Remaja awal early adolescence Remaja madya middle adolescence Landasan Teori

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

2.6.2. Klasifikasi Remaja

Monks 1998 menyatakan bahwa ada tiga tahap perkembangan remaja yaitu remaja awal usia 12-15 tahun, remaja pertengahan usia 15-18 tahun dan remaja akhir usia 18-21 tahun. Menurut Blos 1962 dalam Sarwono, 2005 ada tiga tahap perkembangan remaja dalam rangka penyesuaian diri menuju kedewasaan, yaitu:

a. Remaja awal early adolescence

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan pada remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

b. Remaja madya middle adolescence

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu remaja berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu Universitas Sumatera Utara harus memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya.

c. Remaja akhir late adolescence

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu : a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. d. Egosentris terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya “private self” dan masyarakat umum.

2.6.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Menyimpang pada Remaja

Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi becoming, yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Berikut ini faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku menyimpang pada remaja Yusuf, 2008, antara lain: a. Perselisihan atau konflik orang tua antar anggota keluarga b. Perceraian orang tua Universitas Sumatera Utara c. Kelalaian orang tua dalam mendidik anak memberikan ajaran dan bimbingan tentang nilai-nilai agama d. Sikap perlakuan orang tua yang buruk terhadap anak e. Kehidupan ekonomi yang morat-marit miskinfakir f. Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok g. Pergaulan negatif teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikan nilai-nilai moral h. Diperjualbelikannya minuman keras obat-obatan terlarang secara bebas i. Beredarnya film-film atau bacaan-bacaan porno j. Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol k. Hidup menganggur l. Kurang dapat memanfaatkan waktu luang

2.7. Penyalahgunaan NAPZA

2.7.1. Definisi Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian NAPZA diluar anjuran dokter atau tanpa indikasi medis untuk meminum atau menggunakannya Gunawan, 2006. Penyalahgunaanketergantungan NAPZA adalah suatu sindrom atau kumpulan fenomena fisiologis lahiriah, perilaku dan kognitif akibat penggunaan zat psikoaktif dan kesulitan mengendalikan perilakunya serta munculnya gejala “toleransi” atau keinginan yang kuat untuk mengkonsumsi dosis NAPZA yang lebih besar sampai over dosis melebihi takaran normal. Universitas Sumatera Utara

2.7.1.1. Definisi NAPZA

NAPZA adalah singkatan dari Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat adiktif lainya. NAPZA merupakan bahanzat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaanpsikologi seseorang pikiran, perasaan, dan perilaku serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.

2.7.1.2. Narkotika

Narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 diartikan dengan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan: 1. Golongan I: narkotika yang hanya dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, contoh: heroin, kokain, ganja. 2. Golongan II: narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, contoh: morfin, petidin. Universitas Sumatera Utara 3. Golongan III: narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, contoh: kodein.

2.7.1.3. Psiktropika

Menurut Undang-Undang RI No. 5 tahun 2009, psikotropika adalah: zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan: 1. Golongan I: psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh: ekstasi 2. Golongan II: psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh: amphetamine. 3. Golongan III: psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh phenobarbital. 4. Golongan IV: psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh: diazepam, nitrazepam. Universitas Sumatera Utara

2.7.1.4. Zat Adiktif

Zat adiktif adalah zat atau bahan aktif bukan narkotika dan psikotropika yang bekerja pada sistem saraf pusat dan dapat menimbulkan ketergantungan. Zat adiktif adalah bahan atau zat yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan psikis. Yang termasuk zat adiktif adalah: 1. Minuman alkohol yang mengandung etanol etil alcohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia. Ada 3 golongan minimum beralkohol a. Golongan A: kadar etanol 1-5 bir b. Golongan B: kadar etanol 5-20 berbagai minuman alkohol c. Golongan C: kadar etanol 20-45 whisky, vodka, manson house, johny 2. Inhalasi gas yang dihirup dan solven zat pelarut mudah menguap berupa senyawa organik yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin, yang sering disalahgunakan adalah: lem, tiner, penghapus cat kuku, bensin. 3. Tembakau: pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas dimasyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol serig menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahanya. Universitas Sumatera Utara

2.7.2. Efek terhadap Perilaku yang Ditimbulkan dari NAPZA

Berdasarkan efek terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan: 1. Golongan Depresan Downer Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis membuat pemakaiannya menjadi: tenang dan bahkan tak sadarkan diri, contohnya: opioda morfin, heroin, codein, sedative penenang, hipnotik obat tidur dan transquilizer anti cemas 2. Golongan Stimultan Upper Adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakaiannya menjadi aktif, segar dan bersemangat, contoh: amphetamine shabu, ekstasi dan cocain 3. Golongan Halusinogen Merupakan jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran dan sering kali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu, contoh: kanabis ganja. Universitas Sumatera Utara

2.7.3. Jenis dan Efek yang ditimbulkan NAPZA

1. Kokain Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erytrocyclon coca yang berasal dari Amerika Selatan. Sebutannya daun tanaman belukar tersebut biasanya dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulant. Cocaine hydrocheroide merupakan zat perangsang yang sangat kuat yang terbentuk dari kristalisasi bubuk putih yang disuling dari daun tanaman belukar tersebut biasa dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimultan. 2. Ganja Ganja sering pula disebut dengan canabis, yakni sejenis tanaman yang mengandung zat delta 9, yakni tetrahydrocannabinol THC. Istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan istilah ganja ini antara lain adalah rumput, grass, gelek, daun jayus, gum, cimeng, marijuana dan lain-lain. Efek yang dapat ditimbulkan dari penyalahgunaan ganja ini, antara lain adalaah hilangnya konsentrasi suka bengong, peningkatan denyut jantung, kehilangan keseimbangan, rasa gelisah dan panik, sering menguap mengantuk, cepat marah temperamental, perasaan tidak tenang dan tidak bergairah, paranoid kecurigaan berlebihan. 3. Heroin Heroin diamorphine adalah candu yang berasal dari opium poppy papaver somniverum. Heroin dapat berbentuk serbuk putih, sekalipun biasanya ditemukan Universitas Sumatera Utara juga warna kecoklatan. Heroin biasanya dapat dikenal dengan istilah hero, scag. gear, smack atau horse. Candu atau heroin merupakan zat kebal tubuh analgesik yang efektif dengan pengaruh penenang diri sedative. Efek negatif, yang antara lain: tertariknya bola mata miosis, mengalami mual- mual, muntah, gatal- gatal, perasaan tegang, hidung dan mata berair. 5. Puttaw Puttaw merupakan sejenis heroin dengan kadar yang lebih rendah heroin kelas lima atau enam zat ini berasal dari opium. Istilah ini kadang digunakan untuk menyebutkan nama narkotika ini adalah putih, white, bedak, pete atau etep jenis obat yang masuk dalam kategori puttaw ini adalah banana, dan snow white yang berbentuk bubuk putih sampai ke coklat tua atau dapat pula berbentuk cair atau larutan. Efek negatif yang ditimbulkan dari akibat mengkonsumsi puttaw ini antara lain: terlihat sayu matanya, pupil mata melebar atau mengecil, disforia rasa sedih tanpa sebab, lemah tidak bertenagalesu, sering mengantuktidur, bicara cadel, mual- mual, dan bersikap pendiam, daya ingat menurun, pemarah, sulit untuk berkonsentrasi, bicara melantur, apatis. 6. Alkohol Alkohol merupakan jenis minuman yang mengandung unsur kimia etil alcohol atau etanol yang juga sering disebut grain alcohol. Etil alcohol atau etanol berbentuk cairan jernih, tidak berwarna dan rasanya pahit. Alkohol dapat diperoleh dari hasil fermentasi peragian oleh mikroorganisme dari gula, sari buah, biji-bijian, madu, Universitas Sumatera Utara umbi-umbian dan getah kaktus tertentu. Efek negatif yang muncul akibat dari penyalahgunaan alkohol ini adalah sebagai berikut: berkurangnya kemampuan hati dalam mengoksidasikan lemak, menimbulkan kanker, menyebabkan gangguan fungsi hati, kecendrungan melakukan tindakan kriminal, rentan terhadap infeksi, hipertensi, atau tekanan darah tinggi. 