5. Pengikatan mekanik
Pengikatan mekanik berlaku secara interlocking mekanik apabila geometri permukaan fasa matriks dan fasa pengisi tidak rata. Walau bagaimanapun, kekuatan
pada arah tegangan melintang adalah lemah dibandingkan pada arah tegangan menegak. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengikatan mekanik ialah kekasaran
permukaan faktor utama dan terpenting, aspek geometri, tekanan dalam dan tekanan residual yang berhasil pada saat proses fabrikasi, Faisal, 2008.
2.5 Analisis
2.5.1 Pengujian Sifat Kekuatan Tarik σ
t
dan Kemuluran ε
Sifat mekanis biasanya biasanya dipelajari dengan mengamati sifat kekuatan tarik
σ
t
menggunakan alat pengukuran tensometer atau dinamometer, bila terhadap bahan diberikan tegangan. Secara praktis kekuatan tarik diartikan sebagai besarnya
beban maksimum F
maks
yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan, dibagi dengan luas penampang bahan. Karena selama dibawah pengaruh tegangan,
spesimen mengalami perubahan bentuk deformasi maka definisi kekuatan tarik dinyatakan dengan luas penampang semula A
σ
t
= F
maks
A
o
selama deformasi, dapat diasumsikan bahwa volum spesimen tidak berubah, sehingga perbandingan luas penampang semula dengan penampang setiap saat, A
o
A = ll
o
, dengan l dan l
o
masing-masing adalah panjang spesimen setiap saat dan semula. Bila didefenisikan besaran kemuluran
ε sebagai nisbah pertambahan panjang terhadap panjang spesimen semula
ε = Δll
o
maka diperoleh hubungan : A = A
o
l + ε
Hasil pengamatan sifat kekuatan tarik ini dinyatakan dalam bentuk kurva tegangan, yakni nisbah beban dengan luas penampang, terhadap perpanjangan bahan
regangan, yang disebut dengan kurva tegangan-regangan. Bentuk kurva tegangan-
Universitas Sumatera Utara
regangan ini merupakan karakteristik yang menunjukkan indikasi sifat mekanis bahan yang lunak, keras, kuat, lemah, rapuh atau liat Basuki wirjosentono,1995.
Gambar 2.5 Kurva Tegangan-Regangan untuk Beberapa Karakteristik Sifat Mekanis Bahan, i Lunak dan Tidak Kuat, ii Keras dan Rapuh,
iii Lunak dan Liat, iv Keras dan Kuat, v Keras dan Liat Basuki wirjosentono,1995.
2.5.2 Analisis Sifat Termal Bahan Polimer
Analisis termal bukan saja mampu untuk memberikan informasi tentang perubahan fisik sampel misalnya titik leleh dan penguapan, tetapi terjadinya proses
kimia yang mencakup polimerisasi, degradasi, dekomposisi, dan sebagainya. Dalam bidang campuran polimer poliblen pengamatan suhu transisi kaca T
g
sangat penting untuk meramalkan interaksi antara rantai dan mekanisme pencampuran
beberapa polimer. Campuran polimer yang homogen akan menunjukkan satu puncak T
g
eksotermis yang tajam dan merupakan fungsi komposisi. T
g
campuran biasanya berada diantara T
g
dari kedua komponen, karena itu pencampuran homogen digunakan untuk menurunkan T
g
, seperti halnya plastisasi dengan pemlastis cair. Pencampuran polimer heterogen ditujukan untuk menaikkan ketahanan bentur bahan
polimer, seperti modifikasi karet dengan resin ABS. campuran polimer heterogen ini ditandai dengan beberapa puncak T
g
, karena disamping masing-masing komponen masih merupakan fase terpisah, daerah antarmuka mungkin memberikan T
g
yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda. Pengamatan termal campuran polimer juga dapat digunakan untuk menentukan parameter interaksi, yang merupakan faktor penurunan suhu leleh kristal
Basuki wirjosentono, 1995.
2.5.3 Spektrofotometer FT-IR