Kegiatan Ekspor Impor Dan Cara Pembayaran Yang Diterima Dalam Perdagangan Internasional

(1)

INTERNASIONAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH

NAMA : TONDI TRIYONO

NIM : 070200186

DEPARTEMEN : HUKUM INTERNASIONAL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS HUKUM

MEDAN

2011


(2)

KEGIATAN EKSPOR IMPOR DAN CARA PEMBAYARAN YANG DITERIMA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH

NAMA : TONDI TRIYONO

NIM : 070200186

DEPARTEMEN : HUKUM INTERNASIONAL

Disetujui oleh,

Ketua Departemen Hukum Internasional

Arif.S.H.,M.Hum NIP. 1964033001993031002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Sutiarnoto MS, S.H.,M.Hum Abdul Rahman,S.H.,M.H. NIP. 195610101986031003 NIP. 195710301984031002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS HUKUM

MEDAN 2011


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Penulisan skripsi ini adalah tugas wajib mahasiswa dalam rangka melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini diberi judul “ KEGIATAN EKSPOR IMPOR DAN CARA

PEMBAYARAN YANG DITERIMA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL”

Seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak-Tiada manusia yang dapat lepas dari kesilapan dan kesalahan”. Skripsi yang telah diselesaikan dengan segenap hati dan pemikiran ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan dan disadari akan adanya kekurangan-kekurangan dalam penyajian maupun dalam materi pembahasan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan diterima dengan baik demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H. M.Hum., selaku Pembantu Dekan I, Bapak Syafruddin S Hasibuan, SH, DFM, MH., selaku Pembantu Dekan II, Bapak Muhammad Husni, SH, M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Arif, S.H., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Hukum Internasional pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Bapak Sutiarnoto MS, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I. 5. Bapak Abdul Rahman, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing II.

6. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Sekertaris Jurusan Hukum Internasional pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. 7. Seluruh staff Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

yang telah memberikan pengetahuan hukum kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat penulis yang tercinta yang tak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan banyak dorongan moril.

9. Ayah dan ibu tercinta, Tongdy Haidir dan Luan Kiauw yang telah membesarkan dan menyayangi serta abang dan saudara-saudara penulis yang amat mendukung dalam penulisan skripsi.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan mengkaji skripsi ini. Semoga dapat bermanfat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya bagi ilmu hukum.

Medan, Februari 2010 Hormat Penulis,

Tondi Triyono NIM 070200183


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

ABSTRAKSI...v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah...5

C. Tujuan Pembahasan...5

D. Tinjauan Kepustakaan...6

E. Metode Penelitian……...8

F. Keaslian Penulisan...9

G. Sistematika Penulisan...9

BAB II TINJAUAN UMUM DALAM KEGIATAN EKSPOR-IMPOR A. Pengertian Ekspor – Impor...12

B. Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam Kegiatan Ekspor - Impor...14

C. Dokumen-Dokumen dalam Kegiatan Ekspor – Impor...25

D. Syarat-Syarat untuk menjadi Eksportir dan Importir...40

BAB III PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR DI INDONESIA A. Tinjauan Umum Tentang Pelaksanaan Ekspor dan Impor di Indonesia...42

B. Dasar Hukum Kebijaksanaan Ekspor – Impor...44

C. Pengaturan Hukum Ekspor Impor Nasional...59

D. Pengaturan Hukum Ekspor Impor Internasional...63

E. Dampak Pengaturan Hukum Internasional Terhadap Pemgembangan Ekspor – Impor...68


(6)

BAB IV CARA PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

A. Cara Pembayaran Dengan Menggunakan L/C...79 B. Cara Pembayaran Selain L/C...88 C. Jenis – Jenis Alat Pembayaran Luar Negeri...94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...99 B. Saran...100


(7)

KEGIATAN EKSPOR IMPOR DAN CARA PEMBAYARAN YANG DITERIMA DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Sutiarno MS,S.H.,M.Hum *) Abdul Rahman, S.H.,M.Hum **)

Tondi Triyono ***)

ABSTRAKSI

Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu Negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap Negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka dari itu antara negara-negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara tersebut.

Transakasi perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat tinggal atau berdomisili dinegara-negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara para pengusaha yang mempunyai bahasa, kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda.

Pada perkembangan perdagangan internasional, cara pembayaran dengan uang tunai dianggap kurang begitu aman, maka sebagai pengganti uang tunai dipergunakan sistem pembayaran dengan menggunakan surat berharga dalam transaksi-transaksi perdagangan internasional. Hal ini terjadi diakibatkan pemikiran para pengusaha bahwa dengan menggunakan surat berharga maka akan menghemat waktu dan biaya para pengusaha yang berdomisili dilain negara. Disamping itu pembayaran dengan menggunakan uang tunai dianggap rentan mengalami gangguan, dan surat berharga dianggap cukup memberikan jaminan untuk pemenuhan pembayaran atas barang-barang yang mereka jual.

Dalam skripsi ini akan dibahas tentang kegiatan ekspor – impor dan pelaksanaan ekspor impor di Indonesia dan juga termasuk cara pembayaran dalam transaksi ekspor – impor tersebut.*

*) Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing I **) Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing II ***) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah Negara yang tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha dalam satu wilayah negara saja, tetapi juga dengan para pedagang dari negara lain, tidak terkecuali Indonesia. Bahkan hubungan-hubungan dagang tersebut semakin beraneka ragam, termasuk cara pembayarannya.

Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu Negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap Negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka dari itu antara negara-negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara tersebut. 1

Perdagangan internasional merupakan transaksi jual beli (atau imbal beli) lintas Negara, yang melibatkan dua pihak yang melakukan jual beli yang melintasi

1 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Transaksi Bisnis Internasional (Ekspor Impor dan Imbal


(9)

batasan kenegaraan. Pihak-pihak ini tidaklah harus merupakan pihak-pihak yang berasal dari Negara yang berbeda atau memiliki nasionalitas yang berbeda.2

Perdagangan internasional sebenarnya sudah berlangsung beberapa abad yang lalu tetapi tentu berdasarkan perdagangan yang masih sangat primitif. Sistem perdagangan yang berlaku saat itu masih berdasarkan suatu sistem barter atau tukar menukar antara barang dengan barang. Dengan kemajuan peradaban manusia yang makin lama semakin meningkat, maka terjadilah perubahan yang amat drastis dan dramatis dengan suatu sistem perdagangan yang sering kita dengar dalam istilah ”ekspor – impor”. Di dalam dunia modern sekarang, suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain.

Transakasi perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat tinggal atau berdomisili dinegara-negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara para pengusaha yang mempunyai bahasa, kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda.

3

Dengan kemajuan teknologi yang sangat cepat, distribusi barang-barang dan jasa menjadi semakin mantap, dan pada akhirnya perkembangan spesialisasi produk komoditi menjadi semakin luas. Akibat semakin meningkat pula jenis dan volume produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan untuk memuaskan

2 Gunawan Widjaja, “Aspek Hukum Dalam Kontrak Dagang Internasional: Analisis

Yuridis Terhadap Kontrak Jual Beli Internasional”, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 27 No. 4 (Tahun 2008). Hal. 24.

3 M.H. Matondang, dkk, Intisari Ekonomi Internasional, Program Pascasarjana,


(10)

kebutuhan konsumen. Perkembangan spesialisasi berarti pula perkembangan perdagangan karena tidak semua sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang dapat diperoleh di dalam negeri. Selain itu, perdagangan antar negara pun meningkat dengan cepat.4

Dulu David Ricardo pernah menjelaskan mengapa terjadi perdagangan diantara negara di dunia ini. Dia mendasarkan uraiannya pada prinsip pembagian kerja secara internasional yang didasarkan pada ”Teori Keunggulan Komparatif” yang dimiliki oleh tiap-tiap negara. Katanya sebaiknya setiap negara mengkhususkan diri pada kegiatan-kegiatan ekonomi dimana dia memiliki keunggulan komparatif. Misalnya Portugal mengkhususkan dirinya dalam produksi anggur. Karena iklim negara tersebut cocok untuk kebun anggur. Dengan demikian memproduksikan anggur di Portugal lebih murah daripada misalnya di Inggris. Sedangkan Inggir mengkhususkan diri pada bahan pakaian wol. Karena iklim di negara ini sangat tepat untuk padang rumput dimana domba-domba hidup berkeliaran. Bahan pakaian wol yang dibuat di Inggirs lebih murah biaya produksinya dibandingkan di Portugal. Kedua negara ini kemudian mempertukarkan hasil produksinya melalui perdagangan internasional, dengan cara mengekspor dan mengimpor barang tersebut, dalam sistem perdagangan internasional seperti ini maka semua pihak akan diuntungkan, harga anggur dan pakaian wol jadi murah bagi kedua negara tersebut.5

Pada perkembangan perdagangan internasional, cara pembayaran dengan uang tunai dianggap kurang begitu aman, maka sebagai pengganti uang tunai dipergunakan system pembayaran dengan menggunakan surat berharga dalam

4

Ibid., hal. 7 – 8.

5 Martin Khor Kok Peng, Imperliasme Ekonomi Baru Putaran Uruguay dan Kedaulatan


(11)

transaksi-transaksi perdagangan internasional. Hal ini terjadi diakibatkan pemikiran para pengusaha bahwa dengan menggunakan surat berharga maka akan menghemat waktu dan biaya para pengusaha yang berdomisili dilain negara. Disamping itu pembayaran dengan menggunakan uang tunai dianggap rentan mengalami gangguan seperti perampokan ataupun kehilangan, dan surat berharga dianggap cukup memberikan jaminan untuk pemenuhan pembayaran atas barang-barang yang mereka jual.

Untuk lalu lintas perdagangan di dalam negeri, maka cara pembayarannya cukup dilakukan dengan pembayaran cek, giro, ataupun wesel. Tetapi sudah menjadi kenyataan yang tidak dapat disangkal lagi bahwa untuk lalu lintas perdagangan internasional agar lebih efisien dan efektif diperlukan peranan dari pihak Bank sebagai perantara untuk melakukan pembayaran atas perjanjian jual beli yang telah disepakati. Sehingga wajar bila dewasa ini. Bank tidak lagi hanya dianggap sebagai tempat untuk menyimpan atau meminjam uang saja, tetapi juga merupakan pihak perantara dalam memecahkan masalah pelaksanaan pembayaran apabila para pengusaha mengadakan transaksi perdagangan antar negara.

Kiranya sangat menarik untuk mengetahui dan mempelajari secara mendalam tentang hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan ekspor impor dan cara pembayaran yang digunakan dalam transaksi ini, untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga akan menambah manfaat.


