Penetapan Kadar Protein Pada Susu Ultra High Temperature (UHT) Kemasan Dengan Metode Kjeldhal
Lampiran 1. Identitas Sampel
Nama sampel :Ultra Milk Full Cream
Komposisi :Susu sapi segar, susu skim bubuk, penstail nabati, garam.
No. Reg : MD 400210207022
No. Batch : 89988009010224 Kode Produksi : 151059
Tgl. Kadaluarsa : 28 November 2016 Isi bersih : 250 ml
(2)
Lampiran 2. Bagan Alir Prosedur Percobaan
Ditimbang 1 g sampel (susu UHT).
Dimasukkan kedalam labu Kjeldahal 10 ml. Ditambahkan 1 g SeO2 dan 25 ml H2SO4(p)
Dipanaskan diatas pemanas listrik atau api pembakaran sampai larutan jernih selama 2 jam
Dibiarkan sampai dingin.
Diencerkan dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, tepatkan sampai tanda garis.
Dirangkai alat destilasi
Dipipet 25 ml larutan sampel dan dimasukkan kedalam alat penyuling
Ditambahkan 50 ml NaOH 30%
Ditambahkan 25 ml H3BO3 4% dan
beberapa tetes campuran metil red bromocresol green
Disuling selama kurang lebih 10menit
Dititrasi dengan larutan HCl 0,01 N Sampel
Proses Destruksi
Proses Destilasi
Proses Titrasi
Hasil
(3)
Lampiran 3. Penetapan Kadar Protein
Kadar Protein = (V1−V2)N ×0,014 ×FP ×FK
W
×
100%Keterangan :
W = bobot sampel
V1 = volume HCl yang dipergunakan untuk penitaran sampel
V2 = volume HCl yang dipergunakan untuk penitaran blanko
N = normalitas HCl
FK = faktor konversi untuk protein dari susu dan olahannya 6,38 FP = faktor pengenceran
Contoh Perhitungan: Sampel susu UHT tawar
W = 1,3390 g FP = 100/25 = 4
V1 = 1,20 ml FK = 6,38
V2 = 0,00 ml Normalitas HCl = 0,1045
Kadar Protein = (V1 −V2)N ×0,014 ×FP ×FK
W
×
100%=
(1,20 −0,00) 0,1045 × 0,014 × 4 ×6,381,3390
×
100%= 3,35% Sampel Berat
(g)
V1
(ml)
V2
(ml)
N HCl FP Kadar protein (%) Rata-rata (%) Susu UHT tawar
1,3390 1,20 0,00 0,1045 4 3,35
3,33 1,4715 1,30 0,00 0,1045 4 3,30
(4)
Lampiran 4.Gambar Proses Penetapan Kadar Protein
Gambar 1 Proses Destruksi Gambar 2 Proses Destilasi
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. (1984). Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Yogyakarta: Andi Offset. Halaman 9.
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. Halaman 77-88.
Anonim. (2010). Susu UHT Bernilai Gizi Lebih. Diakses dari:
Badan Standarisasi Nasional. Cara Uji Makanan Dan Minuman. SNI 01-2891-1992. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional. Halaman 10-11.
Badan Standarisasi Nasional. Susu UHT (Ultra High Temperature). SNI 01-3950-1998. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional. Halaman 1-2.
Bintang, Maria. (2010). Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 99-101; 104-111.
Buckle, K.A. (2010). Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 2. Budiyanto, A.K. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas
Muhamadyah Malang. Halaman 37.
Kartasapoetra, G., dan Marsetyo. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas Kerja). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Halaman 57-58.
Martoharsono, S. (1988). Biokimia. Jilid I. Yogyakarat: Universitas Gajah Mada. Halaman 45.
Muharastri, Y. (2008). Analisis Kepuasan Konsumen Susu UHT Merk Real Good di Kota Bogor. Bogor: IPB. Halaman 2.
Moehii, Sjahmen. (1986). Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara. Halaman 30-31;34-35.
Muchtadi. (2010). Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein. Bandung: Penerbit Alfabeta. Halaman 2-9;17-21;100-104.
Muhamad, A. (2002). Sifat Kimiawai dan Fisik Susu. Semarang: UNDIP. Halaman 2.
Sastrohamidjojo, H. (2009). Kimia Organik. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Halaman 118.
(6)
Soeparno., Rihastuti, R.A., dan Triatmojo, S. (2011). Dasar Teknologi Hasil Ternak. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Halaman 43.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakata: Penerbit Liberty. Halaman 11.
Winarno, F.G. (1982). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Halaman 53; 63-64.
(7)
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pengujian
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Makanan Minuman Hasil Pertanian Balai Riset dan Standarisasi (Baristand) Industri Medan yang berada di Jl. Sisingamangaraja No. 24 Medan pada tanggal 01 – 31 Maret 2016.
3.2 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan adalah alat penyulingan dan kelengkapannya, batang pengaduk, beaker glass, botol semprot, buret, corong, erlenmeyer, klem, labu Kjeldhal 100 ml, labu ukur 100 ml, neraca analitik, pipet tetes, pipet volum, spatula dan statif.
