Teori Negara Kesejahteraan Welfare State

bagi orang. Pendapat ini dititik beratkan pada hal-hal yang berfaedah bagi orang banyak dan bersifat umum tanpa memperhatikan soal keadilan. Hukum pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan apa yang berfaedah bagi orang yang satu dapat juga merugikan orang lain, maka tujuan hukum ialah untuk memberi faedah sebanyak- banyaknya, sehingga kepastian melalui hukum bagi perorangan merupakan tujuan utama daripada hukum. R. Abdoel Djamali menyatakan bahwa, setiap ketentuan hukum berfungsi mencapai tata tertib antar hubungan manusia dalam kehidupan sosial. Lebih lanjut disebutkan bahwa hukum menjaga keutuhan hidup agar terwujud suatu keseimbangan psikis dan fisik dalam kehidupan terutama kehidupan kelompok sosial yang merasakan tekanan atau ketidak tepatan ikatan sosial. Dengan demikian hukum juga menjaga supaya selalu terwujud keadilan dalam kehidupan sosial. 28 Pada hakikatnya, konsep perlindungan hukum merupakan suatu keniscayaan dalam konteks negara hukum rechstaat, yang dalam perkembangannya bergeser kepada bentuk-bentuk perlindungan yang lebih luas terhadap kepentingan masyarakat, dari persoalan sosial politik meluas kepersoalan sosial ekonomi, seperti dalam bidang-bidang kesehatan, perumahan, kemaslahatan umat dan pendidikan. Tipe perlindungan negara secara demikian itu diperkenalkan pula oleh negara kesejahteraan welfare state. 29

1.2. Teori Negara Kesejahteraan Welfare State

28 R. Abdoel Djamali., Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Raja Grafindo,Jakarta, 2006, hal. 2-3. 29 Satjipto Raharjo., Op.Cit, hal. 181. Universitas Sumatera Utara Leon Duguit dan Harold J.Laski memandang negara sebagai suatu lembaga kesejahteraan umum public service institute dan hukum bukanlah serangkaian perintah, tetapi cara-cara penyelenggaraan kesejahteraan umum itu. 30 Dengan demikian negara tidak berkuasa, tetapi bertanggung jawab. Individu akan menaati negara karena tujuan-tujuan yang diselenggarakan oleh negara. 31 Lipson mengatakan bahwa pada awalnya fungsi negara yang asli dan tertua adalah perlindungan. 32 Perlindungan yang diartikan sebagai memberikan kepada rakyat keamanan ekstern, yaitu perlindungan negara terhadap serangan-serangan dari luar terhadap kelompok sendiri, dan ketertiban intern, yaitu untuk mewujudkan ketertiban dalam bidang sosial serta menetapkan pembagian kerja dan tanggung jawab atas pelaksanaan peraturan-peraturan pada segenap fungsionaris negara atau dalam makna yang disepakati oleh James Wilford Garner bahwa sesungguhnya fungsi negara adalah untuk memberikan kesejahteraan materiil dan kebahagiaan bagi setiap individunya. 33 E. Utrecht menyatakan bahwa pemerintah di suatu negara hukum modern yang mengutamakan kepentingan seluruh rakyat, yaitu suatu “welfare state”, turut serta secara aktif dalam pergaulan sosial sehingga kesejahteraan sosial bagi semua orang tetap terpelihara. Dalam bahasa Indonesia, penyelenggaraan kesejahteraan umum yang dilakukan pemerintah disebut juga dengan istilah “bestuurszorg”. 30 A. Mukthie Fadjar., Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing, Malang,2005, hal.16. 31 Ibid ., hal.17. 32 Dikdik M. Arief Mansur Elisatris Gultom., Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan Amtara Norma dan Realita , P.T. Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2007, hal. 8. 33 Ibid.,hal.10. Universitas Sumatera Utara Bestuurszorg adalah istilah modern dalam praktik administrasi negara dan ilmu hukum administrasi negara modern sehingga dalam setiap kegiatan atau tugas pemerintah harus turut secara aktif dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. 34 Sistem dan prinsip negara kesejahteraan yang dianut oleh Indonesia, sangat menaruh perhatian yang serius dalam mewujudkan kesejahteraan, yang merupakan cita-cita dari rakyat Indonesia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kemudian dalam pelaksanaan tugas dan fungsi negara kesejahteraan sangat luas sehingga menjangkau kehidupan warga negara di bidang hukum, sosial, budaya, ekonomi, politik, agama, teknologi, pertahanan keamanan, bahkan mungkin masuk ke kehidupan pribadi warga negara misalnya mengatur masalah perkawinan, agama, dan lain-lain. Konsep welfare state berkembang di negara-negara Eropa, bahkan meluas hampir ke seluruh negara-negara di dunia. Pengertian konsep welfare state secara umum sebenarnya sudah dimulai sejak abad ke-14 dan 15. dimulai dari perkembangan politzei staat welfare state klasik, liberale staat, kemudian welfare state modern akhir abad ke-19 dan 20. Campur tangan intervensi negara terhadap bagian-bagian kemasyarakatan terjadi, seperti, pelayanan sosial, kesehatan, kesejahteraan sosial, pendidikan dan pelatihan, perumahan dan bahkan kegiatan-kegiatan individual maupun badan-badan 34 E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, FH PM UN Padjadjaran, Bandung, 1960, hal. 22-23. Universitas Sumatera Utara kolektif coorporate bodies. 35 Konsep welfare state tersebut di dalam perundang- undangan kita untuk pertama kali dikenal dengan istilah “negara pengurus”. 36 Hal ini tercermin kemudian dalam rumusan UUD 1945, yaitu Bab XIV mengenai “kesejahteraan sosial”. Kebijakan-kebijakan dalam bidang kesehatan, pendidikan dan lain-lain pelayanan sosial, berubah menjadi berorientasi ke arah bisnis. Hal ini ditandai oleh adanya swadana, efisiensi dan penggunaan prinsip-prinsip ekonomi di dalam pengelolaannya. Perkembangan terakhir di negara-negara Eropa, cenderung kembali lagi ke paham yang tidak begitu menghendaki campur tangan negara kepada kegiatan- kegiatan individu dan masyarakat the least government is the best government. Barangkali perkembangan terakhir inilah yang dinamakan oleh I. Wibowo Prancis Wahono, dengan “neoliberalisme”, di mana segala kegiatan-kegiatan itu lebih berorientasi kepada pasar. Zaman “neoliberalisme” menjadi matang pada abad ke-21 dan sama sekali belum terbayangkan sebelumnya. Dukungan teknologi komputer dan informasi yang canggih, membuat kekuatan kapitalis lokal bergabung dengan kekuatan kapitalis global, mengeruk kekayaan planet bumi, dengan janji bahwa kemakmuran global akan menjadi kenyataan lebih cepat daripada yang diinginkan. 37 35 Jimly Asshiddiqe., Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia , PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta,1994, hal. 223. 36 Muh. Yamin., Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Yayasan Prapanca, Jakarta,1959, hal. 298. 37 I Wibowo Francis Wahono., “Neoliberalisme”, Cinderlaras Pustaka Rakyat Cerdas, Yokyakarta,2003, hal. 2. Universitas Sumatera Utara Segala infrastruktur lokal yang dibuat dan direncanakan oleh pemerintah setempat digunakan secara bersama-sama.

1.3. Teori Lingkar Konsentris