Dampak Pengaturan Hukum Internasional Terhadap Pemgembangan

prefensi perdagangan kepada negara-negara sedang berkembang lainnya tanpa harus memberikan preferensi tersebut kepada negara-negara maju, asalkan bahwa usaha-usaha demikian itu tidak menghalangi liberalisasi dan perluasan perdagangan umum. Pasal 28 mengatur prinsip Most Favoured Nation MFN. Prinsip ini dimasukkan ke dalam piagam atas dasar kepentingan negara-negara maju khususnya negara-negara sosialis Eropa Timur dan kewajiban untuk hidup toleransi dan hidup bersama dengan damai.

E. Dampak Pengaturan Hukum Internasional Terhadap Pemgembangan

Ekspor – Impor Perubahan-perubahan yang perlu diantisipasi dan penangan lebih lanjut dalam rangka pengembangan perdagangan internasional antara lain : 44 1. Timbulnya persaingan yang semakin ketat di pasar luar negeri dan dalam negeri tidak saja dengan negara maju tetapi juga diantara negara berkembang sebagai dampak dan pelaksanaan komitmen hasil perundingan putaran Uruguay. 2. Semakin banyaknya sengketa dagang antara negara di bidang perdagangan barang dan jasa termasuk aspek terkait seperti hak milik intelektual, lingkungan hidup dan sebagainya, yang timbul sebagai akibat bertemunya kepentingan-kepentingan berbagai negara maju maupun negara berkembang dalam memanfaatkan semaksimal mungkin liberalisasi perdagangan dunia. 44 Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional, Op. Cit., hal. 71 – 73. 3. Semakin meningkatnya peranan World Trade Organization WTO dalam menegakkan sistem perdagangan multilateral termasuk dalam penangan sengketa perdagangan yang timbul diantara negara-negara. 4. Semakin meningkatnya keterikatan terhadap persetujuan-persetujuan perdagangan multilateral multilateral trade agreements hasil putaran Uruguay sehingga memerlukan pemahaman yang lebih mendalam serta berbagai tindak penyesuaian peraturan-peraturan perdagangan. 5. Meningkatkan Kerjasama Ekonomi antara Negara Berkembang KENB atau yang dikenal pula sebagai kerja sama Selatan-Selatan merupakan suatu kerangka kerjasama di bidang ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang dan dituangkan dalam bentuk program aksi rencana aksi. Kerjasama ekonomi antar negara berkembang bukan merupakan pengganti kerjasama Utara – Selatan yang sudah ada akan tetapi merupakan pelengkap atau perluasan. Kerjasama ekonomi antara negara berkembang dilaksanakan di berbagai tingkat, baik tingkat sub regional, regional, antar regional maupun global. 6. Kecenderungan negara maju untuk menyelesaikan masalah sengketa dagang bahasannya melalui Forum Bilateral dan Regional sehingga mengganggu ketentuan kerjasama Multilateral, hal ini merugikan kepentingan negara berkembang yang pada umumnya berada dalam posisi yang lemah. 7. Partisipasi Indonesia di dalam kerjasama ASEAN dan APEC Asia-Pacific Economic Cooperation masih perlu dihadapi dengan serius agar manfaatnya dapat diraih secara maksimal dan tantangannya dapat ditangani dengan aman. 8. Peluang pasar yang tersedia di negara-negara maju melalui fasilitas GSP Generalized System of Preferences dan preferensi perdagangan diantara negara-negara berkembang serta ASEAN masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh karena itu peluang pasar ini perlu dimasyarakatkan kepada dunia usaha dan instansi terkait. 9. Munculnya pasar-pasar potensial baru yang sedang berkembang sejalan dengan tatanan politik dan struktur ekonomi menuju pasar terbuka, seperti Rusia dan negara-negara ex Uni Soviet lainnya, negara-negara ex Sosialis Eropa Timur, RRC, Vietnam dan Afrika serta berkembangnya blok-blok perdagangan seperti perjanjian perdagangan bebas mempengaruhi kedudukan komoditas Indonesia di berbagai pasar tradisional. 