3.3 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah H3BO3 4%, HCl 0,01 N, H2SO4(p),
indikator campuran metil red dan bromocresol green, NaOH 30%, SeO2 dan
akuades.
3.3.1 Sampel
Sampel yang digunakan adalah susu UHT kemasan yang diperoleh dari swalayan.
3.3.2 Pembuatan Pereaksi
(8)
Pembuatan pereaksi asam borat, H3BO3 4%: Dilarutkan 40 g H3BO3 dengan air
suling menjadi 1000 ml dan tambahkan 3 ml larutan indikator campuran metil red dan bromocresol green, aduk (larutan akan berwarna kuning terang) dan dipindahkan kedalam botol gelas bertutup (SNI 2973-2011).
Pembuatan pereaksi asam klorida, HCl 0,01 N: Dipipet HCl(p), kemudian larutkan kedalam 1000 ml air.
Pembuatan indikator campuran metil red dan bromocresol green: Disiapkan larutan bromocresol green 0,1% dan metil red 0,1% dalam alkohol 95% secara terpisah. Campur 10 ml bromocresol green dengan 2 ml metil red (SNI 01 – 2891- 1992).
Pembuatan pereaksi natrium hidroksida, NaOH 30%: Dilarutkan 150 g kristal NaOH ke dalam 350 ml air suling, simpan dalam botol bertutup karet (SNI 01-2891-1992).
Pembuatan pereaksi SeO2: Dicampur 4 g serbuk SeO2, 150 G K2SO4 atau Na2SO4
dan 30 g CuSO..H2O (SNI 01-2891-1992).
3.4 Prosedur
Timbang seksama 1 g susu UHT, masukkan ke dalam labu Kjeldhal 100 ml. Tambahkan 1 g SeO2 dan 25 ml H2SO4(p) lalu panaskan diatas penangas listrik
atau api pembakaran sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam). Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan ke dalam labu ukur 100 ml, tepatkan sampai garis tanda. Pipet 25 ml larutan dan masukkan ke dalam alat penyuling, tambahkan 50 ml NaOH 30%. Sulingkan selam lebih kurang 10 menit, sebagai penampung gunakan 25 ml H3BO3 4% dan 1 tetes
(9)
indikator campuran metil red dan bromocresol green. Bilasi ujung pendingin dengan air suling. Titrasi dengan larutan HCl 0,01 N. Kerjakan penetapan blanko (SNI 01-2891-1992).
Perhitungan:
Kadar protein = (�1−�2)� × 0,014 ×�� ×��
� × 100%
Keterangan:
W = bobot sampel
V1 = volume HCl yang dipergunakan untuk penitaran sampel
V2 = volume HCl yang digunakan untuk penitaran blanko
N = normalitas HCl
FK = faktor konversi untuk protein dari susu dan olahannya: 6,38 FP = faktor pengenceran
(10)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil penetapan kadar protein yang dilakukan pada sampel susu UHTkemasan memenuhi persyaratan yaitu 3,33% dimana persyaratan SNI minimal 2,7%.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hal diatas, dapat dilihat kadar protein susu UHT yaitu 3,33%. Hal ini menunjukkan susu UHT memenuhi persyaratan SNI 01-3950-1998.
Komposisi susu dapat sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah adalah: lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 4,8%, dan air 87,10%. Bersama dengan bahan-bahan lain dalam jumlah sedikit seperti sitrat, enzim-enzim, fosflipid, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Faktor lain yang mempengaruhi komposisi susu diantaranya, waktu pemerahan, urutan pemerahan, keragaman akibat musim, umur sapi, penyakit, makanan ternak, dan faktor lainnya (Buckle, 2010).
Proses pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat pada proses pembuatan susu UHT dimaksudkan untuk membunuh seluruh mikroba baik pembusuk maupun patogen dan sporanya, sehingga memiliki mutu yang sangat baik. Kontak panas yang sangat singkat pada proses UHT menyebabkan mutu sensori (warna, aroma, dan rasa khas susu segar) dan mutu gizi nya relatif
(11)
tidak berubah. Selain itu juga faktor penentu utama susu UHT adalah bahan baku, proses penanganan dan pengolahan, dan juga proses pengemasan. Bahan baku susu UHT berasal dari susu cair segar yang memiliki mutu tinggi, terutama dalam komposisi gizi. Mutu susu segar juga dipengaruhi oleh cara pemerasan yang benar dan higienis. Proses pengolahan susu segar menjadi susu UHT juga harus menggunakan alat-alat yang steril dan meminimumkan kontak dengan tangan dan dilakukan secara aseptis. Susu UHT juga dikemas dengan menggunakan kemasan yang aseptik multilapis, kedap suara sehingga bakteri tidak dapat masuk kedalamnya yang dapat menyebabkan kerusakan pada susu sehingga susu UHT tetap segar dan nutrisi yang ada pada susu tidak banyak berubah.
Berdasarkan hal diatas susu UHT yang diperiksa menggunakan bahan baku, proses penanganan dan pengolahan, juga proses pengemasan yang baik. Dapat disimpulkan bahwa susu UHT tersebut layak dikonsumsi dan memenuhi persyaratan SNI.
(12)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penetapan kadar protein pada susu UHT kemasan memenuhi persyaratan SNI yaitu 3,33% dimana persyaratan SNI minimal 2,7%.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji parameter lainnya menurut persyaratan mutu SNI pada susu UHT.
(13)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Susu
Susu merupakan bahan makanan yang sangat penting untuk kebutuhan manusia, karena mengandung zat yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Susu mudah rusak oleh lingkungan, baik oleh temperatur udara ataupun udara sekitarnya, sehingga perlu perhatian khusus untuk penanganan pada waktu pemerasan maupun setelah pemerasan agar diperoleh susu yang berkualitas baik, memenuhi standar susu yang telah ditentukan dan masih layak untuk dikonsumsi (Soeparno, 2011).
Sebagian besar susu yang dikonsumsi oleh manusia berasal dari sapi perah, karena jenis ternak ini adalah penghasil susu yang potensial. Ternak lain seperti kerbau, kambing, domba dan kuda juga menghasilkan susu, tetapi masih dalam jumlah terbatas. Sebagai contoh susu dari kerbau disebut susu kerbau dan susu dari kambing disebut susu kambing (Muhamad, 2002).
2.1.1 Komponen Susu
Susu adalah cairan dari kelenjar susu yang diperoleh dengan cara pemerasan sapi selama laktasi tanpa adanya penambahan atau pengurangan komponen apapun dari cairan tersebut. Secara kimiawi susu tersusun atas dua komponen utama yaitt air yang berjumlah sekitar 87% dan bahan padat yang berjumlah sekitar 13%. Didalam bahan padat susu terdapat berbagai senyawa kimia, baik yang tergolong senyawa zat gizi makro (makronutrien) seperti lemak,
(14)
protein karbohidrat, maupun senyawa zat gizi mikro (mikronutrien) seperti vitamin dan mineral serta beberapa senyawa lainnya (Muhamad, 2002).
Kandungan gizi susu dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Susu
No Zat Jenis Komposisi dalam 250 gr
susu
1 Karbohidrat Laktosa 13 gr
2 Lemak
Lemak jenuh
2,5 gr Lemak omega 6
Asam lemak omega 3
3 Protein 8,2 gr
4 Vitamin
Vitamin A 478 IU
Vitamin D 127 IU
Vitamin K 0,2 mcg
Ribovlafin 0,5 mg
Niacin 0,2 mg
Vitamin B6 12, mcg
Vitamin B12 1.1mcg
Kolin 43,2 mg
5 Mineral Kalsium 290 mg
Flouride 6,3 mcg
Yodium 0,1 mcg
Selenium 8,1 mcg
Magnesium 26,8 mcg
Seng 1,0 mcg
Fosfor 232 mg
Sodium 107 mg
Potasium 366 mg
6 Lain-lain Kolestrol 12,2 mg
Air 220 gr
2.1.2 Manfaat Susu
Menurut Anomin (2010) susu menpunyai manfaat sebagai berikut:
a. Mencegah osteoforosis dan menjaga tulang tetap kuat. Bagi anak susu berfungsi untuk pertumbumbuhan tulang yang membuat anak menjadi bertambah tinggi.
(15)
b. Menurunkan tekanan darah.
c. Mencegah terjadinya kanker kolon atau kanker usus. d. Mencegah diabetes tipe 2.
e. Mencegah kerusakan gigi dan menjaga kesehatan mulut. Susu mampu mengurangi keasaman mulut, merangsang air liur, mengurangi plak dan mencegah gigi berlubang.
f. Menetralisir racun seperti logam atau timah yang mungkin terkandung dalam makanan.
g. Membantu agar lebih cepat tidur.
2.1.3 Sifat Fisik dan Kimiawi Susu
a. Kerapatan
Kerapatan susu bervariasi antara 1,0260 dan 1,0320 pada suhu 20oC, angka ini biasanya disebut “26” dan “32”. Keragaman ini disebabkan karena perbedaan kandungan lemak dan zat-zat padat bukan lemak (Buckle, 2010).
b. pH
pH susu segar berada diantara 6,6 – 6,7 dan bila terjadi cukup banyak pengasaman oleh bakteri, angka ini akan menurun secara nyata (Buckle, 2010). c. Rasa dan Bau
Susu segar memiliki rasa sedikit manis dan bau (aroma) khas. Rasa manis disebabkan adanya gula laktosa didalam susu, meskipun sering dirasakan ada sedikit rasa asin yang disebabkan oleh klorida. Bau khas disebabkan oleh beberapa senyawa yang mempunyai aroma spesifik dan sebagian bersifat volatil. Oleh sebab itu, setelah beberapa jam setelahpemerasan atau setelah penyimpanan, aroma khas susu banyak berkurang (Muhamad, 2002).