(12)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan menjadi pembahasan dalam Kegiatan Ekspor Impor dan cara pembayaran yang diterima dalam Perdagangan Internasional ini antara lain :

1. Bagaimana gambaran umum tentang ekspor impor dalam perdagangan internasional.

2. Bagaimana pelaksanaan dan ketentuan ekspor impor dalam perdagangan internasional.

3. Bagaimana prosedur pembayaran ekspor – impor dan cara pembayaran yang digunakan dalam perdagangan internasional.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Bahwa penulisan skripsi ini mempunyai beberapa tujuan antara lain : 1. Untuk dapat mengetahui gambaran umum tentang ekspor - impor dalam

perdagangan internasional.

2. Untuk dapat mengetahui pelaksanaan dan ketentuan ekspor - impor dalam perdagangan internasional.

3. Untuk dapat mengetahui prosedur pembayaran ekspor – impor dan cara pembayaran yang digunakan dalam perdagangan internasional.

Disamping itu, skripsi ini memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Masyarakat.

Kegiatan Ekspor – Impor merupakan salah satu penggerak roda perekonomian negara. Dan dalam era perdagangan bebas ini perdagangan internasional akan


(13)

semakin berkembang dan diharapkan dapat memberikan informasi didalam melakukan transaksi ekspor – impor.

2. Bagi Fakultas.

Dapat memberikan atau menambah perbendaharaan pustaka, terutama dalam bidang ekspor – impor.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan.

Dapat memberikan sedikit sumbangan bagi ilmu pengetahuan, dan sebagai bahan pemikiran atau pedoman dalam rangka pembuatan peraturan perundang-undangan yang baru dalam ekspor impor

D. Tinjauan Kepustakaan

Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu Negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap Negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. 6

Adanya interdependensi kebutuhan itulah yang menyebabkan adanya perdagangan internasional.7

6

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Transaksi Bisnis Internasional (Ekspor Impor dan Imbal Beli), Jakarta: (PT RajaGrafindo Persada), 2000, Hal. 1.

7 Ibid.

Perdagangan internasional menjadi suatu kebutuhan yang mendasar untuk kelangsungan dalam interdependensi ekonomi dunia. Perdagangan internasional merupakan transaksi jual beli (atau imbal beli) lintas Negara, yang melibatkan dua pihak yang melakukan jual beli yang melintasi batasan kenegaraan. Pihak-pihak ini tidaklah harus merupakan pihak-pihak yang


(14)

berasal dari Negara yang berbeda atau memiliki nasionalitas yang berbeda.8 Dari segi legal, transaksi perdagangan internasional berarti suatu transaksi yang melibatkan kepentingan lebih dari satu hukum nasional. Suatu perdagangan dikatakan sebagai perdagangan internasional, jika transaksi jual beli telah menyebabkan terjadinya pilihan hukum antara dua sistem hukum yang berbeda, dan benda yang diperjualbelikan harus diserahkan melintasi batas-batas kenegaraan, dan keberadaan unsur asing atau elemen asing bagi sistem hukum yang berlaku.9

Cara pembayaran secara tunai dirasa kurang praktis jika digunakan untuk lalu lintas perdagangan internasional. Oleh karena itu muncul cara-cara pembayaran yang lain. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi di dalam kenyataannya, seperti yang dikemukakan oleh Emmy Pangaribuan Simanjutak : ”adalah menjadi suatu kenyataan bahwa pada zaman sekarang ini di dalam lalu lintas perdagangan terdapat suatu kemajuan dalam cara-cara pembayaran dengen mempergunakan alat-alat pembayaran kredit dan pembayaran kontan selain dengan mata uang”10

1. Pembayaran dimuka (Advance Payment)

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 PP No. 1 Tahun 1982 Jo. SK Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 27/1/1982. tata cara pembayaran dalam transaksi ekspor impor dapat dilaksanakan dengan :

2. Perhitungan kemudian (Open Account) 3. Wesel Inkaso (Collection Draft)

8

Gunawan Widjaja, “Aspek Hukum Dalam Kontrak Dagang Internasional: Analisis Yuridis Terhaz

dap Kontrak Jual Beli Internasional”, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 27 No. 4 (Tahun 2008). Hal. 24.

9

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. cit., Hal. 5.

10 Emmy Pangaribuan Simanjuntak. Hukum Dagang Surat Berharga , Fakultas Hukum UGM,


(15)

4. Konsinyasi (Consigment) 5. Letter Of Credit (L/C)

6. Cara pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli.11

Dengan demikian eksportir maupun importir yang akan melakukan transaksi perdagangan ekspor impor dalam melaksanakan pembayaran dapat memilih salah satu cara pembayaran yang ada yang dipandang sesuai dan memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan yang dipimpinnya.

Pada dasarnya pemerintah tidak akan membatasi penggunaan cara pembayaran yang lain berdasarkan kesepakatan bersama, bahkan memberikan kelonggaran-kelonggaran agar frekuensi kegiatan perdagangan internasional khususnya ekspor non migas semakin meningkat untuk menambah devisa negara dan berguna bagi jalannya pembangunan nasional. Inilah sebenarnya yang menjadi tujuan utama adanya kebijaksanaan untuk membaskan penggunaan cara-cara pembayaran yang digunakan dalam kegiatan perdagangan internasional.

E. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan hasil penulisan yang baik maka penulis menggunakan metode penulisan Studi Kepustakaan (Library Research). Dengan melakukan studi kepustakaan, penulis berusaha menemukan sumber-sumber yang berupa tulisan dari para ahli dan peraturan – peraturan yang berkaitan dengan objek penelitian. Disamping itu penulis juga berusaha mencari sumber dengan mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian ini.

11 Ramlan Ginting, Letter Of Credit Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, Salemba Empat,


(16)

F. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi yang berjudul ”Kegiatan Ekspor – Impor dan Cara Pembayaran yang Diterima Dalam Perdagangan Internasional” yang diajukan ini adalah dalam rangka memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Penulisan skripsi mengenai ekspor – impor, menurut sumber dari perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara memang telah ada yang mengangkat dan membahasnya, namun penulisan skripsi mengenai ”Kegiatan Ekspor – Impor dan Cara Pembayaran yang Diterima Dalam Perdagangan Internasional” belum pernah diangkat dan dibahas dalam skripsi. Akan tetapi apabila skripsi ini ada persamaan dengan milik orang lain, maka bukanlah suatu kesengajaan, dan pasti memiliki isi, pembahasan, dan permasalahan yang berbeda. Dengan demikian penulisan skripsi ini tidaklah sama dengan penulisan skripsi yang pernah ada, karena skripsi ini dibuat sendiri dengan menggunakan berbagai litelatur, sehingga penulisan skripsi ini masih asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara garis besar tentang skripsi ini dalam hal penulisannya maka penulis membagi ke dalam 4 (empat) bab agar penulisan skripsi ini menjadi sistematis yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan,


(17)

metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika skripsi.

BAB II TINJAUAN UMUM DALAM KEGIATAN

EKSPOR-IMPOR

Berisi uraian tentang pengertian ekspor – impor, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ekspor-impor, dokumen-dokumen dalam kegiatan ekspor – impor, dan syarat-syarat untuk menjadi eksportir dan importir.

BAB III PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR DI INDONESIA

Berisi uraian tentang tinjauan umum tentang pelaksanaan ekspor dan impor di Indonesia, dasar hukum kebijaksanaan ekspor – impor, pengaturan hukum ekspor impor nasional, pengaturan hukum ekspor impor internasional, dampak pengaturan hukum internasional terhadap pemgembangan ekspor – impor, dan pengembangan ekspor – impor pada AFTA dan WTO

BAB IV CARA PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN

INTERNASIONAL.

Berisi uraian tentang cara pembayaran dengan menggunakan L/C, cara pembayaran selain L/C, dan jenis-jenis alat pembayaran luar negeri.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi ini dimana ditemukan jawaban berupa kesimpulan dari semua permasalahan yang penulis kemukakan dalam bab


(18)

terdahulu, kemudian penulis memberikan saran-saran yang mudah-mudahan berguna bagi ilmu hukum khususnya hukum internasional.


(19)

BAB II

TINJAUAN UMUM DALAM KEGIATAN EKSPOR-IMPOR

A. Pengertian Ekspor – Impor

Yang dimaksud dengan ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah Pabean. sedangkan yang dimaksud dengan eksportir adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor.12

Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan impor tersebut disebut dengan Importir.13

Yang dimaksud dengan daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen.14

"Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilaksanakan para pedagang antar negara yang berbeda, mengakibatkan timbulnya akan valuta asing yang mempengaruhi neraca perdagangan negara yang bersangkutan”

Pengertian tentang perdagangan internasional dirumuskan secara berbeda-beda walaupun pada dasarnya menuju pada pengertian yang sama. Beberapa pengertian yang pernah dikemukakan antara lain :

1. OP. Simorangkir

15

12 Departemen Jenderal Perdagangan Internasional, Kebijaksanaan Umum Perdagangan

Internasional Departemen Perindustrian dan Perdagangan

13

Ibid., hal. 54.

14 Ibid.

15 Simorangkir, O.P. Kamus Perbankan, Bina Aksara, Jakarta, 1985, hal.128.


(20)

Perdagangan luar negeri berarti perdagangan barang dari suatu negeri ke lain negeri di luar batas negara" 16

"Keseluruhan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan-hubungan dagang yang bersifat Hukum Perdata dan mencakup berbagai negara". (The Body Of Rules

Governing commercial relationship of private law nature involving different countries)

3. Menurut laporan dari pada Sekjen PBB, yang telah diajukan untuk memenuhi Resolusi Sidang Umum No.2102/XX/tertanggal 20 Desember 1965, yang diartikan dengan Hukum Dagang Internasional (International Trade Law) adalah :

17

Perdagangan Internasional tidak jauh berbeda dengan perdagangan dalam negeri, hanya saja perdagangan internasional lebih rumit sehingga membutuhkan keahlian khusus untuk menanganinya, disebabkan oleh faktor-faktor berikut : 18

1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan (geopolitik)

2. Barang yang harus dikirim atau diangkut dari suatu Negara ke Negara lain melalui bermacam-macam peraturan seperti peraturan pabean yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah.

3. Antara satu Negara dengan Negara lainnya tidak jarang terdapat perbedaan dalam bahasa, mata uang, takaran hukum dan kebiasaan dalam perdagangan dan lain-lain

Yang termasuk dalam bidang perdagangan internasional antara lain adalah : 19

a. Mengenai pembentukan kontrak-kontrak 1. Jual Beli Internasional :

16 Amir, M.S. Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, Seri Umum No.2, PT. Pustaka

Binaman Pressindo, Jakarta, 1985, hal. 2.

