sebaik-baiknya, dan para pengusaha diharapkan tidak menyalahgunakan kesempatan dan kelonggaran-kelonggaran tersebut untuk tujuan yang hanya
menguntungkan pribadi dan merugikan perekonomian negara Indonesia.
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas, maka penulis akan mengemukakan beberapa kebijaksanaan pemerintah yang berhubungan dengan
lalu-lintas devisa dan ekspor impor, yang tertuang dalam beberapa peraturan pemerintah dan peraturan pelaksanaannya.
B. Dasar Hukum Kebijaksanaan Ekspor – Impor PAKNO 1988
Pembangunan nasional telah menghasilkan perkembangan yang pesat dalam kehidupan nasional khususnya dibidang perekonomian. Dalam hal ekspor-
impor di Indonesia telah berlaku beberapa peraturan-peraturan paket kebijakan, instruksi presiden Undang-undang maupun peraturan lainnya yang bersangkutan
yang mengatur masalah ekspor-impor. Dimana diberlakukannya ketentuan- ketentuan dalam peraturan tersebut akan mempengaruhi pelaksanaan ekspor-
impor tersebut. Peraturan yang berlaku yang mengatur masalah ekspor-impor antara lain
yaitu B.1. Paket Kebijakan 21 November 1988 PAKNO 1988
Telah mengatur tentang serangkaian langkah-langkah kebijaksanaan sebagai berikut :
36
a. Penyempurnaan Tata Niaga Impor
36
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Paket Kebijakan 21 November 1988, Departemen Keuangan RI P84BM.
Berdasarkan paket kebijaksanaan bidang indsutri Perdagangan dan Perhubungan Laut tanggal 21 November 1988 PAKNO 1988 bahwa
pengaturan Impor melalui perlindungan bukan tarif diganti menjadi perlindungan melalui penetapan tarif Bea Masuk dan Bea Masuk
Tambahan. Dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 375KpXI1988
yang mengubah dan menambah keputusan Menteri Perdagangan Nomor 333?KpXII1987 tanggal 27 Desember 1987 tentang Penyederhanaan
Tata Niaga Impor Barang, telah ditetapkan berbagai penyempurnaan dalam tata niaga berbagai kelompok komoditi impor sebagai berikut :
• Kelompok barang-barang impor yang diubah pengaturannya meliputi :
1 Kelompok kimia seperti :
- Plastik
- Pupuk
- Kosmetika
2 Beberapa produksi industri besi baja
3 Industri makanan dan minuman
4 Industri tekstil
5 Hasil-hasil pertanian serta produk industri pengolahan hasil
pertanian. Untuk lebih meningkatkan kegiatan perekonomian nasional seperti
yang telah disebutkan diatas maka tata niaga impor ditetapkan sebagai berikut :
- importir produsen IP yaitu semua produsen yang mendapat izin
perdagangan terbatas untuk mengimpor sendiri barang-barang yang diperlukan dalam proses produksinya termasuk jenis barang yang
diizinkan diimpor oleh importir umum plus ke dalam wilayah pabean Indonesia
- Importir umum plus IU+ yaitu semua importir yang mendapat
izin perdagangan umum dan memenuhi syarat tertentu yang telah ditetapkan
- Importir Umum IU yaitu semua importir yang mendapatkan izin
perdagangan umum untuk mengimpor barang ke dalam wilayah pabean indonesia
- Importir Terdaftar IT yaitu semua importir yang mendapat izin
perdagangan umum untuk mengimpor barang ke dalam wilayah pabean Indonesia dengan tugas khusus untuk mengimpor barang
tertentu yang diarahkan oleh pemerintah. -
Produsen Importir PI yaitu semua produsen yang mendapat izin perdagangan khusus untuk mengimpor sendiri barang-barang yang
sejenis dengan yang dihasilkannya ke dalam wilayah pabean indonesia
- Agen Tunggal AT yaitu semua perusahaan yang mendapatkan
izin perdagangan umum dan diakui sebagai agen tunggal oleh pemerintah
b. Deregulasi di bidang Perdagangan Industri dan Pertanian
1 Peningkatan Bonafiditas Importir
Para Importir pemegang Angka Pengenal Importir API sebgian besar selama ini memang melaksanakan tugas-tugasnya dengan cukup baik
namun disana-sini masih terdapat beberapa Importir yang menjalankan perdagangan importir dengan cara-cara yang dapat menimbulkan kerugian
terhadap para konsumen sehingga untuk itu dianggap perlu pengaturan lebih lanjut untuk menertibkan para importir ini dengan tujuan melindungi
pula para konsumen Untuk itu dikeluarkanlah oleh Menteri Perdagangan Surat
Keputusan Nomor 374KpXI1988 dimana diatur bahwa para Importir Umum diwajibkan untuk mendaftar kembali sehingga mereka terseleksi
menjadi Importir Umum Plus IU+. Importir Umum Yang dikategorikan Importir Umum Plus adalah apabila :
- Memiliki Angka Pengenal Importir API
- Merupakan pembayar pajak yang baik
- Tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku 2
Memperluas berlakunya Angka Pengenal Impor API dan Angka Pengenal Importir Terbatas APIT bagi perusahaan produksi.