7. Shabu- shabu Shabu-shabu adalah sebutan untuk zat atau bahan methamphetamine. Obat ini dapat ditemukan dalam bentuk kristal, tidak mempunyai warna maupun bau. Shabu- shabu dikenal juga dengan istilah ice yang mempunyai pengaruh kuat terhadap syaraf. Pengguna shabu-shabu akan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada obat ini dan akan berlangsung lama, bahkan bisa mengalami sakit jantung atau bahkan kematian. Istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut nama shabu- shabu ini, antara lain: ice, kristal, ubas, mean, glass, quartz, hirropon. Efek yang dapat ditimbulkan dari penyalahgunaan shabu-shabu ini adalah impotensi, halusinasi, kerusakan pada anggota tubuh, seperti pada liver, lambung, jantung,ginjal, sariawan yang parah, pupil mata melebar, tekanan darah naik, keringat berlebih dengan rasa dingin, mual dan muntah, agitasi psikomotor hiperaktif “triping“, bicara melantur, penyimpangan seks, sukar tidur insomnia, hilang nafsu makan, kematian. 8. Ekstasi Ekstasi merupakan obat bius yang diracik secara ilegal dalam bentuk kapsul atau tablet. Ekstasi ini sering digunakan untuk menahan kantuk hingga dapat Universitas Sumatera Utara membuat tubuh memiliki energi yang melebihi kemampuan tubuh sebenarnya danjuga bisa mengalami dehidrasi yang tinggi. Nama lain dari ekstasi ini adalah inex, kucing, jenisnya yaitu apel atadin, elektrik, gober, butterfly yang berbentuk pil atau kapsul yang berisi 3-4 methylendioksi methamphetamine MOMA. Efek yang dapat ditimbulkan dari penyalahgunaan ekstasi ini adalah hiperaktif, rasa haus yang sangat, sering pusing, gemetar, detak jantung jantung yang cepat, rasa mual, dan muntah, kehilangan nafsu makan, mata sayu dan pucat, dehidrasi, menggigil tak terkontrol, gangguan pada liver, tulang, gigi, syaraf dan mata, daya ingat menurun, syaraf mata rusak, sulit konsentrasi,. 9. Amphetamine Amphetamine merupakan salah satu obat bius yang dapat ditemukan dalam bentuk pil, kapsul ataupun bubuk. Obat menstimulasikan mood pengguna menjadi tinggi. Nama lain dari amphetamine adalah speed, whiz, billywhiz, pep pils. Efek yang dapat ditimbulkan adalah: berat badan menurun, terlihat seperti kurang tidur, tekanan darah tinggi, detak jantung cepat dan tidak beraturan, mengalami ras takut, serig pingsan karena kelelahan, gelisah. 10. Inhalant abuse Inhalant merupakan senyawa organik yang berwujud gas atau zat pelarut yang mudah menguap. Penggunaan obat ini membawa efek pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan otot-otot, urat syaraf, dan organ tubuh yang dapat menimbulkan permasalahan sum-sum tulang, bahkan dapat menyebabkan mati Universitas Sumatera Utara mendadak yang disebabkan denyut jantung mendadak menjadi cepat, tidak beraturan dan akhirnya terjadi gagal jantung. Pengguna obat biusini dikenal dengan sebutan “ngelem“. Efek yang dapat ditimbulkan adalah: ingatan dan daya pikir berkurang, mudah mengalami perdarahan dan luka, kerusakan pada sistem saraf utama, liver dan jantung, sakit perut, sakit bila sedang buang air kecil, otot-otot cepat keram, sering batuk. 11. LSD Lisergic Acid Termasuk dalam golongan halusinogen, nama lain dari LSD adalah: acid, trips, tabs, kertas. Bentuk biasa didapatkan dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar seperampat perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul. Cara penggunaan: meletakkan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudian, menghilanh setelah 8-12 jam. Efek yang dapat ditimbilkan: terjadi halusinasi tempat, warna dan waktu sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan menyeramkandan lama-lama menjadikan penggunanya paranoid.