17

S. Gautama, Hukum Dagang Internasional, Alumni, Bandung, 1980, Hal.24.

18 Amir, M.S. Op. Cit. Hal. 4. 19 S. Gautama, Op. Cit., hal. 25.


(21)

b. Mengenai perjanjian-perjanjian keagenan. c. Mengenai jual beli secara eksklusif.

2. Surat-surat berharga (negotiable Instrument) dan kredit dagang oleh pihak Bank :

3. Hukum Berkenaan dengan diadakannya kegiatan-kegiatan dagang di bidang Hukum Dagang.

4. Asuransi

5. Pengangkutan atau Transport Barang, antara lain : a. Pengangkutan barang melalui laut.

b. Pengangkutan barang melalui udara c. Pengangkutan barang melalui jalanan d. Pengangkutan barang melalui kereta api

e. Pengangkutan barang melalui perairan di dalam negeri. 6. Hukum dagang milik perindustrian dan hak cipta

7. Arbitrase perdagangan.

B. Pihak – Pihak yang Terlibat Dalam Kegiatan Ekspor Impor

Para pelaksana dalam perdagangan internasional, dalam arti kata pelaksana ekspor-impor dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok sebagai berikut : 20

1. Kelompok Indentor, 2. Kelompok Importir, 3. Kelompok Promosi, 4. Kelompok Eksportir,

20 Amir M.S., Ekspor Impor Teori dan Penerapannya, Seri Umum No.3, PT. Pustaka Binaman


(22)

5. Kelompok Pendukung.

Ad. 1. Kelompok Indentor

Sebagaimana telah dikemukakan, bilamana kebutuhan atas suatu barang belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, maka terpaksa diimpor dari luar negeri. Diantara barang-barang kebutuhan itu ada yang diimpor untuk konsumsi sendiri dan adakalanya untuk dijual kembali. Perlu dikemukakan bahwa tidak semua peminat barang impor melaksanakan impornya sendiri langsung dari luar negeri, tapi malah sebagian besar pelaksanaan impor itu mereka serahkan pada perusahaan yang sudah biasa mengimpor jenis barang yang dibutuhkan itu. Tegasnya adalah bahwa para peminat ini menempatkan pesanan kepada importir yang sudah biasa. Para indentor ini pada umumnya terdiri dari : 21

a. Para pemakai langsung.

Kontraktor minyak dari Amerika sudah biasa memesan makanan dan minuman kaleng langsung dari negaranya, yang dimpor untuk kebutuhan konsumsi tenaga asing yang bekerja di Indonesia. Begitu pula pabrik-pabrik yang memesan suku cadang yang dibutuhkan ke luar negeri.

b. Para Pedagang

Pengusaha toko maupun supermarket-supermarket di kota-kota besar termasuk juga para grosir, biasanya melakukan indent (pemesanan)

c. Pengusaha perkebunan, industriawan, instansi pemerintah.

Kebanyakan para pengusaha industri dan perkebunan serta instansi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan barang impor, biasanya menempatkan indent


(23)

pada para importir, mengadakan kontrak pengadaan barang impor, ataupun menunjuk importir sebagai handle impor mereka

Dalam menyusun dan menandatangani kontrak indent antara indentor dan importir, kedua belah pihak seyogianya sangat berhati-hati. Dalam ptaktek tidak jarang kontrak kontrak indent membawa kericuhan, dan bahkan seringkali dijadikan alat manipulasi impor, baik oleh indentor maupun oleh importir.

Ad 2. Kelompok Importir

Dalam Perdagangan Internasional, importir memikul tanggung jawab kontraktual atas terlaksananya dengan baik barang yang diimpor. Hal ini berarti importir memikul resiko atas segala sesuatu mengenai barang yang diimpor baik resiko kerugian, kerusakan, keterlambatan dari barang yang dipesan, termasuk resiko penipuan dan manipulasi. Karena sebaiknya importir berhati-hati dalam menyusun kontrak dalam menilai indentor dan pensuplai serta dalam mengambil tindakan pengamanan atas resiko kerugian seperti dalam penentuan persyaratan asuransi, pengangkutan superyor, dalam penentuan persyaratan asuransi, pengangkutan superyor, dalam penentu jasa transportasi, angkutan, dan lain sebagainya.

Tanggung jawab importir semacam ini tidak harus untuk barang-barang yang diimpor sebagai mata dagangnya sendiri, tapi termasuk juga barang-barang yang diimpor atas dasar indent, maupun barang-barang atas dasar penunjukkan sebagai handling imporer, kecuali dengan tegas didalam kontrak, sebagain tanggung jawabnya, atau memang tanggung jawabnya itu telah dilimpahkan


(24)

kepada badan usaha lain. Pelimpahan ini misalnya kerusakan dan kerugian dilimpahkan pada maskapai asuransi.

Para Importir ini umumnya terdiri dari : 22 a. Pengusaha Impor

Pengusaha impor, atau lazim disebut dengan Impor-Merchant adalah badan usaha yang diberi izin oleh pemerintah dalam bentuk TAPPI (Tanda Pengenal Pengakuan Importir) untuk mengimpor barang yang khusus disebut dalam izin tersebut, dan tidak berlaku untuk barang lain diluar yang disebut dalam TAPPI tersebut.

b. Approved Importer (Approved Traders)

Yang dimaksud dengan Approved Importer atau lebih dikenal dengan istilah

Approved Trader, sesungguhnya hanyalah pengusaha impor biasa yang secara

khusus diistimewakan oleh pemerintah dan Departemen perdagangan untuk mengimpor komoditi tertentu untuk tujuan tertentu pula yang dipandang perlu oleh pemerintah. Approved importers ini misalnya importir cengkeh, importir bahan baku plastik, importir gandum dan lain-lain.

c. Importir terbatas

Untuk memudahkan perusahan-perusahaan yang didirikan dalam rangka UU-PMA/PMDN maka pemerintah telah memberikan izin khusus pada perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk mengimpor mesin-mesin dan bahan baku yang diperlukannya sendiri (bukan untuk diperdagangkan) izin ini diberikan dalam


(25)

bentuk APIT (Angka Pengenal Importir Terbatas) yang dikeluarkan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) atas nama Menteri Perdagangan.

d. Importir Umum

Perusahaan impor yang khusus mengimpor aneka mata dagang dapat memperoleh kedudukan sebagai importir umum atau lazim disebut General

Importir. Perusahaan yang biasanya memperoleh status sebagai importir

umum ini kebanyakan hanyalah persero niaga atau perusahaan dagang Negara yang lazirn juga disebut sebagai Trading House atau Wisma Dagang yang mengimpor harang-barang mulai dari barang kelontong sampai instalasi lengkap suatu pabrik.

e. Agent Importers

Perusahaan Asing yang berminat memasarkan hasil produksinya di Indonesia seringkali mengangkat perusahaan setempat sebagai kantor perwakilan atau menunjuk suatu Agen Tunggal yang akan mengimpor hasil produknya ke Indonesia. Alat-alat besar dan kenderaan bermotor serta barang elektrik, elektronik dan komputer umumnya mempunyai Sole Agent Importers yang bertugas mengimpor mesin dan suku cadangnya dari negara asalnya.

Ad. 3. Kelompok Promosi

Sebagaimana dimaklumi dewasa ini masalah perdagangan luar negeri sudah merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari masalah ekonomi nasional seluruhnya. Karenanya masalah impor maupun ekspor tidak lagi terbatas menjadi masalah importir maupun eksportir, tapi telah menjadi masalah pemerintah masyarakat umumnya.


(26)

Merosotnya devisa dari minyak bumi telah memaksa kita berpaling kembali pada sumber devisa non migas yang terdiri dari komoditi tradisional, hasil industri dan pariwisata yang memerlukan penjajakan, rintisan dan promosi di luar negeri. Penjajakan, rintisan dan promosi ini tidak saja dilakukan para eksportir tetapi juga badan-badan khusus serta merta oleh perintah sendiri.

Kelompok promosi ini pada umumnya terdiri dari : 23

a) Kantor Perwakilan dari produsen atau eksportir asing dari negara konsumen atau importir

b) Kantor Perwakilan Kamar Dagang dan Industri yang ada di luar negeri maupun yang ada di dalam negeri

c) Misi perdagangan dan pameran dagang internasional (trade fair) yang senatiasa diadakan di pusat perdagangan dunia seperti Jakarta Fair, Tokyo Fair, Leipzig Fair, Hannover Fair, dan sebagainya.

d) Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) suatu instansi yang khusus didirikan Departemen Perdagangan untuk melakukan kegiatan pengembangan dan promosi komoditi Indonesia ke luar negeri, serta badan usaha seperti Indonesia Trade Centre yang didirikan di luar Negeri seperti New York, London, Jeddah dan lain-lain.

e) Kantor Bank Devisa didalam maupun di luar negeri.

f) Atase Perdagangan dan Trade Commisoner ataupun bagian ekonomi dari tiap kedutaan di luar negeri.


(27)

g) Majalah Dagang dan Industri ataupun Trade Directories termasuk lembaga kuning Buku Petunjuk Telepon merupakan sasaran promosi yang lazim pula.

h) Brosur dan leaflet yang dibuat oleh masing-masing pengusaha ekspor termasuk price list yang dikirim dengan cuma-cuma pada setiap peminat.

Ad.4. Kelompok Eksportir

Kalau Importir dengan kata lain disebut pembeli (buyer) maka eksportir lazim pula disebut sebagai penjual (seller) ataupun juga sebagai pensuplai (pemasok) atau supplier

Antara kedua kelompok inilah sesungguhnya terjadi ikatan kontrak perdagangan internasional. Kedua kelompok inilah, importir dan eksportir yang merupakan pelaku utama perdagangan internasional.

Para Eksportir ini pada umumnya terdiri dari : 24 a. Produsen – Eksportir

Para produsen yang sebagian hasil produksinya memang diperuntukkan untuk pasar luar negeri, yang ekspornya diurus sendiri oleh produsen yang bersangkutan. Produsen semacam ini lazim disebut sebagai produsen eksportir.

b. Confirming House

Banyak perusahaan asing mendirikan kantor cabangnya atau bekerja sama dengan warga setempat mendirikan anak perusahaan (sister company) atau

subsidiary company didalam negeri. Kantor cabang atau anak perusahaan


(28)

yang semacam ini bekerja atas perintah dan untuk kepentingan kantor induknya atau untuk kepentingan konsumen di negera asalnya dengan memperoleh komisi ataupun keuntungan. Badan usaha semacam ini disebut dengan Confirming House, atau Export Commission House ataupun Export

Indent House. Kantor cabang atau anak perusahaan asing yang bekerja

semacam ini biasanya melakukan usaha pengumpulan, sortasi, upgrading, dan pengepakan ekspor (export-packing) dari komoditi lokal seperti karet rakyat, singkok-gaplek tapioka, kopi dan sebagainya.

