Tandan Kosong Sawit TKS hingga saat ini pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal, sejauh ini pemanfaatan yang dilakukan hanya terbatas untuk pengeras
jalan, dijadikan pupuk serta digunakan sebagai penetral pH. Kandungan α - selulosa
yang besar didalam TKS memungkinkan untuk mengolah TKS menjadi pulp, dimana dari TKS kering dapat dihasilkan 40-70 pulp dengan proses organosolv pulping.
kandungan selulosa yang besar ini mungkin juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan selulosa asetat Asnetty Maria Amin, 2000.
2.3.1 Struktur dan Sifat Selulosa
Selulosa merupakan konstituen utama kayu. Kira-kira 40-45 bahan kering dalam kebanyakan spesies kayu adalah selulosa Eero Sjostrom,1995. Selulosa
terdapat pada semua tanaman dari pohon tingkat tinggi hingga organisme primitif seperti rumput laut, flagelata, dan bakteria Dietrich Fengel dan Gerd Wegener,
1995. Selulosa merupakan homopolisakarida yang tersusun atas unit-unit -D- glukopiranosa yang terikat satu sama lain dengan ikatan-ikatan glikosida 14.
Gambar 2.2 Struktur Selulosa
Molekul-molekul selulosa seluruhnya berbentuk linear dan mempunyai kecendrungan kuat membentuk ikatan-ikatan hidrogen intra dan intermolekul. Berkas-berkas
molekul selulosa membentuk agregat bersama-sama dalam bentuk mikrofibril, dalam mana tempat-tempat yang sangat teratur kristalin diselingi dengan tempat-tempat
yang kurang teratur amorf. Mikrofibril membentuk fibril-fibril dan akhirnya serat- serat selulosa. Sebagai akibat dari struktur yang berserat dan ikatan-ikatan hidrogen
Universitas Sumatera Utara
yang kuat selulosa mempunyai kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut dalam kebanyakan pelarut.
Setiap unit
-D-glukopiranosa di dalam rantai selulosa mempunyai tiga gugus hidroksil reaktif, dua sekunder HO-2, HO-3 dan satu primer HO-6 maka keasaman
dan kecendrungan untuk terurai naik sesuai dengan urutan: HO-6 HO-2 HO-3 oleh karena itulah HO-2 mudah untuk tereterifikasi, tetapi untuk esterifikasi HO-6
memiliki reaktivitas yang tinggi dibandingkan dengan gugus OH lainnya Eero Sj
őstrőm,1995. Untuk mengetahui kualitas dari selulosa, antara lain dengan pemantauan derajat polimerisasi DP.
Berdasarkan derajat polimerisasi dan kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida NaOH 17,5, selulosa dapat dibedakan atas tiga
jenis yaitu : 1.
Selulosa Alpha Cellulose adalah selulosa berantai panjang, tidak larut
dalam larutan NaOH 17,5 atau larutan basa kuat dengan derajat polimerisasi 600 - 1500. Selulosa
dipakai sebagai penduga dan atau penentu tingkat kemurnian selulosa.
2. Selulosa Betha Cellulose adalah selulosa berantai pendek, larut dalam
larutan NaOH 17,5 atau basa kuat dengan derajat polimerisasi 15 - 90, dapat mengendap bila dinetralkan.
3. Selulosa Gamma cellulose adalah sama dengan selulosa , tetapi derajat
polimerisasinya kurang dari 15. Selulosa
α merupakan kualitas selulosa yang paling tinggi murmi. Selulosa α 92 memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan propelan
dan atau bahan peledak. Sedangkan selulosa kualitas dibawahnya digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas dan industri sandangkain Umar S. Tarmansyah,
2007. Morfologi selulosa mempunyai pengaruh yang besar pada reaktivitasnya.
Gugus-gugus hidroksil yang terdapat dalam daerah-daerah amorf sangat mudah dicapai dan mudah bereaksi, sedangkan gugus-gugus hidroksil yang terdapat dalam
Universitas Sumatera Utara
daerah-daerah kristalin dengan berkas yang rapat dan ikatan antar rantai yang kuat mungkin tidak dapat dicapai sama sekali. Pembengkakan awal selulosa diperlukan
baik dalam eterifikasi alkali maupun dalam esterfikasi asam Eero Sj őstrőm,
1995.
2.3.2 Asetilasi Selulosa