajib mengadakan musyawarah berkala
Pasal 20 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat g.
Dalam melaksanakan tugasnya badan amil zakat memberikan laporan tahunan kepada pemerintah sesuai dengan tingkatnya Pasal 31 Keputusan Menteri
Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
Universitas Sumatera Utara
BAB III PROGRAM DAN PENGAWASAN BADAN AMIL ZAKAT DAERAH
SUMATERA UTARA DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT SUMATERA UTARA
A. Tinjauan Umum Tentang Zakat
1. Pengertian Zakat
Dilihat dari sudut bahasa, kata zakat merupakan kata dasar masdar dari kata “zaka” yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik
100
. Pendapat lain mengatakan bahwa kata dasar “zaka”, berarti bertambah atau tumbuh, sedangkan setiap sesuatu
yang bertambah disebut zakat artinya bertambah. Bila satu tanaman tumbuh tanpa cacat, kata-kata zaka berarti bersih. Dari segi istilah fiqh berarti sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang yang berhak, disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.
101
Mazhab maliki mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sebahagian dari harta yang khusus yang telah mencapai nishab batas kuantita minimal yang
mewajibkan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya
102
. Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebagian harta yang
khusus dari harta yang khusus sebagai milik yang khusus, yang ditentukan oleh syari’at karena Allah.
103
100
Ahmad Warson Munawwir.,Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia,Unit Penngadaan Buku- Buku Ilmiah Keagamaan Pondok pesantern “Al-Munawwir”, Yogyakarta, 1984, hal. 1683.
101
Abdul Wahhab Khallaf.,Ahkam al-Waqf,matba’ah al-Misr,1951,hal.14.
102
Wahbah Zuhayliy., Zakat Kajian Beberapa Mazhab, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal.83.
68
Universitas Sumatera Utara
Menurut mazhab Syafi’i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus. Sedangkan menurut mazhab Hambali, zakat itu hak
yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula, yaitu kelompok yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an.
104
Menurut Nawawi, jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu “menambah banyak, membuat lebih berarti dan
melindungi kekayaan dari kebinasaan”. Sedangkan menurut Ibnu Taimiyah, jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya akan bersih pula dan
bertambah maknanya.
105
Hal ini berarti bahwa makna tumbuh dan berkembang itu hanya diperuntukkan buat harta kekayaan tetapi lebih jauh dari itu. Dengan
mengeluarkan zakat itu bersih.
106
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an Surat At-Taubah Ayat 103, yang artinya sebagai berikut : “Ambillah zakat dari sebahagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoa’alah untuk mereka”
107
Berdasarkan pengertian secara istilah, meskipun para ulama mengemukakan dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi pada
prinsipnya sama. Jadi, zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu,
103
Ibid., hal. 84.
104
Ibid., hal. 84.
105
Tahir Azzhary, et al., Buku Ajar Universitas Indonesia Zakat dan wakaf Bagian A, UI-Press, Jakarta, 2000, hal. 57.
106
Ibid., hal. 58.
107
Departemen Agama Republik Indonesia., Loc.Cit., hal. 297.
Universitas Sumatera Utara
yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu.
108
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat menyatakan bahwa zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang
muslim atau badan yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Para pemikir Islam kontemporer mendefinisikan zakat sebagai harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang, kepada masyarakat umum atau
individual yang bersifat mengikat dan final, tanpa mendapatkan imbalan tertentu yang dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan kemampuan pemilik harta, yang
dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan delapan golongan yang telah ditentukan Al-Qur’an, serta memenuhi tuntutan politik bagi keuangan Islam.
109
Hubungan antara pengertian zakat manurut bahasa dan pengertian menurut istilah, adalah sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan
zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik.
110
2. Tujuan dan Manfaat serta Hikmah Zakat