D. Pengaturan Hukum Ekspor Impor Internasional.
Lingkungan hukum sangat beraneka ragam dan secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
41
1. Lingkungan Hukum Domestik
2. Lingkungan Hukum Luar Negeri Foreign legal environment
3. Lingkungan Hukum Internasional
Berikut ini akan dijelaskan secara rinci tentang ketiga macam pengaturan hukum tersebut :
Ad.1. Lingkungan Hukum Domestik. Dalam lingkungan hukum domestik, setiap pelaku bisnis harus memenuhi
hukum negara asalnya. Hukum domestik dapat mempengaruhi impor maupun ekspor produk tertentu. Banyak negara yang melarang impor
produk-produk seperti obat-obatan terlarang narkotika, mariyuana, morfin, dan sejenisnya, senjata, minuman keras, bacaan-bacaan dan
rekaman terlarang, serta hewan dan tumbuhan yang dilindungi. Meskipun pada dasarnya setiap negara berusaha memacu ekspornya, ada beberapa
jenis produk yang dilarang untuk di ekspor, misalnya bahan baku langka, produk berteknologi canggih dengan alasan kekhawatiran akan dicuri
teknologinya, perlengkapan militer, dan lain-lain. ad.2. Lingkungan Hukum Luar Negeri.
Sekali suatu produk telah melampui batas negara, maka produk itu akan terkena berbagai hukum yang berbeda. Dalam situasi ini produsen yang
bersangkutan harus mematuhi segala peraturan dan persyaratan di negara
41
Teguh Budiarto dan Fandy Ciptono, Pemasaran Internasional, Edisi Pertama, Cetakan I, BPFE, Yogyakarta, 1997, hal. 73 – 77.
tujuan, walaupun sering dijumpai perlakuan diskriminatif terhadap bisnis dan produk asing. Hukum yang bisa menjadi penghambat untuk memasuki
pasar negara tujuan meliputi : a.
Tarif. b.
Hukum anti dumping. c.
Lisensi ekspor impor. d.
Regulasi investasi asing. e.
Insentif legal. f.
Hukum Pembatasan perdagangan. Ad.3. Lingkungan Hukum Internasional
Tidak ada satupun hukum internasional yang menentukan perilaku MNC yang berlaku universal dan dapat di terima oleh semua negara. Yang ada
hanyalah hukum-hukum nasional tertentu di setiap negara sehingga sering terjadi konflik atau pertentangan antara hukum negara yang satu dengan
negara lainnya, tertutama apabila unsur politik nasional terlibat. Hal ini menambah kompleksitas permasalahan yang dihadapi setiap pemasar
global. Meskipun demikian sebenarnya ada beberapa organisasi internasional
yang berusaha mengatur bisnis internasional, diantaranya International Monetary Fund IMF, World Bank, dan World Trade Organisation WTO
yang menggantikan GATT. Beberapa contoh bidang hukum internasional dan organisasi internasional yang mengaturnya antara lain :
• Perlindungan hak cipta, meliputi paten, merek dagang dan sebagainya.
• Pakta dan konvensi PBB, seperti WHO World Health Organization,
ICAO Internasional Civil Aviation Organization, ITU International Telecommunications Union, UPU Universal Postal Union, ILO
International Labour Organization, INTERSAT International Telecommunication Sattelite Consortium, dan ISO Internaional
Standards Organization. •
Pedoman PBB untuk perlindungan konsumen, meliputi keamanan bagi pelanggan dalam penggunaan produk perlindungan kepentingan
ekonomis konsumen, akses konsumen dalam mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan, ketersediaan ganti rugi kepada pelanggan
dan kebebasan untuk membentuk kelompok pelanggan. •
Hukum regional, yaitu hukum yang berlaku di wilayah tertentu dan mencakup beberapa Negara yang menjamin kerja sama ekonomi dan
atau politik. Misalnya hukum di European Community. Ketentuan mengenai aturan-aturan perdagangan internasional merupakan
ketentuan yang cukup banyak dalam piagam hak-hak dan kewajiban ekonomi negara-negara.
Banyak pasal mengenai perdagangan Internasional menggambarkan kepentingan-kepentingan yang dominan dari negara-negara
sedang berkembang. Salah satu kepentingan yang menonjol adalah peranan perdagangan sebagai sumber penerimaan keuangannya foreign exchange untuk
membiayai pembangunan ekonomi dan sosialnya.
