Asetilasi Selulosa Selulosa Asetat

daerah-daerah kristalin dengan berkas yang rapat dan ikatan antar rantai yang kuat mungkin tidak dapat dicapai sama sekali. Pembengkakan awal selulosa diperlukan baik dalam eterifikasi alkali maupun dalam esterfikasi asam Eero Sj őstrőm, 1995.

2.3.2 Asetilasi Selulosa

Selulosa dapat dimodifikasi melalui reaksi esterifikasi, hal ini disebabkan karena gugus OH pada selulosa merupakan gugus-gugus polar yang dapat diganti oleh gugus-gugus atau senyawa-senyawa nukleofil dalam larutan asam kuat. Secara teoritis pembentukan ester selulosa adalah mungkin dengan semua asam anorganik maupun organik. Adanya tiga gugus OH pada setiap unit glukosa memungkinkan pembentukan mono, di, atau triester. Saling pengikatan gugus-gugus OH dengan ikatan hidrogen didalam struktur supramolekul selulosa dipecah sebagian atau keseluruhan selama esterifikasi. Masuknya gugus ester menghancurkan rantai-rantai selulosa, hingga strukturnya sangat berubah atau bahkan rusak. Pembentukan ester yang lebih cepat dan sama dapat diperoleh dengan cara perlakuan awal selulosa menggunakan air atau asam asetat. Kecepatan asetilasi selulosa yang membengkak-awal kira-kira tiga kali lebih tinggi daripada selulosa yang tidak membengkak. Pembengkakan awal jelas membuka jalan untuk media pengasetilasi mencapai daerah yang teratur dengan lebih mudah. Perlakuan awal dengan H 2 SO 4 encer, larutan ammonia dan etilena diamin dapat mempercepat asetilasi. Pada umumnya anhidrida asetat digunakan sebagai media asetilasi. Reaksi asetilasi juga membutuhkan adanya katalisator, asam sulfat dan asam perklorat telah terbukti paling efektif Dietrich Fengel dan Gerd Wegener,1995. Universitas Sumatera Utara Menurut Eero Sj őstrőm 1995 Asetilasi selulosa yang dikatalisis dengan asam berlangsung menurut persamaan reaksi sebagai berikut: Gambar 2.3 Asetilasi Selulosa yang Dikatalisis dengan Asam Setelah protonasi anhidrida asetat ion karbonium elektrofil yang dibentuk ditambahkan pada atom oksigen hidroksil nukleofil selulosa. Zat antara ini kemudian terurai kemudian menjadi selulosa asetat dan asam asetat dengan membebaskan proton.

2.3.3 Selulosa Asetat

Selulosa asetat merupakan ester yang paling penting yang berasal dari asam organik. Bila dibandingkan dengan selulosa nitrat, selulosa asetat tidak mudah terbakar Dietrich Fengel dan Gerd Wegener,1995. Berdasarkan SNI 06-2115-1991 defenisi Selulosa asetat adalah selulosa yang berupa gugusan hidroksilnya digantikan oleh gugusan asetil -OCCH 3 dengan rumus kimia: [C 6 H 7 O 2 COOCH 3 x ] y , berbentuk padatan putih tidak beracun, tak berasa, tak berbau, untuk pembuatan serat. Selulosa asetat telah dipakai secara luas diantaranya sebagai material membran, filter rokok, tekstil, plastik dan industri makanan serta farmasi. Hingga saat ini selulosa asetat diketahui mempunyai sifat yang sangat baik sebagai polimer alam didasarkan oleh dua alasan berikut yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Mempunyai derajat polimerisasi yang tinggi dan orientasi molekulnya linear. 2. Kemampuannya membentuk ikatan hidrogen inter dan intrarantai yang stabil dengan molekulnya sendiri maupun terhadap molekul tetangganya untuk membentuk mikrofibril Hinterstoisser, Akerholm dan salmean, 2003. Menurut Ranby dan Rydholm 1956 dalam Eero Sj őstrőm 1995; Fengel dan Wegener 1995 terdapat hubungan antara derajat substitusi terhadap pelarut maupun aplikasi dari selulosa asetat seperti pada table 2.2 berikut: Table 2.2 Hubungan antara Derajat Substitusi terhadap Pelarut maupun Aplikasi dari Selulosa Asetat No Derajat Substitusi Pelarut Aplikasi 1 0,6-0,9 Air - 2 1,2-1,8 2-metoksietanol Pernis dan Plastik 3 1,8-1,9 Air-Propanol-Kloroform Tekstil, Komposit 4 2,2-2,3 Aseton Pernis dan Plastik 5 2,3-2,4 Aseton Rayon asetat 6 2,5-2,6 Aseton Film sinar-X 7 2,8-2,9 Metilena Klorida-Etanol lembaran Penginsulasi 8 2,9-3,0 Metilena Klorida Tekstil Shibata et al 2010 menyebutkan bahwa derajat substitusi juga berpengaruh terhadap karakter fisik produk yang dihasilkan, selulosa asetat yang mempunyai derajat substitusi asetil yang tinggi menunjukkan kelarutan yang rendah dalam pelarut, tetapi menghasilkan produk yang mempunyai karakter fisik yang sangat baik. Secara umum pembuatan selulosa asetat yaitu selulosa sebagai bahan dasar direaksikan dengan pelarut asam asetat atau asetat anhidrat dengan adanya katalis untuk sintesis selulosa asetat. Dalam sintesis ini asam asetat berfungsi sebagai pelarut, asam sulfat berfungsi sebagai katalis dan asetat anhidrat sebagai donor asetil. Reaksi umum sintesis selulosa asetat dapat dilihat pada gambar 2.4 sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4 Reaksi Sintesis Selulosa Asetat http:Wikipedia, diunduh Desember 2010 Berdasarkan derajat substitusinya selulosa asetat dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Selulosa monoasetat dengan derajat substitusi DS 0 DS 2 larut dalam aseton dan mempunyai titik leleh 235 C. 2. Selulosa diasetat dengan derajat substitusi DS 2,0 – 2,8 dengan kandungan asetilnya 35 – 43,5 dengan titik leleh 235 C 3. Selulosa triasetat dengan derajat substitusi DS 2,8 – 3,0 mempunyai kandungan asetil 43,5 – 44,8 dengan titik leleh 265 – 295 C. Derajat substitusi selulosa asetat adalah 0 – 3 dan meningkatnya derajat substitusi akan meningkatkan titik leleh dari selulosa asetat Misdawati, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.4 Komposit