Dalam rangka meningkatkan peranan kemampuan usaha serta kepastian berusaha perusahaan perdagangan impor, maka berdasarkan SK Menteri
Perdagangan Nomor 373KpXI1988 dan Nomor 376KpXI1988 maka Angka Pengenal Impor API yang selama ini wajib dimiliki importir
hanya berlaku selama lima tahun dan hanya dapat digunakan untuk melakukan impor disempurnakan menjadi berlaku sepanjang perusahaan
masih melakukan usaha sebagai importir dan berlaku diseluruh wilayah Indonesia. Dan untuk Angka Pengenal Importir Terbatas yang memiliki
perusahaan produksi baik dalam rangka Penanaman Modal Asing PMA maupun Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN sehingga berlaku
sepanjang perusahaan masih melakukan usaha sebagai produsen dan berlaku diseluruh wilayah Indonesia
3 Memperluas berlakunya Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP
Untuk penyederhanaan perizinan perdagangan dan memberikan kemudahan bagi perusahaan maka ditetapkan bahwa :
- Surat Izin Usaha Perdagangan berlaku selama perusahaan masih
menjalankan kegiatannya -
Surat Izin Usaha Perdagangan diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku untuk melakukan kegiatan perdagangan
dalam negeri maupun ekspor diseluruh wilayah Indonesia 4
Penjualan Produksi bagi Perusahaan Patungan PMA Dalam rangka peningkatan usaha dan kesempatan kerja dan lebih
mendorong elancaran arus barang pemerintah memberikan kemudahan bagi perusahaan patungan untuk memasukkan hasil produksinya.
Sehingga perusahaan patungan yang selama ini banyak dibenarkan untuk memasarkan hasil-hasil produksinya melalui perusahaan penyalur nasional
diberikan kemudahan untuk memasarkan hasil-hasil produksi tersebut melalui perusahaan penyalur nasional atau melalui perusahaan patungan
yang dibentuknya untuk melakukan distribusi dimana perusahaan patungan dibidang distribusi ini diizinkan melakukan penyaluran kepada
pengecer. Dengan demikian, penyaluran pada tingkat pengecer hanya boleh dilakukan oleh perusahaan nasional
5 Peningkatan daya saing hasil-hasil produksi dalam negeri baik dalam pasar
ekspor maupun dalam pasar dalam negeri melalui penetapan tarif Bea Masuk Tambahan
Dalam hal ini dilakukan penyesuaian yang bertujuan untuk memberikan perlindungan yang wajar pada produsen dalam negeri dalam rangka
menekan biaya-biaya impor bahan baku, bahan pendukung serta masukan lainnya bagi industri ekspor
Dengan demikian, kemampuan produsen untuk menyediakan barang- barang dengan harga yang lebih bersaing di pasaran dalam negeri dan
pasaran internasional dapat makin ditingkatkan c.