Bila komoditi atau telah siap ekspor (ready for export) maka kantor cabang atau anak perusahaan itupun bertindak sebagai eksportir. Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa Confirming House ini adalah perusahaan lokal (setempat) yang didirikan sesuai dengan perundang-undangan dan hukum setempat tapi bekerja untuk dan atas perintah kantor induknya yang berada diluar negeri. Sebagaimana kita ketahui banyak perusahaan di Indonesia yang mempunyai kantor induk di Singapore, Hongkong maupun Taiwan.

c. Pedagang Ekspor (Export – Merchant)

Pedagang Ekspor atau lazim disebut dengan Export Merchant adalah badan usaha yang diberi izin pemerintah dalam bentuk surat pengakuan Eksportir dan diberi Kartu Angka Pengenal Ekspor (APE) dan diperkenankan melaksanakan Ekspor komoditi yang dicantumkan dalam Surat Pengakuan itu. Bila Confirming House bekerja atas perintah dan untuk kepentingan konsumen yaitu Kantor Induknya sendiri yang ada diluar negeri, maka Export –

Merchant lebih banyak bekerja untuk dan atas kepentingan produsen dalam


(29)

d. Agen Ekspor (Export – Agent)

Bilamana hubungan antara Export – Merchant dengan produsen, tidak hanya sebagai rekanan biasa, tapi sudah meningkat dengan suatu ikatan perjanjian keagenan, maka dalam hal ini Export – Merchant itu juga disebut sebagai

Export – Agent.

e. Wisma Dagang (Trade House)

Bila suatu perusahaan atau eksportir dapat mengembangkan ekspornya tidak lagi terbatas pada suatu atau dua komoditi, tapi sudah aneka komoditi maka eksportir demikian mendapat status sebagai General Exporters atau Eksportir umum. Di Negara yang maju dan yang menerapkan prinsip spesialisasi antara sektor produksi industri dagang seperti korea dan jepang, maka perusahaan ekspor yang mampu mengekspor minimum 5 (lima) jenis komoditi dalam nilai valuta tertentu diberikan fasilitas dan status sebagai general exporters.

Perusahaan yang mempunyai status general exporters dan sekaligus juga mempunyai status general importers inilah yang lazim disebut dengan

Trading House atau Wisma Dagang, jadi Wisma Dagang adalah suatu

perusahaan ekspor – impor yang besar yang dapat mengimpor dan mengekspor aneka komoditi dan mempunyai jaringan pemasaran dan kantor perwakilan di pusat-pusat perdagangan dunia, dan memperoleh fasilitas tertentu dari pemerintah baik dalam bentuk fasilitas Perbankan maupun dalam bidang Perpajakan.

Ad. 5. Kelompok Pendukung.

Seperti telah diuraikan Eksportir dan Importir merupakan pelaksana utama dalam perdagangan internasional, namun disamping itu terdapat pula badan usaha


(30)

lain yang mempunyai peranan yang besar pula dalam menunjang serta menjamin kelancaran pelaksanaan ekspor maupun impor itu secara keseluruhannya. Diantara kelompok-kelompok pendukung ini terdapat :

a. Bank-Bank Devisa

Bank Devisa merupakan kelompok pendukung yang memberikan jasa perkreditan, baik dalam bentuk kredit ekspor maupun uang muka jaminan L/C impor. Disamping itu bank devisa juga sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembukuan L/C impor, penerimaan L/C ekspor, penyampaian dokumen pengapalan maupun dalam negosiasi dokumen pengapalan itu. Bank juga sangat berguna sebagai peneliti keaslian dokumen pengapalan dan dalam verifikasi jenis dan isi masing-masing dokumen pengapalan.

b. Badan Usaha Transportasi

Dengan berkembangnya ekspor dan juga dengan perombakan dalam bidang angkutan baik di darat laut maupun udara, khususnya dengan munculnya perpetikemasan, maka muncul usaha jasa baru dalam transportasi yang lazim dikenal dengan nama Freight Forwarder atau forwarding agent. Tugas feight fowarder ini lebih luas dari tugas EMKL, EMKU, atau EMKA (Ekspedisi Muatan Kapal Laut/Udara/Kereta Api) yang kita kenal tugas ini dapat meliputi mulai dari pengumpulan muatan, menyelenggarakan pengepakan sampai membukukan muatan aneka wahana yang biasa diperdagangkan.

c. Maskapai Pelayaran

Perusahaan pelayaran masih memegang hegemoni dalam bidang angkutan internasional sekalipun angkutan melalui udara dan darat cukup berkembang


(31)

pula baik dalam jasa angkutan penumpang maupun barang. Hambatan dalam bidang angkutan ini akan sangat mempengaruhi perdagangan internasional. d. Maskapai Asuransi

Resiko atas barang baik di darat maupun di laut tak mungkin dipukul sendiri oleh para eksportir maupun importir. Dalam hal ini maskapai asuransi memegang peranan yang tidak dapat diabaikan dalam merumuskan persyaratan kontrak perdagangan internasional yang dapat menjamin resiko yang terkecil dalam tiap transaksi itu.

e. Kantor Perwakilan / Kedutaan,

Selain untuk membantu promosi, kantor Kedutaan diluar negeri dapat pula mengeluarkan dokumen legalitas seperti Consuler – Invoice yang berfungsi mengecek dan mensahkan pengapalan suatu barang dan negara tertentu.

f. Surveyor.

Sebagaimana dimaklumi pada umumnya eksportir dan importir berada dalam jarang yang berjauhan dalam arti geografis sehingga bonafiditas dan integritas masing-masing kurang dapat diketahui. Karena itu diperlukan pihak ketiga yang netral dan objektif dapat memberikan kesaksian atau mutu, jenis, kuantum, keaslian, kondisi harga dan tarif bea dari komoditi atau produk yang diperdagangkan. Dalam hal ini dapat dijalankan oleh badan usaha / juru periksa atau juru timbang yang disumpah dalam perdagangan internasional. Dewasa ini dapat dilihat bahwa juru periksa ini tidak saja penting mengecek bonfiditas eksportir maupun importir bahkan pemerintah telah memanfaatkan pula juru periksa ini untuk mengamankan bea masuk impor maupun Sertifikat


(32)

Ekspor dengan diperlakukannya ketentuan LKP (Laporan Kebenaran Pemeriksaan) untuk ekspor maupun impor.

g. Pabean

Pabean sebagai alat pemerintah bertindak sebaga penjaga gawang lalu lintas komoditi internasional, disamping mengamankan pemasukan keuangan negara bagi kepentingan APBN juga membantu eksportir dan importir dalam memperlancar arus barang dan penumpang dan tidak sebaliknya.

C. Dokumen - Dokumen Dalam Kegiatan Ekspor – Impor

Aspek lain dari perdagangan internasional tersebut yang sama pentingnya adalah dokumen-dokumen yang diisyaratkan. Dalam hal ini penulis membatasi pembahasan mengenai dokumen-dokumen yang terdapat dalam sistem ekspor impor yang diisyaratkan pada Letter of Credit (L/C) karena hal inilah yang umumnya dilakukan oleh eksportir dan importir. Tanpa dokumen tersebut seorang eksportir tidak akan memperoleh pembayaran dan bank yang menegosier Letter of

Credit (L/C) tersebut.

Dokumen tersebut bukan hanya penting eksportir tetapi juga importir maupun bank, atau dengan kata lain dokumen tersebut penting bagi semua pihak yang terlibat dalam pembukaan Letter of Credit (L/C) yang bersangkutan. Jadi

Letter of Credit (L/C) tersebut harus secara khusus menyatakan

dokumen-dokumen yang diisyaratkan.

Adapun dokumen-dokumen tersebut yakni : 1. Dokumen Penting : 25


(33)

a. Dokumen-dokumen pengangkutan.

1) Bill of Lading 2) Air Waybill

3) Railway Consignment Note

b. Invoice (Faktur)

1) Proforma Invoice

2) Commercial Invoice

3) Consuler Invoice

c. Dokumen Asuransi

1) Insurance Police 2) Insurance Certificate

3) Cover Note

2. Dokumen Tambahan : 26

a. Packing List

b. Certificate of Origin c. Certificate of Inspection d. Certificate of Quality

e. Manufacturer’s Quality Certificate f. Certificate of Analysis

g. Weight Certificate (Weight Note / List)

h. Measurement List

i. Sanitary, Health dan Veterinary Certificate

j. Draft / Bill of Exchange (Wesel)


(34)

k. Dokumen lain-lain.

Berikut ini akan dijelaskan pengertian dan fungsi dari masing-masing dokumen dalam perdagangan internasional

Ad. 1. Dokumen Penting

Yang dimaksud dengan dokumen penting adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Badan Pelaksana Utama Perdagangan Internasional yang berfungsi sebagai alat pembuktian realisasi suatu transaksi.

Yang termasuk dalam dokumen ini yaitu : 27

1) Bill of Lading (B/L)

a. Dokumen-Dokumen Pengangkutan, terdiri dari :

“Bill of Lading adalah tanda terima barang yang telah dimuat di dalam kapal laut, yang juga merupakan documents of title yang berarti sebagai bukti atas pemilikan barang, dan disamping itu merupakan bukti dari adanya perjanjian pengangkutan barang-barang melalui laut”

Bill of Lading (konosemen) merupakan dokumen pengapalan yang paling

penting karena mempunyai sifat jaminan atau pengamanan.

Adapaun pihak-pihak yang tercantum dalam Bill of Lading (B/L) adalah :

- Shipper yaitu pemilik kapal yang dalam banyak hal merupakan

pengirim L/C (beneficiary).

- Consignee, yaitu pihak yang merupakan penerima barang dimana

kepadanya akan diberlakukan tentang saat tibanya barang.


(35)

- Carrier yaitu perusahaan pelayaran yang berhubungan dengan

perusahaan tersebut.

- Notify Party dalam hal ini ditetapkan siapa saja yang terdapat dalam

L/C tersebut.

Fungsi-fungsi Bill of Lading (B/L) Bill of Lading (B/L) mempunyai 3 (tiga) fungsi yakni : 28

- Received for shipment Bill of Lading

- sebagai tanda penerimaan (kuitansi) barang-barang yang diterima oleh pengangkut (carrier) dan pengirim barang (shipper) ke suatu tempat tujuan tertentu dan selanjutnya barang-barang tersebut diserahkan kepada pihak penerima (consignee)

- Sebagai bukti kepemilikan atas barang, Bill of Lading menunjukkan hak pemilikan atas barang-barang dan tanpa bill of lading tersebut seseorang atau orang lain yang ditunjuk tidak dapat menerima barang-barang yang disebutkannya di dalam B/L yang bersangkutan dari perusahaan pelayaran.

- Sebagai bukti adanya perjanjian pengangkutan dan penyerahan barang-barang antara pihak pengangkut dengan pengiriman.

