2 Tarifikasi hasil-hasil pertanian.
3 Penghapusan tata niaga impor hasil pertanian dalam waktu 10 tahun.
4 Konsesi akses pasar untuk bebas 50 dari rata-rata impor tahun 1986-
1008, yaitu 70.000 ton per tahun. 5
Notifikasi badan pembeli tunggal beras dan beberapa hasil pertanian BULOG
b. Akses Pasar Perdagangan Jasa :
1 Konsesi tawaran akses pasar untuk 5 sektor sub sektor yaitu :
- Telekomunikasi.
- Perindustrian.
- Perhubungan laut.
- Pariwisata.
- Keuangan.
2 Konsesi disertai dengan pembatasan baik terhadap akses pasar maupun
perlakuan nasional. 3
Mengajukan MFN exemptions movement of personnel, construction banking.
4 Tawaran lebih rendah dari keadaan nyata.
F. Pengembangan Ekspor – Impor Pada AFTA dan WTO.
Dalam rangka memperjuangkan berbagai kepentingan Indonesia di bidang perdagangan luar negeri, termasuk penghapusan hambatan tarif dan non tarif bagi
komoditi olahan dan manufaktur, perlu terus ditingkatkan kerjasama perdagangan internasional, baik dengan negara maju maupun sesama negara berkembang.
Upaya ini telah ditempuh dengan lebih mengefektifkan Indonesia sebagai anggota WTO World Trade Organization dan kerjasama perdagangan internasional
antara lain peran serta dalam APEC Asia Pasific Economic Cooperation, AFTA ASEAN Free Trade Area dan membina hubungan dengan blok-blok
perdagangan lainnya. Maka untuk mendukung kerjasama perdagangan internasional itu di dalam negeri perlu ditingkatkan koordinasi dan keterpaduan
gerak langkah antara Pemerintah dan dunia usaha agar dapat lebih mendorong peningkatan produksi, investasi dan perdagangan yang saling terpadu dan terkait
secara lebih efisien dan produktif sehingga dapat memanfaatkan terbukanya perdagangan internasional secara optimal. Untuk itu perlu dikembangkan lembaga
perdagangan terpadu seperti trading house dan trading company.
46
Sebenarnya di dalam globalisasi dunia usaha dan industri, perdagangan tidak hanya terbatas pada real industri dan sebatas wilayah geografis tertentu saja.
Perdagangan ke arah go internasional haruslah dirintis dan direncanakan sejak awal perusahaan terbentuk. Jadi disini konsep multinasional enterprise benar-
benar dapat diwujudkan melalui dukungan bank sebagai back-up pendanaan. Bank dalam hal ini benar-benar berfungsi sebagai financial intermediary untuk
membiayai perdagangan luar negeri dalam fasilitas ekspor maupun impor serta mendukung tercapainya cadangan devisa yang mencukupi.
47
Pada prinsipnya konsep pembiayaan ekspor impor tersebut adalah untuk menunjang perdagangan bebas yang meningkatkan kemakmuran setiap negara,
seperti yang tertuang di dalam GATT The General Agreement Tarifs dan Trade
46
Direktorat Hubungan Perdagangan Multilateral dan Regional, WTO dan Arah Kebijaksanaan Nasional Dalam Mengantisipasi Pasar Bebas di Bidang Perdagangan Barang, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta, 1997, hal. 31.
47
Rudy Tri Santoso, Pembiayaan Transaksi Luar Negeri, Edisi I, Cetakan I, Andi Offset, Yogyakarta, 1994, hal. 161 – 162.
dimana dalam hal ini suatu negara tidak diperbolehkan memberikan subsidi kepada barang-barang ekspor yang dapat merugikan negara lain. Untuk
mengarahkan ke sektor tersebut pengetahuan akan bidang ekspor impor berikut liku-likunya sangatlah disyaratkan karena pembiayaan sektor ini lebih
mempertimbangkan pada country risk negara pengimpor maupun bonafiditas eksportir importir itu sendiri.
48
Sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan kajian bank dalam mengupayakan ekspor impor, maka faktor-faktor dibawah ini dapat dijadikan
acuan dalam penentuan country risk assesment adalah :
49
1. Apakah akan dilaksanakan pemilihan umum di negara yang langsung
berhubungan dengan bank importir. Seandainya dilaksanakan, bagaimanakah hasilnya kelak. Apakah pemerintah yang berkuasa sekarang masih akan tetap
dominan dalam hasil pemilu mendatang. 2.
Apakah situasi politik akan tetap stabil dalam proses pemilu maupun setelah pembentukan kabinet baru.
3. Bagaimanakah tradisi pemerintah pada masa-masa lalu pada waktu terjadinya
perpindahan kekuasaan. Apakah tetap stabil atau selalu timbul gejolak atau bentrokan di sana-sini.
4. Apakah negara tersebut mempunyai penduduk yang homogen atau terbagi
dalam beberapa kelompok besar yang masing-masing mempunyai otoritas politik sendiri-sendiri. Juga apakah sering timbul benturan yang mengarah
kepada SARA di wilayah negara tujuan transaksi tersebut.
48
Ibid., hal. 165.
49
Ibid., hal. 167 – 168.
5. Bagaimana hubungan antara negara itu dengan negara-negara sahabatnya.
Apakah perbatasannya relatif aman atau selalu ada ancaman dari negara tetangganya.
6. Bagaimana prosentase tingkat kemiskinan di negara tujuan transaksi. Apakah
mayoritas penduduknya masih dilanda kemiskinan ataukah sering terjadi bahaya kelaparan di wilayah negara itu.
7. Apakah masih terjadi peperangan di negara tersebut. Apakah masih dijumpai
ketegangan politik di salah satu wilayah perbatasan. 8.
Berapa besarkah tingkat inflasi yang diproyeksikan oleh negara tersebut per tahun. Bagaimana pula dengan kondisi mata uangnya dibandingkan dengan
mata uang asing lainnya. Apakah sering terjadi devaluasi di negara tersebut. Dalam kaitannya dengan eksistensi Indonesia dalam WTO World Trade
Organizations, berbagai kegiatan mencakup upaya peningkatan kerjasama perdagangan Internasional telah dan akan dilaksanakan terus – menerus guna
memperkuat kedudukan rebut tawar, memperluas pasar di luar negeri, dan mendorong peningkatan ekspor non migas, terutama dengan :
50
1. Meningkatkan akses pasar luar negeri dengan berpartisipasi aktif dalam forum
internasional, baik yang bersifat multilateral, regional maupun bilateral, termasuk dengan negara-negara anggota Gerakan Non Blok.
2. Menyelesaikan sengketa perdagangan internasional.
3. Memantapkan kerjasama antar lembaga pemerintah dan swasta dalam rangka
peningkatan hubungan perdagangan internasional melalui penyebarluasan
50
Direktorat Perdagangan Multilateral dan Regional, Op. Cit., hal. 33 – 34.
hasil keputusan tentang kerjasama bilateral, regional dan multilateral di bidang perdagangan serta kerjsama komoditas perdagangan internasional.
4. Meningkatkan kemampuan Indonesia untuk memperjuangkan kepentingan
nasional dalam WTO World Trade Organizations Di satu sisi sebagai anggota WTO World Trade Organizations Indonesia
wajib mematuhi hasil kesepakatan putaran Uruguay, namun di sisi lain sebagai negara berdaulat Indonesia beruapaya agar tujuan pembangunan ekonomi
khususnya pembangunan perdagangan dapat tercapai sesuai dengan sasaran yang ditetapkan dalam GBHN Garis Besar Haluan Negara.
BAB IV CARA PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL