Pengertian dan Dasar Hukum LC

metode pembayaran. Para pelaku perdagangan internasional, penjual dan pembeli perlu menyepakati jenis metode pembayaran yang tepat untuk pelaksanaan jual beli di antara keduanya, kesepakatan atas jenis metode pembayaran yang digunakan dalam perdagangan internasional perlu dituangkan secara jelas dalam kontrak jual beli. 52 1. Pembayaran dimuka Advance Payment Dalam penjelasan Pasal 3 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan Ekspor Impor dan lalu lintas devisa, dinyatakan bahwa pembayaran ekspor dan impor dapat dilakukan dengan 2. Perhitungan kemudian Open Account 3. Wesel Inkaso Collection Draft 4. Konsinyasi Consigment 5. Letter Of Credit LC 6. Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli. Dalam pembahasan berikutnya, penulis akan membahas cara pembayaran ini berdasarkan Letter of Credit dan non Letter of Credit

A. Cara Pembayaran Dengan Menggunakan LC

1. Pengertian dan Dasar Hukum LC

Pengertian Letter of Credit menurut ketentuan di dalam The Uniform and Practice for Documentary Credit Revision 1993 adalah: 52 Ibid. “setiap perjanjian dengan nama apapun atau bagaimanapun perumusan. dimana suatu bank issuing bank yang bertindak atas permintaan dan amanat pemohon pembuka kredit applicant”. Amir mengatakan “Letter of Credit adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas pemintaan importir langganan bank tersebut yang ditujukan eksportir di luar negeri yang menjadi relasi importir itu. yang memberi hak kepada eksportir tersebut untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan untuk sejumlah uang yang disebutkan di dalam surat itu”. 53 Emmy Pangaribuan Simanjuntak mengatakan. ”Letter of Credit adalah suatu surat perintah membayar kepada seseorang atau beberapa orang yang dialamati untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu yang disebutkan dalam surat perintah itu kepada seorang tertentu”. 54 Djauhari Ahsjar mengatakan. “LC adalah sebuah instrument yang diterbitkan oleh bank atas permintaan nasabahnya. yang menguasakan seseorang atau suatu perusahaan penerima instrumen tersebut menarik wesel atas bank berdasarkan persyaratan dalam instrumen tersebut” 55 1. Merupakan suatu surat atau alat. Dari defenisi-defenisi diatas. maka kita dapat menarik beberapa kesimpulan. bahwa suatu Letter of Credit harus memenuhi beberapa syarat. yaitu: 2. Diterbitkan oleh suatu bank. 3. Atas permintaan atau perintah dari importir 4. Mengandung sejumlah uang untuk diberikan kepada eksportir 53 Amir M.S, 1996. Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor, PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta . hal. 15 54 Amir M.S, 1991. Seluk beluk dan teknik perdagangan Luar Negeri. hal. 37 55 Djauhari Ahsjar, 2007. Pedoman Transaksi Ekspor Impor. hal. 37 5. Syarat-syarat tertentu lainnya. Pengertian tentang Letter of Credit sendiri yang kita jumpai dewasa ini di dalam peraturannya tidaklah sama dengan pada saat permulaan cara pembayaran dengan Letter of Credit dikenal. Pada mulanya, Letter of Credit dibuka oleh para pedagang bukan oleh suatu bank. dan inilah yang dinamakan dengan Merchant’s Credit. Dalam suatu merchant’s credit, Pihak bank sama sekali tidak terikat kepada pihak eksportir dalam pembukaan kredit tetapi hanya meneruskan surat pemberitahuan dari pembeli kepada penjual bahwa telah dibuka suatu kredit pada bank tersebut dan akan dibayar apabila penjual menerbitkan sepucuk wesel atas pembeli dengan menyerahkan beberapa dokumen. Dapat dilihat disini bahwa pihak penjual tidak mendapatkan jaminan dari pembeli