Jenis-Jenis pernyataan Bill of Lading (B/L)

Adapun jenis-jenis dari pernyataan Bill of Lading ini adalah :

Merupakan jenis Bill of Lading (B/L) yang dikeluarkan untuk barang-barang yang akan dimuat ke atas kapal

- Shippen on Board Bill of Lading


(36)

Merupakan jenis Bill of Lading yang dikeluarkan untuk barang-barang yang sudah dimuat ke atas kapal tertentu.

Jenis dokumen Bill of Lading ini sangat penting karena itu setelah dokumen ini diterima dari suatu perusahaan pelayaran, ia harus diperiksa dan diteliti dengan cermat.

2) Airway Bill

Merupakan tanda penerimaan barang yang dikirim melalui udara untuk barang dan alamat yang tertentu.

Perlu diperhatikan bahwa airway bill ini bukan merupakan dokumen kepemilikian seperti Bill of Lading pada umumnya sehingga Airway Bill ini ditujukan kepada penerima tertentu atau bank koresponden yang telah disepakati.

Dalam pemeriksaan airway bill ini, harus diperhatikan mengenai : 29

- Nama dan alamat pengirim/penjual dan penerima/pembeli serta nama barang yang bersangkutan. Hal ini tidak perlu terlalu terperinci seperti jenis Bill of Lading lainnya.

- Dalam Airway Bill harus ada tercantum pernyataan ‘tanda terima barang untuk dikirim ke tempat tujuan’ oleh maskapai penerbangan bersangkutan dengan mencantumkan pula tanggal penerbitan, nama kota serta tanda tangan pejabat yang berwenang dan stempel perusahaan.

Jadi Airway Bill ini hanya terdapat dalam L/C dimana pengangkutan barang-barang tersebut dilakukan melalui udara.


(37)

3) Railway Consignment Note

Hanya terdapat pada pengangkutan barang-barang dengan kereta api. Dikenal juga dengan istilah ”Surat Angkutan Kereta Api”.

Pada dokumen ini dicantumkan juga nama stasiun pemberangkatan, kota tujuan, nama dan alamat eksportir. Dokumen ini harus dicap dengan nama stasiun kereta api yang bersangkutan.

Setelah barang tersebut sampai di tempat tujuan. Maka barang-barang itu akan diserahkan kepada penerima (consignee) atas permohonan dari yang bersangkutan dan dibuktikan oleh pejabat-pejabat perusahaan kereta api di tempat tujuan.

b. Invoice (Faktur)

Invoice (Faktur) adalah suatu dokumen yang penting dalam perdagangan

sebab dengan data-data dalam invoice ini dapat diketahui berapa jumlah wesel yang akan ditarik, jumlah penutupan asuransi dan penyelesaian segala macam bea masuk.30

1) Proforma Invoice

Invoice ini dikeluarkan oleh eksportir untuk importir. Pada umumnya dokumen ini berisi tentang :

- Jumlah Barang (Quantity)

- Perhitungan pembayaran (Payment Breakdown) - Harga satuan (Unit Price)

- Harga total (Total Price)

Invoice (Faktur) terdiri atas beberapa bentuk, yaitu :


(38)

Proforma Invoice ini merupakan tawaran kepada pembeli untuk

menempatkan pesanannya yang pasti, yang biasanya berisi syarat-syarat jual-beli dan harga barang sehingga setelah adanya persetujuan dari pembeli maka akan ada kontrak yang pasti yang sesuai dengan ketentuan dalam proforma invoice

Proforma Invoice ini biasanya digunakan apabila :

- pembayaran atas harga barang dilakukan sebelum pengapalan

- Barang-barang diekspor sebelum adanya kontrak perdagangan yang pasti, jadi proforma invoice ini memberikan keterangan dimana barang-barang itu ditempatkan.

- Digunakan sebagai data penumpang dan sarana pendukung dalam suatu tender.

2) Commercial Invoice

Istilah lain yang sering digunakan dalam masyarakat adalah ”Invoice”.

Commercial invoice ini bukan hanya merupakan tawaran seperti halnya

proforma invoice tetapi merupakan nota perincian tentang jenis barang, harga barang dan keterangan-keterangan lain yang berhubungan dengan barang tersebut.

Commercial Invoice ini dibuat oleh penjual (eksportir) yang ditujukan

kepada pembeli (importir) yang sesuai dengan yang tercantum pada L/C. Dalam Commercial Invoice dapat terjadi perincian harga barang-barang yang tercantum bukan merupakan harga yang ditawarkan. Hal ini dimungkinkan apabila telah ada kesepakatan bahwa eksportir akan


(39)

membayar ongkos tambahan pengapalan dan eksportir akan menagih kepada pembeli sebesar jumlah yang sebenarnya.

3) Consular Invoice

Adalah suatu invoice yang dikeluarkan olehm instansi-instansi resmi yakni kedutaan dan konsulat.

Ketentuan mengenai consular invoice ini berbeda-beda disetiap negara, ada yang menentukan bahwa Consular Invoice ini tidak mutlak diperlukan tetapi ada juga yang menentukan bahwa Consular Invoice ini harus ada. Perlunya Consular Invoice ini antara lain untuk memeriksa harga jual barang dibandingkan dengan harga pasar.

c. Dokumen Asuransi

Mengenai Asuransi ini ada diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dimana pasal 245 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, memberikan pengertian Asuransi sebagai berikut : 31

31 R. Subekti & R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang

Kepailitan, Cetakan keduapuluh, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1991, hal. 74.

”Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti.”

Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa : ”Dokumen Asuransi adalah surat bukti pertanggungan yang dikeluarkan oleh maskapai asuransi atas permintaan Eksportir maupun Imsportir untuk menjamin keselamatan atas barang yang dikirim dari aneka bencana dan kerusakan, dengan membayar premi”


(40)

- atas nama pengasuransi

- atas order bank (Banker’s Clause) - atas nama pembawa

Adapun dokumen asuransi terdiri atas beberapa bentuk yakni : 32 1) Insurance Policy

Adalah merupakan bukti kontrak asuransi barang-barang yang akan diangkut dengan kapal atas nama si tertanggung membayar premi

2) Insurance Certificate

Dokument asuransi yang merupakan surat keterangan yang menerangkan bahwa terhadap barang-barang tertentu yang diangkut telah dilakukan penutupan transaksi

3) Cover Note

Merupakan pemberitahuan dari sebuah perusahaan asuransi yang menyatakan bahwa suatu telah ditutup menunggu hingga suatu sertifikat asuransi dikeluarkan.

Ad.2 Dokumen Tambahan

Yang dimaksud dengan dokumen tambahan adalah dokumen yang dikeluarkan untuk memperkuat dan menunjang keterangan yang terdapat dalam dokumen penting.

Yang termasuk dalam dokumen tambahan ini adalah : 33

a. Packing List

Istilah lain yang dikenal yaitu daftar pengepakan. Maksudnya adalah dokumen yang merupakan daftar perincian barang-barang yang dipakai

32 Roselyn Hutabarat, Op. Cit., hal. 105 – 108. 33 Ibid., hal. 111 – 147.


(41)

mengenai jenis dan jumlah satuan dari barang yang terdapat dalam tiap peti atau total keseluruhannya sama dengan yang terdapat dalam invoice (faktur perdagangan)

b. Certificate of Origin

Merupakan surat pernyataan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang yang ditandatangani untuk membuktikan / menerangkan negara asal suatu barang.

Instansi yang berwenang ini misalnya : Departemen perdagangan, Kantor Dagang, Bea Cukai, dan sebagainya.

c. Certificate of Inspection

Adalah surat keterangan tentang keadaan barang (mengenai mutu barang, jenis, harga dan lain keterangan yang dibutuhkan). Yang dikeluarkan atas permintaan eksportir atau instansi lain yang membutuhkan. Pentingnya

certificate of inspection ini adalah untuk menilai secara menyeluruh suatu

barang dalam suatu transaksi.

Semakin kurang dikenal suatu bonafiditas dan integritas seorang rekanan, semakin penting, artinya kedudukan certificate of inspection. Begitu juga untuk transaksi perdagangan yang besar dan proyek tangkap.

d. Certificate of Quality

Dokumen ini umumnya dibuat oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Industri atau sejenisnya yang disahkan oleh Pemerintah suatu negara untuk memeriksa mutu barang-barang / mata dagangan ekspor. Keterangan yang dibuat berkaitan dengan hasil analisa barang-barang tersebut di


(42)

laboratorium. Dokumen ini disiapkan dalam L/C hanya apabila L/C mensyaratkannya.

Dalam hubungan ini ada peraturan tertentu yang berlaku khusus di Indonesia dalam usaha melaksanakan standarisasi dan pengendalian mutu untuk mata dagangan ekspor.

e. Manufacturer’s Quality Certification

Yang dimaksud dengan Manufacturer’s Quality Certification adalah surat pernyataan yang dibuat oleh produsen yang menyatakan bahwa barang-barang tersebut adalah hasil produksinya yang membawa merek dagangannya (Trade Mark) Manufacturer’s Quality Certification penting artinya sebagai bukti keaslian dari jaminan mutu atas barang, yang dikaitkan dengan nama baik dari produsen itu dalam pasaran iternasional yang juga menyangkut masalah Paten, Trade Mark dan Lisensi. Dokumen ini lazimnya dibuat oleh pabrik pembuat barang yang diekspor atau supplier yang menguraikan mutu dan barang-barang tersebut.

f. Certificate of Analysis

Dokumen ini menerangkan bahan-bahan dan proporsi bahan yang terdapat dalam barang-barang tertentu yang diharuskan pemeriksaannya. Penelitan tersebut dilakukan oleh badan analisa bahan-bahan kimia atau obat-obatan yang berdiri sendiri.

Dokumen ini hanya diperlukan syarat L/C mengharuskannya melihat pada jenis barang.


(43)

Dokumen ini merupakan suatu pernyataan (catatan) yang berisi perincian lengkap mengenai jenis dan jumlah satuan dan barang yang terdapat dalam tiap peti atau tiap kemasan yang biasanya menyebutkan berat kotor dan berat bersih dari tiap kemasan itu dan dihimpun menjadi suatu daftar yang total keseluruhannya sama dengan total berat bersih dari total berat kotor yang tercantum dalam faktur perdagangan.

Dokumen ini dikeluarkan oleh badan yang disahkan oleh pemerintah yang tugasnya memeriksa ukuran / berat barang secara tepat. Namun dokumen ini dapat juga dibuat oleh eksportir sendiri kecuali syarat L/C melarang.

h. Measurement List (Daftar Ukuran)

Yang dimaksud dengan Measurement List adalah daftar yang berisi ukuran dan takaran dari tiap peti atau tiap kemasan yang biasanya menyebutkan volume dari tiap kemasan tersebut. Ukuran-ukuran dalam dokumen ini haruslah sama dengan syrat-syarat yang dicantumkan dalam L/C. Volume pengepakan setiap barang tersebut diperlukan antara lain untuk menghitung ongkos angkut atau untuk keperluan persiapan barang-barang.

i. Sanitary, Health and Veterinary Certificate

Dokumen ini diperlukan untuk menyatakan bahwa bahan ekspor, tanaman-tanaman atau bagian-bagian dari hasil-hasil tanaman-tanaman telah diperiksa dan telah bebas dari nama-nama penyakit, dalam hal kaitan dengan produksi-produksi laut, tulang hewan dan ternak. pernyataan bebas dari nama penyakit diberikan dalam bentuk surat keterangan ”Veterinary Certificate” dan atau ”Health Certificate”


(44)

Tingkat kebersihan/kebusukan serta kesehatan serta aspek-aspek lainnya dari barang-barang tersebut dijelaskan dalam dokumen ini. Dokumen jenis ini hanya diperlukan apabila L/C mensyaratkannya dan disesuaikan dengan barang-barang/benda yang dikapalkan. Dokumen ini dikeluarkan oleh jawatan resmi yang ditunjuk pemerintah negara-negara setempat. j. Draft / Bill of Exchange (Wesel)

Dokumen ini dikenal juga dengan nama Wesel yang memegang pernan penting dalam pembiayaan transaksi Ekspor-Impor.

Wesel ini lazimnya selalu disertakan ke dalam dokumen-dokumen pengapalan agar eksportir dapat memperoleh pembayaran dan negosiasi bank.

Wesel adalah alat pembayaran yang merupakan perintah yang tidak bersyarat dalam bentuk tertulis, yang ditujukan oleh seseorang kepada orang lain, ditandatangani oleh orang yang dialamatkan atau si tertarik (drawer) untuk membayar pada saat diminta atau pada suatu waktu tertentu di kemudian hari, sejumlah uang kepada orang tertentu atau yang ditunjuk oleh orang tertentu tersebut atau kepada pemegang wesel tersebut k. Dokumen lain-lain

Telah dijelaskan berbagai jenis dokumen-dokumen pengapalan yang tergantung pada jenis dan kondisi barang ekspor yang bersangkutan penggunaannya dapat dipilih untuk dicantumkan sebagai persyaratan-persyaratan sebuah L/C


(45)

Selanjutnya ada beberapa tambahan dokumen walaupun bukan dokumen pengapalan tetapi sering diperlukan untuk kelancaran penerimaan barang-barang yang dikapalkan tersebut di tempat importir dan atau eksportir Dokumen-dokumen dimaksud adalah : 34

1) Freight Forwarder’s Receipt

Eksportir dan Importir yang menggunakan jasa-jasa Freight

Forwarder Receipt atau Forwarding Agent’s Receipt sebagai ganti

penyerahan barang-barangnya. Tanda terima tersebut fungsinya tidak lebih dari pada tanda penerimaan barang-barang dan biasanya merupakan kontrak pengangkutan atau tanda pemilikan barang-barang selama dalam pengawasan maskapai pelayaran.

2) Delivery Order

Dokumen ini dikeluarkan antara lain oleh bank sebagai perintah (order) kepada gudang yang menguasakannya untuk menyerahkan barang-barang yang disimpan digudang tersebut atau nama bank kepada yang memegang atau pihak yang disebut dalam Delivery

Order.

Biasanya Delivery Order tersebut dikeluarkan oleh bank pada saat barang-barang dimasukkan dalam gudang dan diserahkan kepada pembeli (importir) atau dikapalkan kembali

Delivery Order dapat juga berfungsi sebagai surat jalan yang

dikeluarkan Bea Cukai untuk mengeluarkan barang dari pelabuhan.

3) Warehouse Receipt


(46)

Tanda terima yang dikeluarkan oleh sebuah gudang atas penerimaan barang-barang disebut ”Warehouse Receipt”

Adakalanya bank terpaksa menyimpan barang-barang impor yang tidak jadi ditebus importir didalam gudang.

4) Trust Receipt

Suatu dokumen atau instrumen yang digunakan oleh seorang importir untuk mendapatkan atau memiliki dokumen-dokumen pengapalan sebuah L/C agar importir tersebut dapat menjual barang-barang yang bersangkutan sebelum membayar / menebus dokumen dokumen pengapalan tersebut kepada bank

Dengan menandatangani dokumen tersebut importir mengikatkan diri kepada bank tersebut untuk memperoleh hasil penjualan barang barang guna melunasi pembayaran dokumen dokumen pengapalan tersebut kepada bank, selama barang belum laku maka hak atas barang masih tetap dimiliki oleh bank.

Jadi dari penjelasan tersebut diatas dapat kita lihat bahwa tidak semua dokumen dokumen tersebut terdapat atau disyaratkan dalam suatu L/C tergantung dan diperlukan atau tidaknya dokumen tersebut dalam perdagangan internasional yang dilakukan antara importir dan eksportir

Oleh karena itu transaksi L/C adalah transaksi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan barang-barang yang dikapalkan.


(47)

D. Syarat-syarat menjadi Eksportir dan Importir.

Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu bahwa dalam perdagangan internasional ada beberapa kelompok pelaksana yang tercakup dalam perdagangan tersebut dan diantara kelompok ini terdapat kelompok eksportir dan importir

Importir adalah perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Untuk menjadi eksportir maupun importir ini ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi guna kelancaran perdagangan tersebut. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi antara lain : 35

1. Harus merupakan badan hukum (PT, CV, FA, PN, PERUM dan

sebagainya)

2. Eksportir harus memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau mendapat izin usaha dari Depertemen Teknis / Lembaga Pemerintah non Departemen atau merupakan Eksportir Terdaftar (ET) bagi eksportir yang telah memperoleh pengalaman sebagai Eksportir Terdaftar

3. Importir harus memiliki Angka Pengenal Importir Sementara (APIS) atau Angka Pengenal Importir (API) dan Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT)

Patut dicatat bahwa kemudahan persyaratan bagi eksportir tersebut di atas yang hanya memerlukan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagai penggantti Angka Pengenal Eksportir Sementara (APES) atau Angka


(48)

Pengenal Eksportir (APE) atau Angka Pengenal Eksportir Terbatas (APET) adalah dalam rangka usaha disregulasi untuk peningkatan usaha Ekspor

Dengan Demikian setiap orang dapat melakukan kegiatan ekspor asal ada Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), kecuali untuk barang-barang yang kena kuota antara lain tekstil dan kopi.

Khusus dalam impor untuk mendapatkan Angka Pengenal Importir (API) atau Angka Pengenal Importir Sementara (APIS), perusahaan harus mengajukan permohonan dengan mengisi Daftar Isian Permohonan pada Kantor Wilayah Departemen Perdagangan Persyaratan untuk memperoleh Angka Pengenal Importir Sementara (APIS) tersebut adalah :

• Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Perusahaan Besar dan Menengah

• Memiliki kemampuan dan keahlian yang lazim diperlukan untuk melaksanakan perdagangan impor

• Memiliki referensi bank devisa

Selanjutnya, persyaratan yang harus dipenuhi pemilik APIS untuk memperoleh API adalah :

• Telah melaksanakan impor sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dan telah mencapai nilai US $ 100.000

• Tidak pernah membatalkan / ingkar kontrak impor kecuali karena keadaan memaksa yang diluar kemampuan (Force Majeur)

Jadi dengan demikian persyaratan-persyaratan tersebut diatas haruslah dipenuhi oleh seorang eksportir maupun importir


(49)

BAB III

PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Mengenai Pelaksanaan Ekspor Impor

Dewasa ini hampir tidak ada lagi suatu negara didunia yang dapat memenuhi kebutuhannya dari hasil produksi negaranya sendiri. Baik negara kecil ataupun nagara besar, negara yang perekonomiannya sudah maju ataupun masih terbelakang, secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka dari itu antara negara-negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap neara tersebut.

Transakasi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih dari membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat tinggal atau berdomisili dinegara-negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara para pengusaha yang mempunyai bahasa, kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda.

Pengaruh keseluruhan dari perdagangan ekspor impor ini adalah untuk memberikan keutungan bagi negara-nagara yang mengimpor dan mengekspor. Transaksi ekspor impor secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dari negara-nagara yang terlibat di dalamya. Bagi perekonomian negara berkembang seperti Indonesia, transaksi ekspor impor merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang paling penting. Dalam situasi perekonomian dunia yang


(50)

masih belum terlalu menggembirakan saat ini. berbagai usaha telah dilakukan pemerintah Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan sumber-sumber devisa lain dengan cara meningkatkan produksi dalam negeri dan menarik investor asing keIndonesia.

Untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan, pemerintah merasa perlu untuk mengambil kebijaksanaan serta tindakan dengan jalan menyerderhanakan ketentuan-ketentuan yang menyangkut kegiatan di bidang lalu-lintas devisa dan ekspor impor. Penyederhanaan ketentuan-ketentuan itu antara lain mengenai:

1. Syarat-syarat sebagai eksportir 2. Syarat-syarat sebagai importir 3. Pajak ekspor

4. Pajak impor

5. Kebijaksanaan tentang devisa 6. Kredit ekspor dan jaminan ekspor 7. Tata niaga barang ekspor

8. Tata niaga barang impor 21

Penyederhanaan tersebut pada umumnya menitikberatkan pada penggunaan devisa dengan tanpa mengurangi pengawasan untuk mencegah hal-hal yang tidak diharapkan. Kebijaksanaan pemerintah tersebut perlu mendapat dukungan dari pihak-pihak yang bersangkutan dalam pelaksanaan ekspor impor. Jadi hendaknya para pengusaha dapat memanfaatkan kesempatan dan kelonggaran-kelonggaran yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut dengan

21 Alfred Hutauruk. 1983. Sistem dan Pelaksanaan Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa di


(51)

sebaik-baiknya, dan para pengusaha diharapkan tidak menyalahgunakan kesempatan dan kelonggaran-kelonggaran tersebut untuk tujuan yang hanya menguntungkan pribadi dan merugikan perekonomian negara Indonesia.

Untuk memberi gambaran yang lebih jelas, maka penulis akan mengemukakan beberapa kebijaksanaan pemerintah yang berhubungan dengan lalu-lintas devisa dan ekspor impor, yang tertuang dalam beberapa peraturan pemerintah dan peraturan pelaksanaannya.