(16)
d. Warna
Warna susu yang normal adalah putih sedikit kekuningan. Warna susu dapat bervariasi dari putih kekuningan hingga putih sedikit kebiruan. Warna putih putihkebiruan dapat tampak pada susu yang memiliki sedikit kadar lemak randah ataupada susu skim (Muhamad, 2002).
d. Rasa dan Bau
Susu segar memiliki sedikit rasa manis dan bau (aroma) khas. Rasa manis disebabkan adanya laktosa didalam susu, meskipun sering dirasakan ada sedikit rasa asin yang disebabkan oleh klorida. Bau khas disebabkan oleh beberapa senyawa yang mempunyai aroma spesifik dan sebagian bersifat volatil. Oleh karena itu, beberapa jam setelah pemerasan atau setelah penyimpanan, aroma khas susu banyak berkurang (Muhamad, 2002).
e. Titik Beku
Pengukuran titik beku air susu dapat digunakan untuk menentukan jumlah air yang dipakai untuk pengenceran. Karena perbedaan titik beku air murni dan air susu hanya sekitar 0,5oC, penentuan titik beku air susu berkisar antara -0,525o dan -0,565oC dengan rata-rata -0,540oC (Adnan,1984).
2.2 SusuUltra High Temperature(UHT)
Susu Ultra High Temperature (UHT) adalah produk susu yang diperoleh dengan cara mensterilkan susu minimal pada suhu 135oC selama dua detik, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diijinkan, serta dikemas secara aseptik (SNI 01-3950-1998).
(17)
Pemanasan dengan suhu tinggi bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme (baik pembusuk maupun patogen) dan spora. Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif tidak berubah seperti susu segarnya (Anonim, 2010).
2.2.1 Persyaratan Mutu Susu UHT
Persyaratan mutu susu UHT dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Persyaratan Mutu Susu UHT
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
Jenis *A Jenis *B
1. Keadaan
1.1 Warna - Khas, normal
sesuai label
Khas, normal sesuai label
1.2 Bau - Khas, normal
sesuai label
Khas, normal sesuai label
1.3 Rasa - Khas, normal
sesuai label
Khas, normal sesuai label
2 Protein %, b/b Min. 2,7 Min. 2,4
3 Lemak %, b/b Min. 3,0 Min. 2,0
4 Bahan kering tanpa lemak %, b/b Min. 8,0 Tidak dipersyaratkan
5 Total padatan - Tidak
dipersyaratkan
Min 12
6 Pewarna tambahan - Tidak
dipersyaratkan
Sesuai 7 Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 3,0
7.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 20,0
7.3 Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0
7.4 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
7.5 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0, 03
8. Cemaran arsen mg/kg Maks. 0, 10
9 Cemaran mikroba
9.1 Angka lempeng total koloni/mg 0 0
*) Jenis A = Susu UHT tawar
Jenis B = Susu UHT yang diberi zat penyedap citarasa Sumber: SNI 01-3950-1998
(18)
Susu UHT memiliki kelebihan yaitu mempunyai masa simpan yang panjang pada suhu kamar yaitu mencapai 6-10 bulan tanpa bahan pengawet dan tidak perlu dimasukkan ke lemari pendingin. Jangka waktu ini lama dari umur simpan produk susu cair lainnya seperti susu pasteurisasi. Selain itu susu UHT merupakan susu yang higienis karena bebas dari seluruh mikroba serta spora sehingga potensi kerusakan mikrobiologis sangat minimal, bahkan hampir tidak ada. Kontak panas yang singkat pada proses susu UHT menyebabkan mutu sensori (warna, aroma dan rasa khas susu sega) dan mutu gizi relatif tidak berubah (Anonim, 2010).
2.2.3 Proses Pembuatan Susu UHT
Pada proses pengolahan susu UHT dikenal dua tipe pemanasan, yaitu: tipe pemanasan langsung (direct heating)dan tipe pemanasan tidak langsung (indirect heating). Pada tipe pemanasan langsung terjadi pencampuran antara susu dan uap panas, baik dalam bentuk injeksi uap panas pada susu ataupun injeksi susu kedalam uap panas. Pada tipe pemanasan tidak langsung tidak terjadi kontak antara uap panas dengan susu. Alat yang digunakan untuk proses UHT misalnya otoklaf (apabila kapasitas kecil) dan retort (apabila kapasitas besar). Proses pemanasan susu UHT biasanya dilakukan dengan pemanasan sampai temperatur 270oF (132oC) selama tidak kurang satu detik (Anonim, 2010).
Menurut Anonim (2010) ada beberapa tahapan pengolahan susu UHT yang sering diterapkan diindustri pengolahan susu yaitu:
1. Pencampuran
Tahap pencampuran merupakan tahap awal dari proses pembuatan susu UHT. Pada tahap ini dilakukan pencampuran susu dengan bahan penunjang
(19)
seperti gula, bahan penstabil (stabilizier), bahan pemberi citarasa (flavor) dan pewarna.
2. Terminasi
Setelah tahap pencampuran, proses pembuatan susu UHT dilanjutkan dengan tahap terminasi atau pemanasan awal. Tahap terminasi merupakan tahapdimana susu dipanaskan pada suhu rendah sebelum pasteurisasi.
3. Pasteurisasi
Tahap pasteurisasi pada proses pembuatan susu UHT adalah dengan jalan memanaskan susu pada suhu sekitar 80-90oC selama beberapa detik. Tujuan dari pasteurisasi adalah untuk membebaskan susu dari mikroba patogen sehingga susu aman untuk dikonsumsi.