Pemberian Kemudahan pada Produksi untuk Ekspor Untuk memperlancar produksi dan kegiatan ekspor diadakan pembebasan
Bea Masuk serta penanggulangan PPN dan PPh atas impor alat-alat produksi khususnya acuan dan bentukan tertentu yang digunakan dalam
proses produksi serta wadah kemasan yang digunakan pada produksi untuk ekspor
d. Deregulasi di bidang Perhubungan Laut
Untuk menjamin kelancaran arus bahan baku, bahan setengah jadi maupun produksi hasil akhir, maka perkembangan usaha pelayanan nasional
didorong untuk maju Setelah Paket Kebijakan 21 November 1988 PAKNO 1988 pemerintah
terus berusaha meningkatkan kegiatan dan ketahanan ekonomi
perdagangan internasional khususnya peningkatan ekspor non migas. Dan untuk mendapatkan Paket Kebijakan 21 November 1988 PAKNO 1988,
Pemerintah mengambil serangkaian langkah-langkah deregulasi ekonomi yang bertujuan untuk lebih meningkatkan lagi daya saing ekonomi
Indonesia dalam menghadapi globalisasi ekonomi sekaligus langkah- langkah tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa pemerintah Indonesia
tetap melaksanakan kesepakatan WTO World Trade Organization, AFTA ASEAN Free Trade Area, dan APEC Asia – Pacific Economic
Cooperation secara konsisten.
B.2. Paket Kebijaksanaan 4 Juni 1996 PAKJUN 1996 Langkah-langkah deregulasi mencakup antara lain bidang :
37
1 Kelanjutan Penjadwalan Penurunan Tarif Bea Masuk
a. Bidang Impor
Untuk menambah kepastian bagi dunia usaha dalam menentukan rencana investasi dan rencana produksinya maka ditetapkanlah penjadwalan
penurunan Tarif Bea Masuk sampai dengan tahun 2003 yakni sebagai berikut : a
Untuk kelompok sasaran setinggi-tingginya 5 tahun 2000 -
Pada tahun 1997 dan tahun 1999 tarifnya dikurangi dengan 5 kecuali tarifnya sudah 5
- Pada tahun 1996, 1998 dan 2000 tidak ada perubahan tarif.
b Untuk kelompok sasaran setinggi-tinggnya 10 tahun 2000.
37
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Paket Kebijakan 4 Juni 1996, Departemen Keuangan RI P84BM.
- Pada tahun 1996, 1998, 2000 dan tahun 2002 tarifnya dikurangi
dengan 10 kecuali tarifnya sudah 10 -
Pada tahun 1997, 1998, 2001 dan 2003 tidak ada perubahan tarif. Dikecualikan dari penjadwalan penurunan tarif bea masuk tersebut adalah :
a Penurunan tarif atas beberapa produk pertanian tertentu, karena diatur
tersendiri sesuai dengan komitmen Indonesia pada GATT General Agreement on Tariffs and Trade WTO World Trade Organization
b Penurunan tarif atas beberapa produk otomotif karena diatur tersendiri
c Penurunan tarif atas beberapa produk kimia, bahan plastik dan logam,
karena diatur tersendiri dan secara bertahap diturunkan menjadi setinggi- tingginya 10 pada tahun 2003
d Tarif produk alkohol sulingan dan minuman yang mengandung alkohol
tidak diturunkan. 2 Perubahan Tarif Bea Masuk Barang Modal
Pada dasarnya terhadap Impor barang modal dalam rangka investasi PMAPMDN melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM telah
dibebaskan bea masuknya. Namun untuk lebih mendorong lagi peningkatan investasi di dalam negeri, maka ditempuh penurunan tarif bea
masuk terhadap barang modal antara lain misalnya : - Mesin penggerak kenderaan air motor tempel
- Dampur api dan tungku industri atau labolatorium - Mesin pengangkat, pemindah, pemuat atau pembongkar dirancang
khusus untuk penggunaan dibawah tanah 3 Penghapusan Bea Masuk Tambahan BMT
Dalam Undang-undang Kepabeanan UU No. 10 Tahun 1995 tidak dikenal lagi Bea Masuk Tambahan. Oleh karena itu telah diambil langkah
untuk menghapus Bea Masuk Tambahan yang berlaku. Sedangkan terhadap produk yang dipandang masih perlu dilakukan pembatasan impor
dengan kebijaksanaan tarif maka secara kumulatif Bea Masuk Tambahan yang berlaku selama ini dimasukkan dalam bea masuknya.