B. Dasar Hukum Kebijaksanaan Ekspor – Impor (PAKNO 1988)

Pembangunan nasional telah menghasilkan perkembangan yang pesat dalam kehidupan nasional khususnya dibidang perekonomian. Dalam hal ekspor-impor di Indonesia telah berlaku beberapa peraturan-peraturan paket kebijakan, instruksi presiden Undang-undang maupun peraturan lainnya yang bersangkutan yang mengatur masalah ekspor-impor. Dimana diberlakukannya ketentuan-ketentuan dalam peraturan tersebut akan mempengaruhi pelaksanaan ekspor-impor tersebut.

Peraturan yang berlaku yang mengatur masalah ekspor-impor antara lain yaitu

B.1. Paket Kebijakan 21 November 1988 (PAKNO 1988)

Telah mengatur tentang serangkaian langkah-langkah kebijaksanaan sebagai berikut : 36

a. Penyempurnaan Tata Niaga Impor

36 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Paket Kebijakan 21 November 1988, Departemen


(52)

Berdasarkan paket kebijaksanaan bidang indsutri Perdagangan dan Perhubungan Laut tanggal 21 November 1988 (PAKNO 1988) bahwa pengaturan Impor melalui perlindungan bukan tarif diganti menjadi perlindungan melalui penetapan tarif Bea Masuk dan Bea Masuk Tambahan.

Dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 375/Kp/XI/1988 yang mengubah dan menambah keputusan Menteri Perdagangan Nomor 333?Kp/XII/1987 tanggal 27 Desember 1987 tentang Penyederhanaan Tata Niaga Impor Barang, telah ditetapkan berbagai penyempurnaan dalam tata niaga berbagai kelompok komoditi impor sebagai berikut :

• Kelompok barang-barang impor yang diubah pengaturannya meliputi : 1) Kelompok kimia seperti :

- Plastik - Pupuk - Kosmetika

2) Beberapa produksi industri besi baja 3) Industri makanan dan minuman 4) Industri tekstil

5) Hasil-hasil pertanian serta produk industri pengolahan hasil pertanian.

Untuk lebih meningkatkan kegiatan perekonomian nasional seperti yang telah disebutkan diatas maka tata niaga impor ditetapkan sebagai berikut :


(53)

- importir produsen (IP) yaitu semua produsen yang mendapat izin perdagangan terbatas untuk mengimpor sendiri barang-barang yang diperlukan dalam proses produksinya termasuk jenis barang yang diizinkan diimpor oleh importir umum plus ke dalam wilayah pabean Indonesia

- Importir umum plus (IU+) yaitu semua importir yang mendapat izin perdagangan umum dan memenuhi syarat tertentu yang telah ditetapkan

- Importir Umum (IU) yaitu semua importir yang mendapatkan izin perdagangan umum untuk mengimpor barang ke dalam wilayah pabean indonesia

- Importir Terdaftar (IT) yaitu semua importir yang mendapat izin perdagangan umum untuk mengimpor barang ke dalam wilayah pabean Indonesia dengan tugas khusus untuk mengimpor barang tertentu yang diarahkan oleh pemerintah.

- Produsen Importir (PI) yaitu semua produsen yang mendapat izin perdagangan khusus untuk mengimpor sendiri barang-barang yang sejenis dengan yang dihasilkannya ke dalam wilayah pabean indonesia

- Agen Tunggal (AT) yaitu semua perusahaan yang mendapatkan izin perdagangan umum dan diakui sebagai agen tunggal oleh pemerintah

b. Deregulasi di bidang Perdagangan Industri dan Pertanian 1) Peningkatan Bonafiditas Importir


(54)

Para Importir pemegang Angka Pengenal Importir (API) sebgian besar selama ini memang melaksanakan tugas-tugasnya dengan cukup baik namun disana-sini masih terdapat beberapa Importir yang menjalankan perdagangan importir dengan cara-cara yang dapat menimbulkan kerugian terhadap para konsumen sehingga untuk itu dianggap perlu pengaturan lebih lanjut untuk menertibkan para importir ini dengan tujuan melindungi pula para konsumen

Untuk itu dikeluarkanlah oleh Menteri Perdagangan Surat Keputusan Nomor 374/Kp/XI/1988 dimana diatur bahwa para Importir Umum diwajibkan untuk mendaftar kembali sehingga mereka terseleksi menjadi Importir Umum Plus (IU+). Importir Umum Yang dikategorikan Importir Umum Plus adalah apabila :

- Memiliki Angka Pengenal Importir (API) - Merupakan pembayar pajak yang baik

- Tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

2) Memperluas berlakunya Angka Pengenal Impor (API) dan Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT) bagi perusahaan produksi.

Dalam rangka meningkatkan peranan kemampuan usaha serta kepastian berusaha perusahaan perdagangan impor, maka berdasarkan SK Menteri Perdagangan Nomor 373/Kp/XI/1988 dan Nomor 376/Kp/XI/1988 maka Angka Pengenal Impor (API) yang selama ini wajib dimiliki importir hanya berlaku selama lima tahun dan hanya dapat digunakan untuk melakukan impor disempurnakan menjadi berlaku sepanjang perusahaan


(55)

masih melakukan usaha sebagai importir dan berlaku diseluruh wilayah Indonesia. Dan untuk Angka Pengenal Importir Terbatas yang memiliki perusahaan produksi baik dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sehingga berlaku sepanjang perusahaan masih melakukan usaha sebagai produsen dan berlaku diseluruh wilayah Indonesia

3) Memperluas berlakunya Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Untuk penyederhanaan perizinan perdagangan dan memberikan kemudahan bagi perusahaan maka ditetapkan bahwa :

- Surat Izin Usaha Perdagangan berlaku selama perusahaan masih menjalankan kegiatannya

- Surat Izin Usaha Perdagangan diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku untuk melakukan kegiatan perdagangan dalam negeri maupun ekspor diseluruh wilayah Indonesia

4) Penjualan Produksi bagi Perusahaan Patungan (PMA)

Dalam rangka peningkatan usaha dan kesempatan kerja dan lebih mendorong elancaran arus barang pemerintah memberikan kemudahan bagi perusahaan patungan untuk memasukkan hasil produksinya.

Sehingga perusahaan patungan yang selama ini banyak dibenarkan untuk memasarkan hasil-hasil produksinya melalui perusahaan penyalur nasional diberikan kemudahan untuk memasarkan hasil-hasil produksi tersebut melalui perusahaan penyalur nasional atau melalui perusahaan patungan yang dibentuknya untuk melakukan distribusi dimana perusahaan patungan dibidang distribusi ini diizinkan melakukan penyaluran kepada


(56)

pengecer. Dengan demikian, penyaluran pada tingkat pengecer hanya boleh dilakukan oleh perusahaan nasional

5) Peningkatan daya saing hasil-hasil produksi dalam negeri baik dalam pasar ekspor maupun dalam pasar dalam negeri melalui penetapan tarif Bea Masuk Tambahan

Dalam hal ini dilakukan penyesuaian yang bertujuan untuk memberikan perlindungan yang wajar pada produsen dalam negeri dalam rangka menekan biaya-biaya impor bahan baku, bahan pendukung serta masukan lainnya bagi industri ekspor

Dengan demikian, kemampuan produsen untuk menyediakan barang-barang dengan harga yang lebih bersaing di pasaran dalam negeri dan pasaran internasional dapat makin ditingkatkan

c. Pemberian Kemudahan pada Produksi untuk Ekspor

Untuk memperlancar produksi dan kegiatan ekspor diadakan pembebasan Bea Masuk serta penanggulangan PPN dan PPh atas impor alat-alat produksi khususnya acuan dan bentukan tertentu yang digunakan dalam proses produksi serta wadah / kemasan yang digunakan pada produksi untuk ekspor

d. Deregulasi di bidang Perhubungan Laut

Untuk menjamin kelancaran arus bahan baku, bahan setengah jadi maupun produksi hasil akhir, maka perkembangan usaha pelayanan nasional didorong untuk maju

Setelah Paket Kebijakan 21 November 1988 (PAKNO 1988) pemerintah terus berusaha meningkatkan kegiatan dan ketahanan ekonomi


(57)

perdagangan internasional khususnya peningkatan ekspor non migas. Dan untuk mendapatkan Paket Kebijakan 21 November 1988 (PAKNO 1988), Pemerintah mengambil serangkaian langkah-langkah deregulasi ekonomi yang bertujuan untuk lebih meningkatkan lagi daya saing ekonomi Indonesia dalam menghadapi globalisasi ekonomi sekaligus langkah-langkah tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa pemerintah Indonesia tetap melaksanakan kesepakatan WTO (World Trade Organization), AFTA

(ASEAN Free Trade Area), dan APEC (Asia – Pacific Economic Cooperation) secara konsisten.

B.2. Paket Kebijaksanaan 4 Juni 1996 (PAKJUN 1996) Langkah-langkah deregulasi mencakup antara lain bidang : 37

1) Kelanjutan Penjadwalan Penurunan Tarif Bea Masuk a. Bidang Impor

Untuk menambah kepastian bagi dunia usaha dalam menentukan rencana investasi dan rencana produksinya maka ditetapkanlah penjadwalan penurunan Tarif Bea Masuk sampai dengan tahun 2003 yakni sebagai berikut : (a) Untuk kelompok sasaran setinggi-tingginya 5% tahun 2000

- Pada tahun 1997 dan tahun 1999 tarifnya dikurangi dengan 5% kecuali tarifnya sudah 5%

- Pada tahun 1996, 1998 dan 2000 tidak ada perubahan tarif. (b) Untuk kelompok sasaran setinggi-tinggnya 10% tahun 2000.

37 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Paket Kebijakan 4 Juni 1996, Departemen Keuangan


(58)

- Pada tahun 1996, 1998, 2000 dan tahun 2002 tarifnya dikurangi dengan 10% kecuali tarifnya sudah 10%

- Pada tahun 1997, 1998, 2001 dan 2003 tidak ada perubahan tarif. Dikecualikan dari penjadwalan penurunan tarif bea masuk tersebut adalah :

(a) Penurunan tarif atas beberapa produk pertanian tertentu, karena diatur tersendiri sesuai dengan komitmen Indonesia pada GATT (General

Agreement on Tariffs and Trade) / WTO (World Trade Organization)

(b) Penurunan tarif atas beberapa produk otomotif karena diatur tersendiri (c) Penurunan tarif atas beberapa produk kimia, bahan plastik dan logam,

karena diatur tersendiri dan secara bertahap diturunkan menjadi setinggi-tingginya 10% pada tahun 2003

(d) Tarif produk alkohol sulingan dan minuman yang mengandung alkohol tidak diturunkan.

2) Perubahan Tarif Bea Masuk Barang Modal

Pada dasarnya terhadap Impor barang modal dalam rangka investasi PMA/PMDN melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah dibebaskan bea masuknya. Namun untuk lebih mendorong lagi peningkatan investasi di dalam negeri, maka ditempuh penurunan tarif bea masuk terhadap barang modal antara lain misalnya :

- Mesin penggerak kenderaan air (motor tempel) - Dampur api dan tungku industri atau labolatorium

- Mesin pengangkat, pemindah, pemuat atau pembongkar dirancang khusus untuk penggunaan dibawah tanah


(59)

Dalam Undang-undang Kepabeanan (UU No. 10 Tahun 1995) tidak dikenal lagi Bea Masuk Tambahan. Oleh karena itu telah diambil langkah untuk menghapus Bea Masuk Tambahan yang berlaku. Sedangkan terhadap produk yang dipandang masih perlu dilakukan pembatasan impor dengan kebijaksanaan tarif maka secara kumulatif Bea Masuk Tambahan yang berlaku selama ini dimasukkan dalam bea masuknya.

4) Penyederhanaan Tata Niaga Impor

Penyederhanaan Tata Niaga Impor meliputi perubahan ketentuan Tata Niaga Impor atas produk tertentu untuk memperlancar pengadaan kebutuhan barang modal dan bahan baku serta peningkatan efisiensi industri dalam negeri

5) Anti Dumping / Komite Anti Dumping Indonesia

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa untuk mencapai dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi selama PELITA VI sebesar 7.1% pertahun, peranan industri pengolahan non migas dalam produk nasional riil perlu diupayakan terus meningkat sehingga mencapai 24% pada akhir PELITA VI

Sedangkan peranan ekspor nonmigas juga perlu diupayakan meningkat sehingga menjadi tidak kurang dari 85% dalam komposisi ekspor Indonesia. Upaya-upaya yang dilakukan menjadi lebih berat dengan semakin tajamnya persaingan dalam perekonomian global.

Dalam kondisi tersebut, banyak negara dan berbagai cara berupaya untuk lebih meningkatkan ekspor produknya. Bahkan ada yang melakukan praktek Dumping dengan mengeskpor barang Dumping yang harganya


(60)

jauh lebih rendah dari harga normal yang berlaku di negera pengekspor. Untuk menghadapi praktek Dumping tersebut dan dalam rangka melindungi industri dalam negeri, langkah-langkah yang ditempuh adalah mengeluarkan peraturan Pemerintah tentang bea Masuk dan Bea Masuk Imbalan (PP No.34 Tahun 1988) yang antara lain memuat ketentuan mengenai :

- Tindakan dalam menghambat masuknya barang impor yang berupa barang dumping yaitu dengan pengenaan bea masuk anti dumping bagi barang dumping.

- Membentuk Komite Anti Dumping Indonesia dengan tujuan melakukan penelitian dan penyelidikan terhadap dumping serta usulan yang perlu ditempuh termasuk untuk membantu eksportir Indonesia yang dikenakan tuduhan dumping

Dengan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.136/MPP/Kep/6/1996 tentang Komite Anti Dumping, lebih lanjut :

- Keanggotaan Komite Anti Dumping Indonesia

- Ketentuan Teknis Mengenai pelaksaanaan Tugas Komite Anti Dumping Indonesia.

b. Bidang Ekspor

Langkah-langkah yang ditempuh dibidang ekspor antara lain : 1) Kemudahan Ekspor

(a) Ekspor barang kiriman tanpa dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)


(1)

Dalam rangka persyaratan tertentu maka orang harus melakukan pembayaran-pembayaran kepada luar negeri, bila dipertimbangkan apakah hutang-hutangnya dibayar dengan uang atau lebih murah dengan mengirimkan emas saja. Biaya peleburan lebih murah dengan mengirimkan emas saja. Biaya peleburan dan biaya transfer harus dibayar sendiri, karena itu, apabila kenaikan kurs valuta asing lebih besar daripada biaya melebur uang emas dan biaya mengirimkannya bersama-sama, maka ia akan membayar hutang-hutangnya dengan mengirimkan emas murni. Dengan demikian terjadilah ekspor emas, dengan mengalirkan keluar negeri maka kenaikan kurs valuta asing tertahan, pada titik itu disebut Gold Export Point, jadi titik ekspor emas itu merupakan batas teratas bagi kenaikan kurs valuta asing. Sebaliknya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sama orang-orang luar negeri bisa juga mengekspor emasnya ke negara kita. Ini terjadi apabila kurs valuta kita menjadi terlalu tinggi bagi mereka. Dengan terjadinya hal ini, maka akan terjadi impor emas ke negera kita titik ini merupakan batas terbawah, bagi kurs valuta asing atau batas teratas valuta kita, kondisi ini disebut Gold Import Point.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di muka penulis mengambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Dalam kegiatan ekspor – impor terdapat banyak pihak yang ikut terlibat

sebagai pelaksana dalam perdagangan internasional. Pihak-pihak tersebut dapat dibagi menjadi 5 kelompok yaitu : kelompok indentor, kelompok importir, kelompok promosi, kelompok eksportir, dan kelompok pendukung. Dalam ekspor impor terdapat dokumen-dokumen penting yang harus dipenuhi apabila para pihak menggunakan Letter of Credit sebagi metode pembayarannya. Tanpa adanya dokumen ini pihak penjual (eksportir) tidak akan memperoleh pembayaran dari advising bank. Pihak advising bank juga tidak dapat meneruskan dokumen kepada opening bank untuk mendapatkan ganti rugi pembayaran. Dokumen ini penting bagi pihak eksportir, bank dan pihak importir, atau dengan kata lain dokumen ini penting bagi semua pihak yang terlibat dalam pembukaan Letter of Credit yang bersangkutan.

2. Dasar hukum dari pelaksanaan / pengaturan ekspor impor cukup kuat, dan terus berkembang seiring dengan perkembangan perekonomian yang cukup pesat. Paket kebijaksanaan pemerintah yang terakhir yaitu kebijaksanaan pemerintah 4 Juni 1996 memberikan kemudahan-kemudahan dalam bidang ekspor impor dan iklim usaha yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian.


(3)

3. Cara pembayaran yang paling aman bagi penjual (eksportir) adalah dengan menggunakan Advance Payment, sebaliknya metode pembayaran Advance Payment ini merupakan cara pembayaran yang memiliki resiko terbesar bagi pembeli (importir).

Cara pembayaran yang paling aman bagi pihak pembeli (importir) adalah dengan menggunakan Open Account, sebaliknya metode pembayaran Open Account ini mempunyai resiko terbesar bagi pihak penjual (eksportir), namun dengan pertimbangan beberapa alasan tertentu metode pembayaran Advance Payment maupun Open Account masih digunakan oleh pihak eksportir dan importir.

Cara pembayaran yang aman bagi eksportir mapun importir adalah dengan menggunakan Letter of Credit (L/C). Hal ini dikarenakan L/C mempunyai beberapa kelebihan antara lain yaitu pihak eksportir akan mendapat jaminan pemenuhan pembayaran yang segera setelah dokumen-dokumen yang diberikan kepada bank penerus sesuai dengan syarat yang ditentukan L/C, dan pihak importir juga akan merasa aman bahwa bank akan menolak pembayaran terhadap eksportir kecuali eksportir telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam L/C. Namun disamping itu L/C juga memiliki kekurangan yaitu besarnya biaya bank yang dikenakan dalam pengurusan L/C dan waktu pengurusan yang tidak singkat.

B. Saran-Saran.

1. Pemerintah seharusnya tidak hanya mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi saja untuk peningkatan ekspor impor Indonesia.


(4)

2. Untuk mengantisipasi dampak AFTA, Indonesia harus mampu menentukan jenis produk yang diutamakannya dengan keunggulan komparatif (Comparative advantage) yang dimilikinya untuk masuk ke persaingan perdagangan di AFTA maupun di pasar global.

3. Pihak Eksportir dan Importir sebaiknya saling mengetahui terlebih dahalu kredibilitas masing-masing untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam transaksi ekspor – impor.

Pihak Eksportir dan Importir sebaiknya menggunakan Letter of Credit sebagai metode pembayaran transaksi internasional. Hal ini dikarenakan Letter of Credit memberikan jaminan pembayaran kepada eksportir apabila dapat memenuhi dokumen yang diisyaratkan oleh bank penerus (advising bank) sedangkan importir juga mendapat jaminan ketersediaan barang setelah melakukan pembayaran kepada bank pembuka (opening bank). Jadi Letter of Credit ini merupakan cara pembayaran yang paling aman bagi pihak eksportir maupun importir.

4. Pemerintah Indonesia diharapkan terus mengupayakan pembentukan dan penyempurnaan hukum ekonomi nasionalnya, serta mengharmonisasikan hukum ekonominya dengan aturan hukum ekonomi internasional yang telah ada, apalagi Indonesia telah meratifikasi kesepakatan pembentukan WTO (World Trade Organization), Untuk mengefisiensikan ekonomi Indonesia menghadapi liberalisasi perdagangan di kawasan ASEAN ataupun secara global.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adolf Huala, 1997, Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Cetakan I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Budiarto Teguh dan Ciptono Fandy, 1997, Pemasaran Internasional, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, BPFF, Yogyakarta.

Direktorat Hubungan Perdagangan Multilateral dan Regional, 1997, WTO dan Arah Kebijaksanaan Nasional Dalam Mengantisipasi Pasar Bebas di Bidang Perdagangan Barang, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 1998, Kebijaksanaan Umum Perdagangan Internasional, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, 1993, Departemen Perdagangan, Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN, Bagian I, Jakarta.

Gautama. S., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, Bina Cipta, Bandung.

Gautama. S., 1980, Hukum Dagang Internasional, Alumni, Bandung.

Hartono, CFG,. Sunaryati, Pembangunan Hukum Ekonomi Nasional Dalam Menyongsong Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN, 1994, Majalah Hukum dan Pembangunan No.2. Tahun XXIV, April.

Hutabarat, Roselyne. 1994, Transaksi Ekspor Impor, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.


(6)

Khor Kok Peng Martin, 1993, Imperialisme Ekonomi Baru Putara Uruguay dan Kedaulatan Dunia Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Matondang, M.H. ,1997, Amalia Lia, Saimian Leonardus, Intisari Ekonomi Internasional, Program Pascasarjana, Universitas Krisnadwipayana, Jakarta.

Amir M.S, 1992, Pengetahuan Bisnis Ekspor Impor, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

____. 1993, Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

____. 1996, Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Ahsjar, Djauhari, 2007, Pedoman Transaksi Ekspor Impor, Prestasi Pustaka Raya, Jakarta.

Santoso Ruddy Tri, 1994, Pembiayaan Transaksi Luar Negeri, Edisi Pertama, Cetakan I, Andi Offset, Yogyakarta.

Fuady, Munir, 1999, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Kedua, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

_____, 2002, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Keempat, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Ramlan Ginting, 2000, Letter of Credit, Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ramlan Ginting, 2009, Metode Pembayaran Perdagangan Internasional, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.