4. Homogenisasi
Setelah pasteurisasi susu selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah homogenisasi. Proses homgenisasi bertujuan untuk menyeragamkan besarnya globula-globula lemak susu.
5. Sterilisasi
Tujuan utama sterilisasi adalah membunuh seluruh bakteri baik patogen maupun non patogen dan menurunkan jumlah spora bakteri agar susu dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa pendinginan. Pada tahap ini susu homogen yang dihasilkan setelah homogenisasi kemudian diteruskan ke PHE (Plate Heat Exchange) dan dipanaskan pada suhu 135-140oC selama 3-5 detik. Proses sterilisasi merupakan pemanasan utama pada pembuatan susu UHT. Sterilisasi UHT menyebabkan kehilangan sejumlah vitamin C, asam folat, vitamin
(20)
B12 dan kira-kira 20% tiamin serta menyebabkan denaturasi protein-protein serum sampai 70%, terutaman hemoglobin.
6. Regenerisasi
Setelah susu dipanaskan melalui proses sterilisasi, kemudian susu segera didinginkan melaui tahap regenerisasi. Pada tahap ini suhu susu diturunkan hingga 28oC.
7.Pengisian
Pada tahap terkahir ini proses ppembuatan susu UHT adalah susu steril yang dihasilkan segera dikemas melalui tahao “filling” kedalam wadah yang disediakan dan telah disterilkan. Wadah utama yang digunakan harus melindungi produk dari kontaminasi, memantapkan kandungan air dan lemaknya, mencegah bau dan benturan, memudahkan transportasi atau pengangkutan dan lain-lain.
2.3 Protein
Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti yang utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda, Gerardus Mulder, karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting pada setiap organisme (Almatsier, 2010).
Protein merupakan makromolekul yang terbentuk dari asam amino yang tersusun dari atom nitrogen, karbon, hidrogen dan oksigen. Beberapa jenis asam amino yang mengandung sulfur yang dihubungkan oleh ikatan peptida (Bintang, 2010).
(21)
Dalam sel, baik tumbuh-tumbuhan maupun sel tubuh hewan dan manusia, protein merupakan bahan utama dari sel tersebut. Karena itulah protein juga disebut zat pembangun (Moehii, 1986).
2.3.1 Karakteristik Protein
Protein kebanyakan merupakan senyawa yang amorf, tidak mempunyai titik cair atau didih yang tertentu dan bila dilarutkan didalam air akan memberikan larutan koloidal (Sastrohamidjojo, 2009).
Protein sangat cenderung mengalami beberapa bentuk perubahan yang dinyatakan sebagai denaturasi. Denaturasi adalah terbukanya lipatan alamiah struktur protein, proses denaturasi protein mengubah bentuk lipatan tapi tidak merusak ikatan peptida (Martoharsono, 1988).
2.3.2 Fungsi Protein
Menurut Winarno (1982) protein mempunyai bermacam-macam fungsi bagi tubuh, yaitu:
1. Sebagai Enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang sant sederhana seperti reaksi transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti replika kromosom.
2. Alat Pengangkut dan Alat Penyimpan
Banyak molekul dengan BM kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu.
(22)
Protein merupakan komponen utama dagig, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang bergeseran.
4. Pertahanan Tubuh
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk kedalam tubuh seperti virus, bakteria dan sel-sel asing lain.
5. Pengendalian Pertumbuhan
Protein bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan.
2.3.3 Sumber Protein
Sumber protein bagi manusia dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu sumber protein konvensional dan non-konvensional. Sumber protein konvensional adalah yang berupa hasil-hasil pertanian pangan serta produk-produk hasil olahannya. Berdasarkan sifatnya, sumber protein konvensional dapat digolongkan lagi menjadi dua golongan yaitu sumber protein nabati seperti biji-bijian dan kacang-kacangan, dan sumber protein hewani seperti daging, ikan, susu dan telur (Muchtadi, 2010).
Sumber protein non-konvensional merupakan sumber protein baru, yang dikembangkan untuk menutupi kebutuhan penduduk dunia akan protein. Sumber protein non-konvensional berasal dari mikroba (bakteri, khamir atau kapang), yang dikenal sebagai protein sel tunggal (single cell protein), tetapi sampai sekarang produknya belum berkembang sebagai bahan pangan untuk dikonsumsi manusia (Muchtadi, 2010).
(23)
Bahan makanan hewani kaya dalam protein bermutu tinggi, tetapi hanya merupakan 18,4% konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia. Bahan makanan nabati yang kaya dalam protein adalah kacang-kacangan. Kontribusinya rata-rata terhadap konsumsi protein hanya 9,9% (Almatsier, 2001).
2.3.4 Struktur Protein
Menurut Winarno (1982) para ahli biokimia membagi makro molekul protein atas empat struktur dasar sebagai berikut:
1. Struktur Primer
Susunan linier asam amino dalam protein merupakan struktur primer. Susunan tersebut merupakan suatu rangkaian unik dari asam amino yang menentukan sifat dasar dari berbagai protein.
2. Struktur Sekunder
Istilah ini dipakai untuk struktur protein dimana rantai asam amino bukan hanya dihubungkan oleh ikatan peptida tetapi juga diperkuat oleh ikatan hidrogen, struktur sekunder protein adalah struktur dua dimensi dari protein.