2.7.4. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Menurut Badan Narkotika Nasional 2006, faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA terdiri dari tersedianya NAPZA, faktor kepribadian, faktor lingkungan, dan faktor teman sebaya. Universitas Sumatera Utara

2.7.4.1. Tersedianya NAPZA

Meningkatnya penyalahgunaan NAPZA disebabkan oleh tersedianya NAPZA dimana-mana seperti; di pemukiman, sekolah SMPSMU, kampus, di warung-warung kecil pun ada, asal tahu tempatnya gampang mendapatkanya dan harganya relatif terjangkau.

2.7.4.2. Faktor Kepribadian

Kepribadian dari hasil dan pengamatan terungkap bahwa ada tipe kepribadian tertentu dari anak yang memiliki kemungkinan untuk dengan mudah menyalahgunakan NAPZA: kepribadian ingin melanggar, suka mengambil resiko berlebihan karena kurang perhatianreaksi terhadap suatu larangan, mudah kecewa, mudah bosan atau jenuh, ingin dianggap sebagai orang hebat menggunakan obatNAPZA agar memiliki perasaan superior dalam lingkungan pergaulannya, mengalami kesulitan dalam bergaul mudah terbawaikut-ikutan menyalahgunakan NAPZA sehingga dapat diterima dalam kelompok kawan-kawannya, tidak tahu bagaimana mengambil keputusan yang bijaksana dan juga tidak dapat memahami dan mengungkapkan perasaan hatinya pada orang lain. Menurut Diwanto 2006, faktor kepribadian yang lemah, kurangnya kepercayaan diri, dorongan ingin tahu, ingin mencoba, ingin meniru, dan ingin berpetualang, mengalami tekanan jiwa, tidak mempunyai tanggung jawab, tidak memikirkan bahaya NAPZA, mengalami kesunyian, keterasingan dan kecemasan. Universitas Sumatera Utara

2.7.4.3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang memengaruhi penyebab penyalahgunaan NAPZA adalah : a. Faktor keluarga: ada beberapa tipe keluarga yang beresiko tinggi anggota keluarganya terutama anak remaja terlibat penyalahgunaan NAPZA. Mereka adalah keluarga dengan ciri sebagai berikut keluarga yang memiliki sejarah termasuk orang tua mengalami ketergantungan NAPZA, keluarga yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu misalnya, ayah bilang ”ya”. dan ibu bilang ”tidak”, keluarga dengan koflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik, keluarga dengan orang tua otoriter yang menuntut anaknya harus menuruti apapun kata orang tua dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa memberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuan, kematian orang tua salah satu atau keduanya, kedua orang tua berpisah atau bercerai, hubungan kedua orang tua tidak harmonis sering bertengkar, suasana rumah tangga yang tegang, orang tua yang sibuk dan jarang berada dirumah, orang tua mengalami kelainan kepribadian mudah depresi, neuresis. Diwanto 2006, juga menyebutkan adanya faktor keluarga yaitu keadaan dengan keluarga pecah, orang tua terlalu memiliki, menguasai atau melindungi, mengarahkan atau mendikte, orang tua tidak acuh dan tidak mengadakan pengawasan, orang Universitas Sumatera Utara tua terlalu memanjakan, orang tua terlalu sibuk baik karena mencari nafkah ataupun karena karir. b. Faktor sekolah: ternyata sukses dalam prestasi sekolah, dan mempunyai unjuk kerja yang baik disekolah dapat menjadi pencegah seseorang menjadi pengguna NAPZA. Hubungan yang baik dengan guru bisa menjadi kekecewaan hubungan dengan orang tua. Faktor sekolah terkait dengan faktor individu antara lain: rasa takut akan kompetisi dan kegagalan, kebutuhan akan memberontak dan melawan, kebutuhan akan bereksperimen kekuatan fisik dan psikis untuk mengetahui batas kekuatan dirinya, kebutuhan pengalaman rasa nikmat dan asyik, kebutuhan untuk diterima kelompok, kebutuhan akan pemuasan yang segera instant, melarikan diri escape melalui cara-cara yang salah, rasa bosan, penolakan terhadap kemapanan, segala sesuatu serba dimungkinkan yaitu mudah mendapatkan segala-galanya tanpa dituntut suatu tanggung jawab. c. Faktor masyarakat: masyarakat dapat memengaruhi pola penggunaan NAPZA, masyarakat yang tidak acuh, tidak peduli, longgarnya pengawasan sosial masyarakat, lembaga penegakan hukum, banyaknya pelanggaran hukum, penyelewengan dan korupsi, banyaknya pemutusan hubungan kerja, pelayanan masyarakat yang buruk, menurunya moralitas masyarakat, lingkungan pemukiman yang tidak mempunyai fasilitas tempat anak bermain, menyalurkan hobinya, serta kreatifitasnya. Menurut Diwanto Universitas Sumatera Utara 2006, juga mengatakan faktor pemicu ketegangan jiwa dalam masnyarakat seperti kemacetan lalu lintas, kenaikan harga-harga bahan pokok, polusi, banyaknya pemutusan hubungan kerja, kemiskinan dan pengangguran.

