Berdasarkan grafik batang untuk Tegangan dan Regangan di atas terlihat bahwa penambahan selulosa asetat menurunkan tegangan dan regangan yang dimiliki
oleh Polipropilen, hal ini mungkin disebabkan karena tidak ada reaksi kimia yang terjadi pada matriks polimer komposit tersebut dan hanya interaksi fisika saja yang
terjadi. Namun, jika kita bandingkan antara matriks polimer komposit polipropilen dengan selulosa asetat hasil sintesis Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS
danselulosa asetat komersial pada perbandingan yang sama diperoleh harga tegangan yang lebih besar pada matriks polimer komposit polipropilen dengan selulosa asetat
hasil sintesis Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS kecuali untuk perbandingan 2:8. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan derajat substitusi pada kedua selulosa
asetat tersebut, dimana derajat substitusi untuk selulosa asetat hasil sintesis Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS lebih besar dari padaselulosa asetat komersial.
Menurut shibata et al 2010 derajat substitusi memiliki pengaruh terhadap karakter fisik produk yang dihasilkan, semakin tinggi derajat substitusi selulosa asetat maka
sifat fisiknya semakin baik. Tetapi untuk harga regangan nilai matriks polimer kompositselulosa asetat komersial lebih tinggi dari pada matriks polimer komposit
selulosa asetat hasil sintesis Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS. Hasil uji tarik di atas memberikan informasi sifat mekanis terbaik dari matriks
polimer komposit yang dihasilkan yaitu matriks polimer komposit selulosa asetat sintesis PPKS dengan polipropilen 1 : 9, sedangkan untuk matriks polimer
kompositselulosa asetat komersial dengan polipropilen 2 : 8. Selanjutnya akan di analisis sifat termalnya dengan DTA, permukaannya dengan uji SEM, dan juga
serapan airnya.
4.4 Uji DTA
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui sifat – sifat komponen campuran matriks polimer komposit selulosa asetat dengan polipropilen. Analisa sifat termal
dapat memberikan informasi – informasi tentang perubahan fisik sampel, misalnya titik leleh dan penguapan, terjadinya proses kimia yang mencakup polimerisasi,
Universitas Sumatera Utara
degradasi, dan dekomposisi Basuki Wirjosentono, 1995. Salah satu karakteristik penting dari polimer adalah perubahan yang terjadi selama transisi dari padat ke cair,
pada saat suatu bahan polimer dipanaskan maka energi kinetik dari molekul – molekulnya bertambah tetapi geraknya masih dibatasi sampai vibrasi dan rotasi
daerah pendek sepanjang polimer tersebut dapat mempertahankan struktur gelasnya. Apabila suhu dinaikkan lagi, maka muncul suatu batasan dimana terjadi suatu
perubahan yang jelas, bahan – bahan polimer melepaskan sifat – sifat gelas menjadi elastromer yang disebut dengan suhu transisi gelas T
g
lalu kemudian jika suhu dinaikkan kembali maka polimer tersebut akhirnya akan melepaskan sifat – sifat
elastromernya dan melebur menjadi cairan yang dapat mengalir Stevens, 2001. Hasil analisis termogram DTA polipropilen dan matriks polimer komposit selulosa
asetat dan polipropilen dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Hasil Uji DTA Matriks Komposit Polimer
No Matriks komposit
polimer Titik leleh
o
C Titik dekomposisi
o
C 1 Polipropilen
160 370
2 CA sintesis : PP1:9
165 370
3 CA komersial : PP 2:8
168 380
Berdasarkan data di atas untuk termogram DTA polipropilen lampiran 6 tanpa selulosa asetat memperlihatkan adanya puncak pada temperatur 160
o
C puncak ini merupakan temperatur leleh yang terjadi dengan adanya penurunan temperatur
endoterm dan adanya puncak pada temperatur 370
o
C merupakan temperatur dekomposisi yang terjadi dengan adanya kenaikan temperatur eksoterm.
Sementara itu untuk matriks polimer komposit selulosa asetat hasil sintesis PPKS dengan polipropilen pada perbandingan 1:9 lampiran 7 diperoleh puncak titik
leleh yang lebih tinggi yaitu 165
o
C yang disertai penurunan temperatur endoterm hal ini mungkin disebabkan karena terjadinya interaksi antara selulosa asetat dengan
polipropilen dan terdekomposisi pada temperatur 370
o
C yang disertai dengan kenaikan temperatur eksoterm.
Universitas Sumatera Utara
Pada matriks polimer kompositselulosa asetat komersial dengan polipropilen pada perbandingan 2:8 lampiran 8 diperoleh puncak titik leleh yang paling tinggi
dibandingkan dengan yang lainnya yaitu sebesar 168
o
C yang disertai dengan terjadinya penurunan temperatur endoterm dan untuk temperatur dekomposisi
terlihat puncak pada 380
o
C yang disertai dengan terjadinya kenaikan temperatur eksoterm.
4.5 Uji SEM