10. Komoditi Ekspor hasil pertanian Indonesia makin merosot harganya di pasar internasional, oleh karena itu diperlukan kerjasama antar negara-negara produsen antar negara negara produsen dan konsumen yang bertujuan meningkatkan paksa pasar dan harga komoditi-komoditi primer di pasar internasional. 11. Peranan kantor perwakilan perdagangan dirasakan masih belum mencapai hasil optimal, untuk itu sarana dan prasarana serta rencana pembukaan Kantor Atase Perdagangan baru perlu ditingkatkan. 12. Arus informasi yang dibutuhkan oleh dunia usaha umumnya masih kurang dimana untuk memasuki pasar baru diperlukan informasi secara rinci mulai dari peraturan impornya, selera pasarnya sampai strategi untuk masuk pasar tersebut. Dampak Uruguay Round bagi Indonesia adalah : 45 1. Sifat a. Positif, sebagai peluang ekspor. b. Negatif, persaingan ketat baik di dalam maupun luar negeri. 2. Aspek a. Hukum penyesuaian peraturan perundang-undangan. b. Ekonomis, tingkat efisiensi. c. Politik, perumusan kebijaksanaan. 3. Cakupan a. Pemerintah b. Dunia Usaha 4. Kelembagaan, khusus bagi pemerintah, enquiry point, MTO Ad Hoc. 5. Peminimalan dampak negatif. Perumusan posisi sangat hati-hati dan konsisten dengan GATT Generalized System of Preferences tetapi tetap menjaga kepentingan nasional. 6. Dampak terhadap barang ekspor. a. Akses Pasar Perdagangan Barang. 1 Konsesi Indonesia lebih rendah dari negara peserta lain khususnya negara maju. 2 Peluang ekspor barang tertentu meningkat. 3 Konsesi tarif beberapa barang dari negara maju tidak memberi peluang peningkatan ekspor. 4 Tata niaga impor hasil-hasil pertanian disesuaikan dengan GATT. 45 Harry Waluya, Ekonomi Internasional, Cetakan I, Rineke Cipta, Jakarta, 1995, hal. 122 – 144. 5 Impor beras 70.000 ton per tahun. 6 Pada waktunya harus menghapus semua bentuk subsidi. b. Akses Pasar Perdagangan Jasa : 1 Tekanan untuk membuka pasar lebih liberal dan keadaan berlaku sangat kuat. 2 Negara mitra runding meminta komitmen standstil binding cukup aman. 3 Posisi cukup aman. 4 Pada waktunya harus lebih liberal. c. Perlindungan Hak Milik Intelektual. 1 harus menyesuaikan peraturan perundangan dalam tenggang waktu 10 tahun. d. Penyelesaian Sengketa : 1 Penetapan kebijaksanaan, peraturan perundangan harus konsisten dengan GATT Generalized System of Preferences. 2 Dimungkinkan untuk dituntut ke dispute settlement body oleh negara peserta lain yang merasa dirugikan. 3 Kemungkinan retaliasi oleh negara peserta lain yang merasa dirugikan oleh kebijaksanaan, peraturan perundangan dan praktek dagang Indonesia. 7. Konsesi Indonesia. a. Akses Pasar Perdagangan Barang : 1 Konsesi tarif bea masuk pada tingkat 40 bagi 95 dari seluruh pos tarif. 2 Tarifikasi hasil-hasil pertanian. 3 Penghapusan tata niaga impor hasil pertanian dalam waktu 10 tahun. 4 Konsesi akses pasar untuk bebas 50 dari rata-rata impor tahun 1986- 1008, yaitu 70.000 ton per tahun. 5 Notifikasi badan pembeli tunggal beras dan beberapa hasil pertanian BULOG b. Akses Pasar Perdagangan Jasa : 1 Konsesi tawaran akses pasar untuk 5 sektor sub sektor yaitu : - Telekomunikasi. - Perindustrian. - Perhubungan laut. - Pariwisata. - Keuangan. 2 Konsesi disertai dengan pembatasan baik terhadap akses pasar maupun perlakuan nasional. 3 Mengajukan MFN exemptions movement of personnel, construction banking. 4 Tawaran lebih rendah dari keadaan nyata.

F. Pengembangan Ekspor – Impor Pada AFTA dan WTO.