atau pihak bank bahwa akan dilaksanakan suatu pembayaran. Yang terpenting dalam merchant’s credit adalah unsur kepercayaan dan kejujuran antara pihak pembeli dan penjual. Kemudian merchant’s credit berkembang kearah dikenalnya Banker’s Credit. dimana pembeli sudah melibatkan pihak bank untuk terikat kepada penjual. Bank menguatkan pernyataan bahwa pembeli akan melakukan pembayaran kepada penjual melalui bank tersebut. sehingga dalam hal ini kedudukan penjual menjadi terjamin. Yang menjadi dasar hukum dari Letter of Credit adalah Uniform Customs and Practice for Documentary Credit UCP. International Chamber of Commerce ICC melakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan akan adanya kesesuaian mengenai cara pembayaran dalam transaksi perdagangan internasional. Untuk itu ICC International Chamber of Commerce menyusun suatu peraturan yang bersifat internasional yang dikenal dengan nama Uniform Customs and Practice for Documentary Credit UCP. UCP itu sendiri telah mengalami beberapa kali perubahan akibat adanya pengaruh yang besar terhadap teknis maupun mekanisme pelaksanaan pembayaran dengan Letter of Credit. dan disempurnakan yang terakhir dengan UCP No. 500 tahun 1993. 56 Dokumen-dokumen yang diperlukan di dalam Letter of Credit adalah dokumen-dokumen yang diperoleh pihak eksportir pada saat pengapalan barang- barang yang hendak dikirimkan kepada pihak importir. Serta dokumen pengawasan dari pihak yang berwenang. dimana harus sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang disebutkan di dalam perjanjian kredit. Dokumen- dokumen tersebut antara lain : Internasional Chamber of Commerce ICC selalu berusaha menyesuaikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam UCP Uniform Customs and Practice for Documentary Credit dengan perkembangan-perkembangan yang ada. UCP Uniform Customs and Practice for Documentary Credit mulai belaku di Indonesia sejak tanggal 13 April 1975. yaitu sejak Indonesia menyatakan bergabung menjadi anggota ICC Internasional Chamber of Commerce dan tunduk pada ketentuan UCP Uniform Customs and Practice for Documentary Credit. 2. Dokumen-Dokumen yang Terdapat di Dalam Letter of Credit 57 a. Bill of Lading Menurut ketentuan Pasal 23 a – UCP 500. menyatakan syarat-syarat surat konosemen bahwa kecuali ditentukan hal lain di dalam kredit. bank akan menerima Bill of Lading yang : 56 Munir Fuady. Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Kedua, PT Citra Aditya Bakti. Bandung. 1999, hal. 93. 57 Djauhari Ahsjar. Op . Cit. hal. 81 1 Diterbitkan oleh perusahaan pengangkutan 2 Menyatakan bahwa barang telah dimuat di dalam kapal atau sudah dikapalkan 3 Terdiri dari seperangkat lengkap dokumen asli yang diterbitkan untuk pengiriman barang 4 Memenuhi semua ketentuan lainnya yang terdapat di dalam kredit Oleh sebab itu. menurut ketentuan Pasal 23 a – UCP 1993. Bank akan menerima jenis-jenis Bill of Lading antara lain sebagai berikut : 1 Combined Transport BL atau Combined Transport Document. atau konosemen dari pengangkutan berangkai yang dikeluarkan oleh perusahaan yang sama. 2 Short From BL atau Blank Back Transport. atau konosemen yang dikeluarkan oleh perusahaan pengangkutan atau cabangnya. 3 Bill of Lading untuk penguasaan tempat yang berbeda dari pelabuhan muat dan atau tempat tujuan terakhir yang berbeda dengan tujuan muat. 4 Bill of Lading untuk Unitired cargoes. atau konosemen yang dikeluarkan untuk muatan dalam peti kemas atau semacamnya. Sedangkan menurut ketentuan yang sama. Bank akan menolak jenis-jenis BL antara lain sebagai berikut: 1 Bill of Lading yang tunduk pada Charter Party. karena bank tidak mau berurusan dengan masalah perjanjian charter sebagaimana yang tercatum di dalam charter party. 