4 Penyederhanaan Tata Niaga Impor Penyederhanaan Tata Niaga Impor meliputi perubahan ketentuan Tata
Niaga Impor atas produk tertentu untuk memperlancar pengadaan kebutuhan barang modal dan bahan baku serta peningkatan efisiensi
industri dalam negeri 5 Anti Dumping Komite Anti Dumping Indonesia
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa untuk mencapai dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi selama PELITA VI sebesar 7.1
pertahun, peranan industri pengolahan non migas dalam produk nasional riil perlu diupayakan terus meningkat sehingga mencapai 24 pada akhir
PELITA VI Sedangkan peranan ekspor nonmigas juga perlu diupayakan meningkat
sehingga menjadi tidak kurang dari 85 dalam komposisi ekspor Indonesia. Upaya-upaya yang dilakukan menjadi lebih berat dengan
semakin tajamnya persaingan dalam perekonomian global. Dalam kondisi tersebut, banyak negara dan berbagai cara berupaya untuk
lebih meningkatkan ekspor produknya. Bahkan ada yang melakukan praktek Dumping dengan mengeskpor barang Dumping yang harganya
jauh lebih rendah dari harga normal yang berlaku di negera pengekspor. Untuk menghadapi praktek Dumping tersebut dan dalam rangka
melindungi industri dalam negeri, langkah-langkah yang ditempuh adalah mengeluarkan peraturan Pemerintah tentang bea Masuk dan Bea Masuk
Imbalan PP No.34 Tahun 1988 yang antara lain memuat ketentuan mengenai :
- Tindakan dalam menghambat masuknya barang impor yang berupa barang
dumping yaitu dengan pengenaan bea masuk anti dumping bagi barang dumping.
- Membentuk Komite Anti Dumping Indonesia dengan tujuan melakukan
penelitian dan penyelidikan terhadap dumping serta usulan yang perlu ditempuh termasuk untuk membantu eksportir Indonesia yang dikenakan
tuduhan dumping Dengan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
No.136MPPKep61996 tentang Komite Anti Dumping, lebih lanjut : -
Keanggotaan Komite Anti Dumping Indonesia -
Ketentuan Teknis Mengenai pelaksaanaan Tugas Komite Anti Dumping Indonesia.
b. Bidang Ekspor Langkah-langkah yang ditempuh dibidang ekspor antara lain :
1 Kemudahan Ekspor
a Ekspor barang kiriman tanpa dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang
PEB
Semula Ekspor barang kiriman yang tidak diwajibkan menggunakan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang PEB adalah nilainya tidak
lebih dari Rp.10.000.000 sekarang ditingkatkan menjadi sampai dengan Rp. 100.000.000.
Dengan peningkatan tersebut diharapkan dapat lebih mendorong ekspor nonmigas yang diusahakan oleh Koperasi Pengusaha Kecil dan
Pengusaha Menengah b
Pencabutan Pemeriksaan Barang Ekspor oleh Surveyor Semula terhadap beberapa barang ekspor sebelum dikapalkan
diwajibkan diperiksa oleh surveyor di pelabuhan atau di pabrik atau di gudang. Sekarang kewajiban tersebut sudah dihapus.
Dengan hapusnya ketentuan pemeriksaan oleh surveyor, maka ketentuan mengenai pemeriksaan barang ekspor sepenuhnya berlaku
ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Kepabeanan. c
Penyederhanaan Persyaratan dan Prosedur memperoleh Surat Keterangan Asal SKA barang ekspor Indonesia, yang antara lain :
- Mengurangi produk hukum pengaturan mengenai Surat Keterangan
Asal SKA -
Mengurangi jumlah lampiran pendukung dan dokumen Surat Keterangan Asal SKA yang semula ada 4 macam yaitu Letter of
Credit LC, Pemberitahuan Ekspor Barang PEB , InvoicePacking List dan BL atau AW Bill menjadi dua macam
saja Pemberitahuan Ekspor Barang PEB dan Bill of Lading BL atau AW Bill
- Memperluas Instansi penerbit Surat Keterangan Asal SKA yang
selama ini hanya di dua tempat instansi di tempat bank devisa dan di tempat barang di kapalkan menjadi tiga tempat, yaitu ditambah
di tempat barang diproduksi -
Memperbanyak pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Keterangan Asal SKA dan dapat berjalan secara paralel untuk
lebih mempercepat pelayaran kepada eksportir 2
Kemudahan pelayaran bagi perusahaan eksportir tertentu Untuk lebih mendorong peningkatan ekspor non migas di samping
berbagai kemudahan yang telah diberikan selama ini kepada perusahaan eksportir baik eksportir produsen maupun eksportir umum yang