3. Struktur Tersier
Bentuk penyusunan bagian terbesar rantai cabang disebut struktur tersier. Artinya adalah susunan dari struktur sekunder yang satu dengan struktur sekunder bentuk lain. Biasanya bentuk-bentuk sekunder ini dihubungkan dengan ikatan hidrogen, ikatan garam, interaksi hidrofobik dan ikatan disulfida. Ikatan disulfida merupakan senyawa ikatan terkuat dalam mempertahankan struktur tersier protein.
(24)
Struktur primer, sekunder dan tersier umumnya hanya melibatkan satu rantai polipeptida. Tetapi struktur ini melibatkan beberapa polipeptida dalam membentuk suatu protein. Pada umumnya ikatan-ikatan yang terjadi sampai terbentuknya protein sama dengan ikatan-ikatan yang terjadi pada struktur tersier.
2.4 Penetapan Kadar Protein
1. Metode Kjeldhal
Menurut SNI 01-2891-1992 prinsip penetapan kadar prottein adalah senyawa nitrigen diubah menjadi amonium sulfat oleh asam sulfat pekat, amonium sulfat yang terbentuk diuraikan dengan natrium hidroksida, amonia yang dibebaskan diikat dengan asam borat dan kemudian dititar dengan larutan baku asam.
Metode Kjeldhal pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan semimikro. Cara makro-Kjeldhal digunakan untuk sampel yang sukar dihomogenisasi dan besarnya 1-3 g, sedangkan semimikro-Kjeldhal dirancang untuk sampel yang berukuran kecil, yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen (Bintang, 2010).
Analisis protein dengan metode mikro-Kjeldhal pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap destruksi, tahap destilasi dan tahap titrasi. Pada tahap destruksi, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya, yaitu unsur C, H, O, N, S dan P. Unsur N dalam protein ini dipakai untuk menentukan kandungan protein dalam suatu bahan. Untuk mempercepat proses destruksi dapat ditambahkan katalisator. Proses destruksi dikatakan selesai apabila larutan berwarna jernih. Larutan yang
(25)
jernih menunjukkan bahwa semua partikel bahan padat telah terdestruksi menjadi bentuk partikel yang larut tanpa ada partikel padat yang tersisa. Pada tahap destilasi, amonium sulfat dipecah menjadi amonia dengan penambahan NaOH sampai alkali dan dipanaskan dengan pemanas dalam alat Kjeldhal. Amonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam standar. Asam standar yang dipakai adalah asam borat 4%. Reaksi destilasi akan berakhir bila amonia yang terdestilasi tidak bereaksi lagi. Pada tahap titrasi kita akan mengetahui berapa banyak asam borat yang bereaksi dengan amonia. Untuk tahap titrasi, destilat dititrasi dengan asam klorida yang distandarisasi dengan indikator campuran metil red dan bromocresol green (Bintang. 2010).
2. Metode Biuret
Uji ini baik digunakan untuk uji umum terhadap protein, karena uji ini dapat mendeteksi kehadiran ikatan peptida. Reaksi ini positif terhadap dua buah asam ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau satu ikatan peptida. Protein melarutkan hidroksida tembaga untuk membentuk kompleks warna. Reaksi pembentukan warna ini dapat terjadi pada senyawa yang mengandung dua gugus karbonil yang berikatan dengan nitrogen atau atom karbon, misalnya senyawa biuret (Bintang, 2010).
3. Metode Spektrofotometer UV
Kebanyakan protein mengabsorbsi sinar ultraviolet maksimum pada 280 nm. Hal ini terutama oleh adanya asam amino tirosi, triptofan dan fenilalanin yang ada pada protein tersebut. Pengukuran protein berdasarkan absorbsi sinar ultraviolet adalah cepat, mudah dan tidak merusak bahan (Sudarmadji, 1989). 4. Metode Lowry
(26)
Uji ini merupakan salah satu metode pilihan untuk menentukan kadar protein dalam suatu bahan. Perhitungan kadar protein dalam sampel dilakukan dengan membuat kurva standar nilai absorban kadar protein, kemudian kadar protein sampel diperoleh dengan menarik garis dari nilai absorban sampel terhadap kurva standar (Bintang, 2010).
5. Metode Xantoprotein
Reaksi ini menyebabkan nitrasi dari inti benzena dalam molekul protein. Tirosin, fenilalanin, dan triptofan memberi hasil positif terhadap reaksi ini, karena memiliki cincin aromatik yang bereaksi dengan asam nitrat pekat dipanaskan membentuk warna kuning sampai jingga (Bintang, 2010).
(27)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Protein merupakan zat pembentuk tubuh yang penting disamping air, lemak, mineral, karbohidrat dan berbagai vitamin, terdapat atau ditemukan disekujur tubuh pada otot, kulit, rambut,jantung, paru, otak dan organ tubuh lainnya. Protein sebagai pembentuk energi, angka energi yang ditunjukkannya akan demikian tergantung dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi manusia setiap harinya (Kartasapoetra dan Marsetyo, 1991).
