Pengaturan Hukum Ekspor Impor Nasional

C. Pengaturan Hukum Ekspor Impor Nasional

Peraturan-peraturan hukum ekonomi nasional yang secara langsung mengatur masalah bisnis dan perdagangan guna mengantisipasi perkembangan ekonomi internasional adalah : 38 Tindakan-tindakan yang diambil pemerintah untuk mengantisipasi berlakunya AFTA adalah : 1. Hukum yang mengatur masalah investasi. 2. Peraturan mengenai standarisasi mutu dan kesehatan. 3. Penghapusan hambatan non tarif. 4. Perlindungan industri dalam negeri terhadap persaingan curang. 5. Perlindungan konsumen. 6. Perlindungan hak milik intelektual. 7. Tanggung jawab produk. 8. Pengaturan penyelesaian sengketa. Dalam menghadapi ASEAN Free Trade Area AFTA antisipasi yang tepat sangat diperlukan terutama untuk menghadapi persaingan ketat dalam merebut pasar. Tindakan antisipasi ini haruslah berasal dari pihak pemerintah maupun swasta. Pemerintah dalam hal ini menentukan arah kebijakan ekonomi dan menyiapkan perangkat deregulasi, sedangkan pihak swasta secara langsung melakukan penetrasi pasar dan merebut peluang dengan intensif melalui lalu lintas perdagangannya ataupun dalam bentuk investasi. 39 38 C.F.G. Sunaryati Hartono, Pembangunan Hukum Ekonomi Nasional Dalam Menyongsong Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN. Majalah Hukum dan Pembangunan No. 2, Tahun XXIV, April 1994, hal. 118. 39 Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Departemen Perdagangan, Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN, Bagian I, Jakarta, 1993, hal. 7. 1. Melakukan berbagai penelitian dan riset dimana dalam menghadapi ASEAN Free Trade Area AFTA. Penelitan dipusatkan pada penurunan tarif yang berlaku dengan tetap mengamankan pengembangan industri yang bersangkutan. Penelitian dilakukan terhadap peta posisi industri di masing-masing negara ASEAN, posisi ekspor impor masing-masing negara dan rencana pengembangan industrinya di masa yang akan datang. 2. Menentukan jadwal waktu program penurunan tarif yang dibagi dalam tiga kelompok produk sesuai dengan jadwal waktu program penurunan tarif CEPT Common Effective Preferential Tarif Scheme. Supaya produk akhir yang tarifnya telah ditemukan benar-benar menjadi kompetitif, maka tarif yang dikenakan kepada bahan baku atau bahan penolong tidak boleh melalui tarif dan produk akhir. Selain itu menentukan produk yang sensitif dan produk-produk kelompok industri kecil untuk dimasukkan ke dalam exclusion list. 3. Mnentukan posisi tarif untuk sektor industri sebanyak 9298 pos tarif. Komposisi tarif sektor industri adalah sebagai berikut : - Tingkat Tarif 0 – 20 berjumlah 57,25 - Tingkat Tarif 25 – 50 berjumlah 41,59 - Tingkat tarif 60 – 200 berjumlah 0,80 4. Mnentukan tingkat tarif tertimbang antar ASEAN berdasarkan perbandingan bobot dagang dan penurunan tarif trade weights sebagai berikut : - Indonesia 20,3 - Malaysia 9,7 - Thailand 36,3 - Singapore 0,4 - Philipina 22,9 - Brunei Darussalam bukan anggota GATT General Agreement on Tariffs and Trade Bobot dagang dari penurunan tarif Indonesia bukan yang paling tinggi. Apabila bobot dagang dan penurunan tarif dapat menunjukkan tingkat proteksi, maka Thailand mempunyai tingkat proteksi tertinggi diantara anggota-anggota ASEAN. 5. Mengefisiensikan Industri dalam negera ASEAN akan mengkhususkan keunggulan komparatifnya. Dengan terbentuknya AFTA ASEAN Free Trade Area, tiap negara ASEAN akan mengkhususkan diri pada barang-barang yang dibuat dengan lebih murah dan lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain comparative advantage Indonesia memiliki keunggulan komparatif di sektor pertambangan dan pertanian sedangkan di sektor sumber daya manusia berada di urutan terbawah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Sementara itu, sektor swasta dunia usaha yang hendak berkiprah secara langsung secara langsung dalam perdagangan bebas ASEAN perlu menunjukkan langkah-langkah kebijaksanaan berupa : 40 1. Mempelajari peluang pasar negara-negara ASEAN, antara lain mengenai nilai impor atas barang tertentu, tarif bea masuk, harga produk, prosedur 40 Ibid., hal. 14. impor, sistem distribusi yang berlaku dan importirnya, produksi saingan dan lain-lain. 2. Meningkatkan investasi baik investasi baru, modernisasi, restrukturisasi, maupun perluasan untuk meningkatkan skala ekonomi dan daya saing hasil produksinya. 3. Meningkatkan ekspor dan daya saing produk, antara lain dalam hal peningkatan produksi, desain, mutu, harga, ketepatan waktu pengiriman barang ekspor dan sebagainya. 4. Membangun kerja sama dengan pengusaha-pengusaha ASEAN dan non ASEAN. Selain daripada langkah-langkah dan tindakan-tindakan yang diambil Indonesia, suatu pengaturan berupa perangkat hukum ekonomi nasional juga sangat penting peranannya untuk menunjang kelancaran ekonomi perdagangan dengan Indonesia. Pengaturan hukum ini penting untuk melindungi ekonomi Indonesia akibat semakin terbukanya pasar global dibawah aturan GATT General Agreement on Tariffs and Trade WTO World Trade Organization maupun regional seperti AFTA ASEAN Free Trade Area dan APEC Asia-Pacific Economic Cooperation Dalam pelaksanaannya dewasa ini, pengaturan hukum ekonomi banyak yang belum diatur lebih lanjut, pengaturan yang telah kuat umumnya berbentuk paket-paket deregulasi untuk mengefisiensikan perekonomian indonesia yang sifatnya reaktif dan insidental.

D. Pengaturan Hukum Ekspor Impor Internasional.