42
42
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Cetakan I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hal. 150.
Uraian berikut ini adalah beberapa pasal dari padanya yang dianggap penting yaitu :
43
43
Ibid.
Pasal 4 piagam menyatakan bahwa adalah hak setiap negara untuk melakukan perdagangan internasional dan bentuk-bentuk lain kerjasama ekonomi
tanpa memandang perbedaan-perbedaan sistem politik, ekonomi dan sosial. Pasal ini menyatakan pula bahwa suatu kewajiban yang melekat pada hak tersebut yaitu
kewajiban untuk tidak mendiskriminasikan bentuk-bentuk apapun dalam perdagangan internasional karena adanya perbedaan-perbedaan tersebut.
Pasal 14 menyatakan setiap negara berkewajiban untuk bekerja sama dalam memajukan perluasan dan liberalisasi perdagangan dunia dan
meningkatkan kesejahteraan dan standar kehidupan semua rakyatnya khususnya bagi negara-negara sedang berkembang. Karenanya semua negara harus antara
lain bekerjasama dalam menghapus semua bentuk rintangan perdagangan dan mengembangkan kerangka internasional untuk terbentuknya tata laksana
perdagangan internasional. Untuk itu perlu kerjasama terkendali untuk menyelesaikan masalah-masalah perdagangan semua negara, khususnya masalah
perdagangan negara-negara sedang berkembang. Pasal 18 piagam menyatakan bahwa negara maju terus memberikan
perlakuan, perluasan dan peningkatan sistem tarif prefensial yang sifatnya tidak timbal balik pamrih dan non diskriminatif kepada negara-negara sedang
berkembang yang sesuai dengan kesimpulan-kesimpulan atau keputusan- keputusan yang diambil di dalam organisasi internasional yang kompeten.
Organisasi internasional yang dimaksud misalnya saja GATT General Agreement on Tariffs and Trade yang berubah menjadi WTO World Trade
Organization. GATT General Agreement on Tariffs and Trade menyerukan negara-negara maju untuk memberikan keringan-keringan tarif masuk bagi
produk-produk primer negara-negara sedang berkembang ke dalam pasar domestiknya dalam bentuk fasilitas GSP Generalized System of Preferences
Pasal 28 bahwa negara-negara maju harus memberikan pertimbangan- pertimbangan serius untuk mengambil upaya-upaya lainnya yang layakdan
memungkinkan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan perdagangan dan pembangunan negara-negara sedang berkembang. Dalam kaitan itu, negara-negara
maju harus berusaha menghindari tindakan-tindakan yang berakibat negatif terhadap pembangunan ekonomi nasional negara-negara sedang berkembang.
Pasal 20 piagam mengatur hubungan ekonomi negara-negara sedang berkembang dan negara sosialis. Pasal ini menyatakan bahwa negara-negara
sedang berkembang dalam upayanya memperluas perdagangan dengan negara sosialis harus memberikan perhatian untuk memperluas perdagangan dengan
memberikan perhatian syarat-syarat perdagangan yang tidak kurang menguntungkan daripada syarat-syarat yang diberikan kepada negara-negara
maju. Bunyi pasal ini nampaknya memberikan perlindungan yang khusus kepada negara-negara sosialis daripada memberikan perlindungan kepentingan kepada
negara-negara sedang berkembang. Pasal 21 piagam mengatur kerjasama perdagangan antara negara-negara
sedang berkembang. Dinyatakan bahwa untuk memajukan perluasan perdagangan. Negara-negara sedang berkembang harus berusaha untuk memberikan prefensi-
prefensi perdagangan kepada negara-negara sedang berkembang lainnya tanpa harus memberikan preferensi tersebut kepada negara-negara maju, asalkan bahwa
usaha-usaha demikian itu tidak menghalangi liberalisasi dan perluasan perdagangan umum.
Pasal 28 mengatur prinsip Most Favoured Nation MFN. Prinsip ini dimasukkan ke dalam piagam atas dasar kepentingan negara-negara maju
khususnya negara-negara sosialis Eropa Timur dan kewajiban untuk hidup toleransi dan hidup bersama dengan damai.
E. Dampak Pengaturan Hukum Internasional Terhadap Pemgembangan