memenuhi syarat juga diberikan kemudahan lainnya berupa percepatan pelayaran kepabeanan perpajakan dan perbankan
Kriteria Perusahaan Eksportir dan tata cara untuk memperoleh pengakuan sebagai perusahaan eksportir yang memperoleh kemudahan
pelayanan kepabeanan, perpajakan dan perbankan yaitu : -
memiliki alamat kantor dan atau pabrik yang jelas dan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP
- Merupakan wajib pajak yang patuh dan baik
- Tidak pernah melanggar ketentuan kepabeanan yang menimbulkan
kerugian bagi negara -
Tidak terkait dengan kredit bermasalah
Perusahaan yang memenuhi persyaratan tersebut akan mendapat kemudahan pelayanan kepabeanan dan perpajakan dalam rangka ekspor
produknya. Kemudahan dibidang perbankan ditetapkan oleh Gubernur Bank
Indonesia antara lain dalam hal : -
Pelayanan perbankan diperluas antara lain meliputi negara-negara Asia, Afrika, Eropa Timur dan Amerika Latin
- Fasilitas rediskonto diberikan sesuai pasaran
- Usance LC diberlakukan maksimum dua tahun
- Lokal LC diberikan rediskonto maksimum 3 bulan yang akan
dimulai selambat-lambatnya pada tanggal 1 desember 1996 Sebagai uji coba pada tahap awal ditetapkan komoditi ekspor sebagai
berikut : -
Tekstil dan Produk tekstil TPT -
Alas Kaki -
Elektronikan -
Barang jadi kayu dan rotan, seperti mebel dan komponen mebel, pintu jendela, kusen, lantai dan dinding dari kayu
- Produk kulit
3 Iklim Usaha Langkah –langkah yang ditempuh di bidang iklim usaha antara lain :
a Penyederhanaan perizinan bagi industri di dalam kawasan Industri
Dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri yang berwawasan lingkungan, maka pengaturan lokasi industri menjadi
sangat penting. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk lebih mendorong pemusatan industri ke dalam kepabeanan industri yang
telah ada atau pengembangan kawasan industri baru yang sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang.
Dalam upaya kearah tersebut langkah-langkah yang ditempuh yaitu Bagi perusahaan perusahaan industri yang berlokasi didalam
kawasan industri tidak diwajibkan memiliki perizinan sepanjang telah :
- memperoleh persetujuan Penanaman Modal Asing dan Presiden
yang tertuang dalam Surat Pemberitahuan Persetujuan Presiden SPPP dan BKPM, bagi perusahaan dalam rangka Penanaman
Modal Asing -
Memperoleh Persetujuan Penanaman Modal dan BKPM yang tertuang dalam Surat Persetujuan Penanaman Modal SPPM –
BKPM bagi perusahaan dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri
b Penyelenggaraan tempat penimbunan berikat dan gudang berikat
1 Tempat penimbunan berikat
Berkaitan dengan tempat penimbunan berikat, langkah yang ditempuh adalah :
- Mengeluarkan peraturan pemerintah yang mengatur mengenai
tempat penimbunan berikat yaitu bangunan tempat atau kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu didalam daerah pabean yang
digunakan untuk menimbun, mengolah, memamerkan danatau menyediakan barang untuk dijual dengan mendapatkan perlakuan
khusus dibidang kepabeanan, cukai dan perpajakan -
Membuka kesempatan pada swasta untuk mengusahakan kawasan berikat yang selama ini hanya oleh BUMN
2 Gudang berikat
Selama ini fungsi kawasan berikat disamping sebagai tempat pengolahan juga sebagai pergudangan. Sekarang pergudangan
tersebut dapat berbentuk gudang berikat dan penyelenggarannya terbuka bagi swasta
c Kelonggaran kegiatan impor bagi perusahaan Penanaman Modal
Asing Dalam rangka untuk lebih mendorong peningkatan ekspor non migas
dan perluasan kesempatan kerja, pemerintah memberikan kemudahan berupa kelonggaran impor barang bagi perusahaan
Penanaman Modal Asing d
Penyederhanaan prosedur impor limbah untuk bahan baku industri Langkah yang ditempuh adalah penyempurnaan prosedur dan uraian
barang pos tarif atas limbah yang dapat diimpor Disamping itu juga melakukan penyesuaian dengan Undang-Undang Kepabeanan
sehingga Menteri Perindustrian dan Perdagangan hanya mengatur mengenai ekspor, sedangkan yang berkaitan dengan pemeriksaan
kepabeanan diatur oleh Menteri Keuangan
C. Pengaturan Hukum Ekspor Impor Nasional