2 Bill of Lading yang dikeluarkan oleh perusahaan kapal layar. karena pengangkutan jenis ini mempunyai resiko yang lebih besar. 3 Bill of Lading yang dikeluarkan oleh agen ekspedisi. karena agen ekspedisi bukan merupakan pihak yang berwenang untuk mengeluarkan Bill of Lading b. Faktur perdagangan Commercial Invoice Merupakan suatu nota yang dibinat oleh pihak eksportir mengenai barang- barang yang dijual kepada pihak importir. Sebagaiman diatur dalam Pasal 37 UCP 1993. faktur perdagangan ini memuat hal-hal sebagai berikut : 1 Nama dan alamat lengkap pihak importir 2 Jenis, kualitas, merek, dan jumlah barang 3 Cara pengepakan barang 4 Nama kapal yang mengangkut barang 5 Syarat-syarat menyerahkan barang 6 Harga satuan dan jumlah yang harus dibayar oleh pembeli c. Polis Asuransi atau Dokumen Pertanggungan Pengertian dari asuransi dapat kita jumpai dalam Pasal 246 KUHD. yang berbunyi: ”Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian. dimana seorang penanggung meningkatkan dirinya terhadap tertanggung. dengan menerima suatu premi. Untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kehilangan. kerugian. Atau keutungan yang diharapkan yang mungkin akan diderita olehnya karena disebabkan suatu kejadian yang tidak pasti”. Selain itu, masih ada beberapa dokumen lain yang ditentukan di dalam Pasal 38 UCP 1993. antara lain: 1 Certificate of Origin. atau sertifikat negara asal barang. yaitu suatu dokumen yang menunjukkan negara asal barang ekspor. 2 Consular Invoice atau Faktur Konsuler yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu : Commercial Invoice yang merupakan faktur yang dipergunakan oleh penjual kepada pembeli. dan Official Invoice yang merupakan faktur yang dikeluarkan atau disahkan oleh suatu instansi umum seperti kedutaan atau untuk keperluan pabean. 3 Certificate of Weight atau Weight List atau Sertifikat Berat. merupakan suatu sertifikat yang menerangkan perincian timbangan dan ukuran dari suatu barang. 4 Certificate of Inspection. merupakan suatu sertifikat yang menerangkan bahwa barang tersebut telah diperiksa oleh pihak pemeriksa barang. 5 Certificate of Analysis. yaitu suatu sertifikat yang menerangkan kadar dan unsur-unsur dari barang. 3. Prosedur Pembayaran Dengan Menggunakan Letter of Credit Dalam Pelaksanaan Ekspor – Impor. Penggunaan suatu Letter of Credit dalam transaksi ekspor impor tidak membedakan adanya sebutan LC ekspor ataupun LC impor, sebab pada hakekatnya yang digunakan hanya satu LC saja, penyebutan yang berbeda tersebut disebabkan hanya dari sudut mana LC tersebut ditinjau dari pihak eksportir ataukah dari pihak importer. Adanya perbedaan yang nyata hanyalah jenis-jenis tugas dari eksportir dan importer, serta tugas bank yang membantu masing-masing pihak. Eksportir yang telah melaksanakan pengiriman barang ekspor merealisir ekspor akan memperoleh pembayaran. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bila dokumen-dokumen LC telah disiapkan oleh eksportir sesuai dengan persyaratannya, maka eksportir tersebut telah dapat mengajukan dokumen- dokumen LC tersebut dilengkapi wesel kepada bank penerus LC atau advising bank, untuk diperiksa, disetujui, dan kemudian dibayar sesuai dengan ketentuan dalam LC tersebut. Importir berhak untuk melakukan penelitian terlebih dahulu apakah dokumen- dokumen pengapalan tersebut sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum di dalam LC yang