Metode Kjeldhal merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi serta cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek (Budiyanto, 2004).
Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal. Air susu mengandung unsur-unsur gizi yang sangat baik bagi pertumbuhan dan kesehatan. Komposisi unsur-unsur gizi tersebut sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, jenis hewan, makanan yang meliputi jumalah dan komposisi pakan yang diberikan, iklim, waktu, lokasi, proses pemerahan, serta umur hewan tersebut. Komposisi utama susu adalah adalah air, lemak, protein, laktosa dan abu
(28)
Sesuai atau tidaknya kandungan protein yang terkandung pada susu UHT kemasan yang beredar di Indonesia dapat dilihat berdasarkan persyaratan yang ada pada Standard Nasional Indonesia (SNI) 01-3950-1998. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis perlu melakukan percobaan ini untuk mengetahui kadar protein pada susu UHT.
1.2Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar protein pada susu UHT dalam kemasan dengan metode kjeldhal apakah memenuhi persyaratan SNI atau tidak.
1.2.2 Manfaat
Manfaat dari percobaan ini adalah untuk memberikan informasi tentang kadar protein pada susu UHT kemasan.
(29)
Penetapan Kadar Protein PadaSusu Ultra High Temperature (UHT) Kemasan dengan Metode Kjeldahl
ABSTRAK
Menurut SNI susu Ultra High Temperature (UHT) adalah produk susu yang diperoleh dengan cara mensterilkan susu minimal pada suhu 135oC selama dua detik dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan tambahan makanan yang diijinkan, serta dikemas secara aseptik.
Tujuan dari percobaan ini untuk mengetahui apakah kadar protein susu UHT memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI). Sampel yang diuji adalah susu UHT merk Ultra Milk. Penetapan kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldhal sesuai dengan prosedur Standart Nasional Indonesia (SNI) dan peralatan kerja untuk metode Kjeldhal yang di gunakan di Laboratorium Makanan dan Minuman Hasil Pertanian Balai Riset Standarisasi (Baristand) Industri Medan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar protein dari susu UHT yaitu 3,33%, hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diuji memenuhi persyaratan yang ditetapkan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) dimana syarat kandungan protein untuk susu UHT adalah min 2,7%.
(30)
PENETAPAN KADAR PROTEIN PADA SUSU ULTRA HIGH
TEMPERATURE (UHT) KEMASAN DENGAN
METODE KJELDHAL
TUGAS AKHIR
OLEH:
DIAH RIZKY AMALIA NIM 132410044
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(31)
PENETAPAN KADAR PROTEIN PADA SUSU ULTRA HIGH
TEMPERATURE (UHT) KEMASAN DENGAN
METODE KJELDHAL
TUGAS AKHIR
DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuSyarat
UntukMemperolehGelarAhliMadyaPada Program Studi Diploma III AnalisFarmasidanMakananFakultasFarmasiUniversitas Sumatera Utara
OLEH:
DIAH RIZKY AMALIA NIM 132410044
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(32)
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR PROTEIN PADA SUSU ULTRA HIGH
TEMPERATURE (UHT) KEMASAN DENGAN
METODE KJELDHAL
TUGAS AKHIR
DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuSyarat
UntukMemperolehGelarAhliMadyaPada Program Studi Diploma III AnalisFarmasidanMakananFakultasFarmasiUniversitas Sumatera Utara
OLEH:
DIAH RIZKY AMALIA NIM 132410044
(33)
(34)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penetapan Kadar Protein Pada Susu Ultra High Temperature (UHT) Kemasan Dengan Metode Kjeldhal”.
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Selama menyusun tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
4. Bapak Ir. Maruahal Situmorang, M.Si.,Kepala Baristand Industri Medan. 5. Bapak Kusno, ST., Kepala Seksi Standarisasi dan Sertifikasi Baristand
Industri Medan, yang telah memberikan izin tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.
(35)
6. Bapak Alhamra, Kepala Laboratorium Makanan Minuman Hasil Pertanian. Ibu Sri Chasnawati dan Bapak Handrian Syahputra Siregar, Pembimbing PKL di Laboratorium Makanan Minuman Hasil Pertanian Baristand Industri Medan.
7. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU
8. Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2013, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, Ayahanda Imanuar dan Ibunda Rosdiana yang telah memberikan doa serta dukungan moral dan material selama penulis menuntut pendidikan dan juga saudara kandung penulis, Nurul Hidayah serta keluarga besar penulis yang telah memberi semangat.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga tugas akhir ini berguna bagi pembaca secara umum dan Penulis khususnya. Akhir kata Penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Agustus 2016 Penulis
Diah Rizky Amalia NIM 132410044
(36)
Penetapan Kadar Protein PadaSusu Ultra High Temperature (UHT) Kemasan dengan Metode Kjeldahl
ABSTRAK
Menurut SNI susu Ultra High Temperature (UHT) adalah produk susu yang diperoleh dengan cara mensterilkan susu minimal pada suhu 135oC selama dua detik dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan tambahan makanan yang diijinkan, serta dikemas secara aseptik.