2.7.4.4. Faktor Teman Sebaya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan pertama mengapa menyalahgunakan NAPZA, adalah karena teman sebaya. Kebanyakan pemakai mulai berkenalan dengan obat dari kawan-kawannya. Penolakan terhadap tekanan ini dapat mengakibatkan anggota yang menolak dikucilkan atau disepak dari kelompok. Menurut Diwanto 2006, mengatakan faktor pengaruh teman sebaya, adanya satu atau beberapa anggota kelompok teman sebaya yang menjadi pengedar NAPZA, ajakan bujukan dan iming-iming teman sebaya, pelaksanaan dan tekanan kelompok teman sebaya, bila tidak ikut melakukan penyalahgunaan NAPZA dianggap tidak setia pada kelompok.

2.7.5. Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA oleh remaja akan membawa dampak dan efek yang negatif dan sangat berpengaruh pada perkembangan psikis, fisik, perilaku dan kehidupan sosial, antara lain sebagai berikut : a. Kondisi psikis: sangat sensitif dan cepat bosan, emosinya naik turun, nafsu makan tidak teratur atau tidak menentu, timbulnya perasaan depresi dan ingin bunuh diri, gangguan persepsi dan daya pikir, menunjukkan sikap membangkang. Universitas Sumatera Utara b. Kondisi fisik: berat badan turun drastis, mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman, buang air besar dan buang air kecil kurang lancar, sakit perut tanpa alasan yang jelas, gangguan impotensi, rawan terinfeksi berbagai penyakit, seperti hepatitis, HIVAIDS, gangguan fungsi ginjal, pendarahan otak. c. Perilaku: malas dan sering meninggalkan tugas rutin, menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga, suka mencuri uang dan barang orang lain, selalu kehabisan uang, takut kena air, sering berbohong dan ingkar janji, mengeluarkan keringat berlebihan, gangguan terhadap prestasi disekolah, kuliah dan pekerjaan. d. Kehidupan sosial: gangguan fungsi dalam anggota masyarakat, bekerja dan sekolah, prestasi menurun, lalu dipecatdikeluarkan yang berakibat makin kuatnya dorongan untuk menyalahgunakan obat, hubungan antara anggota keluarga dan kawan dekat terganggu, memungkinkan terjadinya tindak kriminal, keretakan rumah tangga sampai bercerai, melakukan pelanggaran, baik norma sosial maupun hukum. 2.7.6. Penyalahgunaan NAPZA Menurut Hawari 2006 membagi penyalahgunaan NAPZA menjadi 3 golongan yaitu: a. Ketergantungan Primer, ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi, yang pada umumnya terdapat pada orang dengan kepribadian tidak stabil. Mereka ini Universitas Sumatera Utara sebetulnya dapat digolongkan orang yang menderita sakit pasien namun salah atau tersesat ke NAPZA dalam upaya- upaya untuk mengobati dirinya sendiri yang seharusnya meminta pertolongan ke dokter psikiater. Golongan ini memerlukan terapi dan rehabilitasi dan bukannya hukuman. b. Ketergantungan Reaktif, yaitu terutama terdapat pada remaja karena dorongan ingin tahu, bujukan dan rayuan teman, jebakan dan tekanan,serta pengaruh teman kelompok teman sebaya peer group pressure. Mereka ini sebenarnya merupakan korban victim golongan ini memerlukan terapi dan rehabilitasidan bukannya hukuman. c. Ketergantungan Simtomatis, yaitu penyalahgunaanketergantungan NAPZA sebagai salah satu gejala tipe kepribadian yang mendasarinya, pada umumnya terjadi pada orang dengan kepribadian antisosial psikopat dan pemakaian NAPZA itu untuk kesenangan semata. Mereka dapat digolongkan sebagai kriminal karena sering kali mereka juga merangkap sebagai pengedar pusher. Mereka ini selain memerlukan terapi juga rehabilitasi dan hukuman.