bersangkutan. Apabila terjadi penyimpangan terhadap syarat- syarat yang disebutkan dalam LC, maka importir berhak untuk menolak melaksanakan pembayaran. Namun apabila dokumen-dokumen tersebut sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam LC, maka importer wajib untuk melaksanakan pembayaran atas barang-barang tersebut kepada eksportir. Dalam prakteknya, realisasi pembayaran LC dengan surat wesel dibagi menjadi tiga macam cara, yaitu : a. Sight LC Pembayaran LC ini mengharuskan eksportir untuk menerbitkan surat wesel atas tunjuk pada saat menyerahkan dokumen-dokumen LC tersebut, setelah LC disetujui maka bank yang bersangkutan akan secara langsung melaksanakan pembayaran LC tersebut. b. Usance LC Pembayaran LC ini mengharuskan eksportir untuk menerbitkan surat wesel berjangka waktu, yaitu surat wesel yang pembayarannya baru akan dilakukan pada hari tertentu, atau pembayaran baru akan dilakukan setelah lewat jangka waktu tertentu setelah eksportir menunjukkan dokumen-dokumen yang disyaratkan di dalam LC tersebut. Untuk Usance LC, penundaan pembayaran yang diberikan tidak boleh melampui 180 hari setelah tanggal pengapalan barang oleh eksportir c. Negotiating LC Pembayaran LC ini mengharuskan eksportir untuk menerbitkan surat wesel kepada importir, yang surat wesel tersebut nantinya akan dinegosiasi dibeli oleh bank pembuka atau bank lain yang ditunjuk di dalam LC tersebut. 58 Dalam pelaksanaan pembayaran suatu transaksi ekspor impor, prosedur pembayarannya secara umum adalah sebagai berikut : Negosiasi wesel adalah pengambilalihan wesel oleh bank devisa, yang dalam hal ini bank bertindak untuk dan atas nama Bank Indonesia, membeli valuta asing hasil ekspor dan membayarnya kepada eksportir dalam mata uang rupiah atau valuta asing berdasarkan kurs yang berlaku di bursa valuta asing. 59 1. Eksportir dan Importir telah menyetujui perjanjian jual beli barang yang akan menjadi objek ekspor impor. 2. Importir mengajukan permohonan pembukaan LC kepada bank pembuka issuing Bank opening bank untuk kepentingan eksportir. 3. Bank pembuka LC yang bersangkutan membuka LC tersebut kepada bank penerus LC advising bank di tempat eksportir berdomisili. 4. Advising bank meneruskan LC tersebut kepada eksportir. 5. Eksportir menyiapkan dan mengapalkan barang-barang yang akan dikirimkan kepada importir. 6. Atas pemuatan barang-barang tersebut dikapal, eksportir menerima dokumen Bill of Lading BL dari maskapai pelayaran. 7. Dokumen-dokumen pengapalan serta wesel kemudian diserahkan oleh eksportir kepada advising bank yang bertindak sebagai negotiating bank. 58 Rahmat M.Z. 1994, Tanya Jawab Kredit Berdokumen, Remadja Karya, Bandung hal. 41. 59 Munir Fuady, Op.Cit, hal. 89 8. Advising bank atau negotiating bank menegosiasi membeli wesel yang diajukan oleh eksportir tersebut. 9. Selanjutnya dokumen-dokumen pengapalan dikirimkan oleh negotiating bank kepada opening bank untuk mendapat ganti rugi pembayaran reimbursement. 10. Bank pembuka LC memeriksa apakah dokumen-dokumen tersebut sesuai dengan syarat-syarat yang terkandung di dalam LC. Bila dokumen-dokumen tersebut ternyata sesuai dengan persyaratan yang dicantumkan di dalam LC, maka bank pembuka dapat meminta importir menebusnya dengan cara pembayaran yang diisyaratkan dalam LC tersebut, apakah itu pembayaran pada saat penyerah dokumen sight LC, atau pembayaran berjangka usance LC. 11. Importir membayar kepada bank pembuka LC. 12. Bank pembuka LC kemudian memberikan ganti rugi pembayaran reimbursement pada bank penerus LC.

B. Cara Pembayaran Selain Dengan LC