Tujuan dari percobaan ini untuk mengetahui apakah kadar protein susu UHT memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI). Sampel yang diuji adalah susu UHT merk Ultra Milk. Penetapan kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldhal sesuai dengan prosedur Standart Nasional Indonesia (SNI) dan peralatan kerja untuk metode Kjeldhal yang di gunakan di Laboratorium Makanan dan Minuman Hasil Pertanian Balai Riset Standarisasi (Baristand) Industri Medan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar protein dari susu UHT yaitu 3,33%, hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diuji memenuhi persyaratan yang ditetapkan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) dimana syarat kandungan protein untuk susu UHT adalah min 2,7%.
(37)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2
1.2.1 Tujuan... 2
1.2.3 Manfaat... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Susu ... 3
2.1.1 Komponen Susu ... 3
2.1.2 Mafaat Susu ... 4
2.1.3 Sifat Fisik dan Kimiawi Susu ... 5
2.2 Susu UHT... 6
2.2.1 Persyaratan Mutu Susu UHT ... 7
2.2.2 Kelebihan Susu UHT ... 7
(38)
2.3 Protein ... 10
2.3.1 Karakteristik Protein ... 10
2.3.2 Fungsi Protein ... 11
2.3.3 Sumber Protein ... 11
2.3.4 Struktur Protein ... 12
2.4 Penetapan Kadar Protein ... 14
BAB III METODE PENGUJIAN ... 16
3.1 Tempat dan Waktu Pengujian ... 16
3.2 Alat-alat... 16
3.3 Bahan-bahan ... 16
3.3.1 Sampel ... 16
3.3.2 Pembuatan Pereaksi ... 16
3.4 Prosedur ... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
4.1 Hasil ... 19
4.2 Pembahasan... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21
5.1 Kesimpulan ... 21
5.2 Saran ... 21
DAFTAR PUSTAKA ... 22
(39)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kandungan Gizi Susu ... 4 2.2 Persyaratan Mutu Susu UHT ... 7
(40)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Identitas Sampel ... 24
2 Bagan Alir Percobaan... 25
3 Penetapan Kadar Protein ... 26
(1)
6. Bapak Alhamra, Kepala Laboratorium Makanan Minuman Hasil Pertanian. Ibu Sri Chasnawati dan Bapak Handrian Syahputra Siregar, Pembimbing PKL di Laboratorium Makanan Minuman Hasil Pertanian Baristand Industri Medan.
7. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU
8. Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2013, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, Ayahanda Imanuar dan Ibunda Rosdiana yang telah memberikan doa serta dukungan moral dan material selama penulis menuntut pendidikan dan juga saudara kandung penulis, Nurul Hidayah serta keluarga besar penulis yang telah memberi semangat.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga tugas akhir ini berguna bagi pembaca secara umum dan Penulis khususnya. Akhir kata Penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Agustus 2016 Penulis
Diah Rizky Amalia NIM 132410044
(2)
vi
Penetapan Kadar Protein PadaSusu Ultra High Temperature (UHT) Kemasan dengan Metode Kjeldahl
ABSTRAK
Menurut SNI susu Ultra High Temperature (UHT) adalah produk susu yang diperoleh dengan cara mensterilkan susu minimal pada suhu 135oC selama dua detik dengan atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan tambahan makanan yang diijinkan, serta dikemas secara aseptik.
Tujuan dari percobaan ini untuk mengetahui apakah kadar protein susu UHT memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI). Sampel yang diuji adalah susu UHT merk Ultra Milk. Penetapan kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldhal sesuai dengan prosedur Standart Nasional Indonesia (SNI) dan peralatan kerja untuk metode Kjeldhal yang di gunakan di Laboratorium Makanan dan Minuman Hasil Pertanian Balai Riset Standarisasi (Baristand) Industri Medan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar protein dari susu UHT yaitu 3,33%, hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diuji memenuhi persyaratan yang ditetapkan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) dimana syarat kandungan protein untuk susu UHT adalah min 2,7%.
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2
1.2.1 Tujuan... 2
1.2.3 Manfaat... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Susu ... 3
2.1.1 Komponen Susu ... 3
2.1.2 Mafaat Susu ... 4
2.1.3 Sifat Fisik dan Kimiawi Susu ... 5
(4)
viii
2.3 Protein ... 10
2.3.1 Karakteristik Protein ... 10
2.3.2 Fungsi Protein ... 11
2.3.3 Sumber Protein ... 11
2.3.4 Struktur Protein ... 12
2.4 Penetapan Kadar Protein ... 14
BAB III METODE PENGUJIAN ... 16
3.1 Tempat dan Waktu Pengujian ... 16
3.2 Alat-alat... 16
3.3 Bahan-bahan ... 16
3.3.1 Sampel ... 16
3.3.2 Pembuatan Pereaksi ... 16
3.4 Prosedur ... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
4.1 Hasil ... 19
4.2 Pembahasan... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21
5.1 Kesimpulan ... 21
5.2 Saran ... 21
DAFTAR PUSTAKA ... 22
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kandungan Gizi Susu ... 4 2.2 Persyaratan Mutu Susu UHT ... 7
(6)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Identitas Sampel ... 24
2 Bagan Alir Percobaan... 25
3 Penetapan Kadar Protein ... 26