2.7.7. Upaya Promotif dan Preventif akan Bahaya Penyalahgunaan NAPZA

Beberapa upaya prevensi dan promosi akan bahaya penyalahgunaan NAPZA, yaitu: 1. Program Informasi Suatu pesan yang sama sifatnya, misalnya pesan melalui media massa aan diterima oleh pelbagai kelompok dalam masyarakat yang berbeda-beda pula, sehingga timbul dampak yang tidak diinginkan. Materi dan cara memberikan Universitas Sumatera Utara informasi hendaklah sesuai dengan penerima informasi. Teknik menakut- nakuti hanya efektif dalam keadaan terbatas. 2. Program Pendidikan Afektif Bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, mendewasakan kepribadian, meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang bijak, mengatasi tekanan mental secara efektif, meningkatkan kepercayaan diri, menghilangkan gambaran negatif mengenai diri sendiri dan meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal. 3. Program Penyediaan Pilihan yang Bermakna Konsep ini bertujuan untuk mengalihkan penggunaan NAPZA kepada pilihan lain yang diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi kebutuhan manusiawi yang mendasar, fisik maupun psikologis. Kebutuhan yang dimaksud antara lain kebutuhan ”ingin tahu”, kebutuhan mengalami hal-hal baru dalam hidupnya, kebutuhan terbentuknya identitas diri, kebutuhan akan bebas berfikir dan berbuat, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan diri diterima kelompok. 4. Pengenalan Dini dan Intervensi Dini Mengenal dengan baik ciri-ciri anak yang mempunyai resiko tinggi akan pengguna obat, termasuk mereka yang telah berada dalam taraf eksperimental. Segera memberikan dukungan moril bila anak mengalamimenghadapi masa kritis dalam hidupnya. Hal ini sangatlah penting peran guru BP dan orang tua, bila tidak dapat teratasi segera dirujuk ke tenaga ahli. Universitas Sumatera Utara 5. Program Latihan Keterampilan Psikososial Latihan ini diterapkan atas dasar teori bahwa gangguan penggunaan obat merupakan perilaku yang dipelajari seseorang dalam lingkup pergaulan sosialnya dan mempunyai maksud dan makna tertentu bagi yang bersangkutan. Yang tergolong dalam pelatihan ini antara lain: a. Psychological inoculation: dalam pelatihan ini diputar film yang memperlihatkan bagaimana remaja mendapat tekanan dari pergaulannya agar tidak merokok. Lalu dikembangkan sikap menentang dorongan dan tekanan untuk merokok itu. Dalam hal ini dikemukakan persepsi yang salah mengenai rokok dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh rokok baik bagi perokok sesaat maupun kronis. b. Personal and social skill training: kepada remaja dikembangkan suatu keterampilan dalam menghadapi problema hidup menyebabkan mereka mampu menolak suatu ajakan just say ”NO” serta mengembangkan keberanian dan keterampilan untuk mengekspresikan kebenaran sehingga ia terbebas dari bujukan atau tekanan kelompoknya Sudirman, 2001.

2.7.8. Penanggulangan

Beberapa terapi pengobatan pada pengguna Napza, adalah: a. Terapi Medik Psikiatrik detoksifikasi Metode ini berlaku untuk jenis heroin, kanabis, kokain, alkohol minuman keras, amphethamine, dan zat adiktif lainnya. Terapi detoksifikasi ini gunanya untuk Universitas Sumatera Utara menghilangkan racun NAPZA dari tubuh pasien dan penyalahgunaan NAPZA. Terapi ini tergolong jenis major tranquilizer yang ditujukan terhadap gangguan sistem neuro transmitter susunan saraf pusat otak. b. Terapi Psikofarmaka Terapi ini berkhasiat memperbaiki gangguan dan memulihkan fungsi neuro transmitter pada susunan saraf pusat otak, yaitu psikofarmaka golongan tranquilizer. c. Terapi Psikoterapi Psikoterapi banyak macam ragamnya tergantung dari kebutuhan yaitu: 1. Psikoterapi suportif: memberikan dorongan, semangat, dan motivasi agar pasien penyalahguna NAPZA tidak merasa putus asa untuk berjuang melawan ketagihan dan ketergantungannya. 2. Psikoterapi re-edukatif: memberikan pendidikan ulang yang maksudnya yang memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu. 3. Psikoterapi rekonstruktif: memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami gangguan . 4. Psikoterapi kognitif: memulihkan kembali fungsi kognitif rasional yang mampu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang baik dan yang buruk. Universitas Sumatera Utara 5. Psikoterapi psikodinamik: menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang terlibat penyalahguna NAPZA. 6. Psikoterapi keluarga: hubungan kekeluargaan dapat pulih kembali dalam suasana harmonis dan religius sehingga resiko kekambuhan dapat dicegah. d. Terapi medik somatik Pengunaan obat-obat yang berkhasiat terhadap kelainan-kelainan fisik baik sebagai akibat dilepaskannya NAPZA dari tubuh yaitu gejala putus NAPZA maupun komplikasi medik berupa kelainan organ tubuh akibat penyalahgunaan NAPZA. e. Terapi psikososial Terapi psikososial adalah upaya untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi penyalahgunaan NAPZA dalam kehidupannya sehari-hari. f. Terapi psikoreligius Terapi keagamaan psikoreligius terhadap pasien penyalahguna NAPZA memegang peranan penting, baik dari segi pencegahan tetapi maupun rehabilitasi.

2.7.9. Rehabilitasi

Pasien penyalahgunaan NAPZA menjalani program terapi dan komplikasi medik selama satu minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan dengan melanjutkan kepada program rehabilitasi. Rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi para mantan penyalahguna NAPZA. Kembali sehat dalam arti sehat fisik, psikologi, sosial dan spiritualagama Hawari, 2006. Universitas Sumatera Utara 2.7.10. Pemakaian NAPZA 2.7.10.1. Definisi Pemakaian NAPZA Pemakaian adalah proses atau pemakaian, penggunaan Balai Pustaka, 1993. Pemakaian terus menerus dan berlanjut akan mengakibatkan ketergantungan, dependensi, adiksi atau kecanduan karena bermula ingin tahu, senang-senanghura- hura, sering kali pada awalnya pemakai berpikiran bahwa kalau hanya mencoba-coba saja tidak mungkin bisa jadi kecanduanketagihan. Kenyataannya, walaupun hanya coba-coba experimental user, derajat pemakaian tanpa disadari akan meningkat intensive user dan pada akhirnya akan menjadi sangat tergantung pada obat tersebut compulsory user.

2.7.10.2. Tiga Tingkatan Pemakaian NAPZA

Tingkatan pemakaian NAPZA yaitu: 1. User atau pengguna: tingkat coba–coba memakai. Mereka yang disebut pemula. 2. Abuser atau penyalahguna: tingkat mulai rutin memakai kebiasaan. 3. Adiktif ketergantungan: tingkat sudah kecanduan. Pada tingkat abuser atau penyalah guna anak tersebut perlu dibawa kedokter untuk mengeluarkan zat–zat itu dari tubuhnya detoksifikasi, harus juga dimasukkan rehabilitasi NAPZA. Apalagi jika anak tersebut sampai tingkat adiktif atau ketergantungan, karena biasa dua sampai tiga kali sehari Nasution, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.8. Landasan Teori

Konteks penelitian pendidikan kelompok sebaya yang memengaruhi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang risiko penyalahgunaan narkoba, mengacu kepada konsep umum yang digunakan untuk menganalisis perilaku adalah konsep dari Lewrence Green yang menjelaskan bahwa perilaku itu dipengaruhi oleh tiga faktor pokok baik individu maupun secara kolektif, masing-masing memiliki tipe pengaruh yang berbeda terhadap perilaku yaitu: faktor-faktor predisposisi predisposing factors yang mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor pemungkin enabling factors yang mencakup: ketersediaan sarana kesehatan, rumah sakit dan keterampilan tenaga kesehatan. Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong reinforcing factors yang meliputi: faktor-faktor yang mengikuti sebuah perilaku yang memberikan pengaruh berkelanjutan terhadap perilaku tersebut, dan berkontribusi terhadap persistensi atau penanggulangan perilaku tersebut. Penelitian ini memodifikasikan konsep HL. Bloom 1974 yang mengemukakan tentang pendidikan kesehatan. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat, dikelompokan menjadi empat berdasarkan urutan besarnya pengaruh terhadap Universitas Sumatera Utara kesehatan, yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, keturunan. Gambar 2.1. menyatakan hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan. Predisposing factors pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, Enabling factors ketersediaan sumber- sumber fasilitas Reinforcing factors Keluarga, kelompok sebaya, guru, petugas kesehatan, tokoh agama dan masyarakat, pengambil kebijakan Pendidikan Kesehatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Determinan Perilaku:  Faktor Internal: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin  Faktor Eksternal: lingkungan sekolah Perilaku Keturunan Lingkungan Pelayanan Kesehatan Status Kesehatan Gambar 2.1. Kerangka Landasan Teori Universitas Sumatera Utara

2.9. Kerangka Konsep