Seringnya anak-anak ini menyaksikan film-film kartun yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi maka mereka akan menganggap bahwa pornografi tersebut
merupakan hal yang biasa terjadi dalam kehidupan, dan sudah dianggap sebagai suatu hal yang mutlak dan yang mempunyai kebenaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merasa tertarik untuk menganalisis pornomedia yang terdapat pada film-film kartun yang disiarkan oleh ANTV
dengan program acara Star Kids dan Global TV dengan program acara Nickelodeon.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah pornomedia ditampilkan dalam program siaran film kartun di stasiun televisi swasta ANTV dan Global TV ?”
1.3. PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas.
a. Penelitian ini dilakukan pada tayangan film kartun di ANTV Star Kids dan
Global TV Nickelodeon yang disiarkan pada tanggal 27 Februari 2009-06 Maret 2009 .
b. Penelitian ini terbatas mengamati bentuk pornomedia dalam tayangan film
kartun di stasiun televisi ANTV dan Global TV.
Universitas Sumatera Utara
1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk pornomedia dalam tayangan film kartun di ANTV dan Global TV.
b. Untuk mengetahui bagaimana makna tersirat waktu pornomedia ditayangkan, jenis
kelamin tokoh kartun yang melakukan pornomedia, dan lain-lain dalam tayangan film kartun di ANTV dan Global TV.
c. Untuk mengetahui persentase tayangan film kartun yang mengandung pornomedia
pornografi, pornoteks, pornosuara, dan pornoaksi. d.
Untuk mengetahui tokohpelaku serta korban pornomedia pada film kartun. 1.4.2.
Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah penelitian dan
dapat memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai tayangan televisi. b.
Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Depatemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bahan penelitian serta
sumber bacaan. c.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada para produser televisi agar lebih memperhatikan program-program acara televisinya agar
lebih mendidik dan bukan menimbulkan kecemasan bagi masyarakat.
1.5. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai Nawawi,1995:40. Bagaikan
orang buta yang berjalan tanpa tongkat adalah suatu kiasan yang kita umpamakan apabila
Universitas Sumatera Utara
suatu penelitian berjalan tanpa suatu pemikiran rasional. Setiap penelitian harus memiliki landasan dalam berpikir untuk menggambarkan dari sudut pandang mana peneliti menyoroti
masalah yang akan diteliti.
Konsep-konsep yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah Konsep Komunikasi Massa, Televisi, Film Kartun, Pornomedia, serta Analisis Isi, berikut
penjelasannya:
1.5.1. Komunikasi Massa
Marshall Mcluhan mengatakan bahwa kita sebenarnya hidup dalam suatu ‘desa gobal’. Pernyataan Mcluhan ini mengacu pada perkembangan media komunikasi modern yang telah
memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia. Kehadiran media secara serempak di berbagai tempat telah menghadirkan
tantangan baru bagi para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Pentingnya komunikasi massa dalam kehidupan manusia modern saat ini, terutama dengan kemampuannya untuk
menciptakan publik, menentukan issue, memberikan kesamaan kerangka pikir, dan menyusun perhatian publik, pada gilirannya telah mengundang berbagai sumbangan teoritis terhadap
kajian tentang komunikasi massa.
Pengertian komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner Ardianto Komala,2004 : 3 adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Sekalipun komunikasi disampaikan kepada khalayak banyak
seperti rapat akbar dilapangan luas, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.
Universitas Sumatera Utara
Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara
luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience. Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media. Media
merupakan organisasi yang menyebarkan informasi berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana
dengan politik atau ekonomi, media merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas. Dan media komunikasi yang masuk ke dalam
komunikasi massa adalah radio, film dan televisi yang digolongkan sebagai media elektronik, dan surat kabar serta majalah yang digolongkan sebagai media cetak.
1.5.2. Televisi
Televisi adalah salah satu media komunikasi massa yang paling banyak diminati masyarakat, hal ini terlihat dalam rumah-rumah masyarakat. Televisi pada saat ini telah
menjadi salah satu prasyarat yang ‘harus’ berada di tengah-tengah mereka. Sebuah rumah baru dikatakan lengkap, jika ada pesawat televisi didalamnya. Hal ini tidak hanya berlaku pada
masyarakat kota yang relatif kaya, melainkan telah merambah ke pelosok-pelosok desa, di rumah-rumah hunian liar, di pinggir-pinggir sungai kota, ataupun dibawah jembatan layang.
Pendek kata, media televisi telah menjadi bagian dari kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Sedangkan media radio berubah menjadi media yang lebih personal atau
pribadi serta spesifik. Televisi memang mempunyai daya tarik yang kuat, dan hal ini sudah tidak asing lagi.
Jikalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound effect, maka televisi memiliki unsur visual berupa gambar selain ketiga unsur yang dimiliki
oleh radio. Gambar ini bukan gambar mati melainkan gambar hidup yang mampu memikat hati
Universitas Sumatera Utara
penonton dan meninggalkan kesan yang mendalam. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film di bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman,
juga menyiarkan program-program acara yang menarik selain film. Televisi memang berbeda dengan film, namun film tanpa televisi bisa kita katakan
tidak akan berkembang dan dikenal oleh masyarakat. Pada segi visualnya atau lebih tepatnya kita katakan segi optisnya terdapat sifat-sifat yang dimiliki film. Film adalah gambar yang
bergerak moving picture. Demikian pula pada televisi. Bedanya, jika gambar-gambar yang bergerak pada film itu berlangsung secara mekanis, pada televisi berlangsung secara elektronis.
Yang dimaksudkan dengan mekanik adalah, bahwa film yang tampak oleh penonton-penonton di gedung bioskop itu adalah berbentuk gambar-gambar yang terbuat dari seluloid yang
transparant dalam jumlah yang banyak yang apabila digerakkan melalui cahaya yang kuat, akan tampak pada layar sperti gambar yang hidup. Berbeda dengan televisi. Gambar-gambar
yang hidup yang tampak pada layar pesawat televisi tidak berasal dari bahan yang mempunyai wujud. Sebuah objek yang terkena sasaran lensa kamera diubah menjadi getaran ini tertangkap
oleh antena pesawat televisi, dalam pesawat ini akan mengalami perubahan kembali menjadi gambar-gambar yang hidup yang segalanya sama dengan objek yang kena sasaran kamera tadi.
Inilah yang membuat televisi menjadi primadona dalam media komunikasi massa, karena dapat dimiliki oleh masyarakat, program acaranya dapat disaksikan kapan saja, dengan
nyaman dan tanpa mengeluarkan biaya yang mahal untuk membeli karcis nonton film seperti dibioskop, karena televisi seperti film bioskop yang berada di rumah . Hal ini pula yang
mendorong praktisi film bekerja sama dengan televisi. Para praktisi film ini memutar otak untuk menemukan celah dalam program acara televisi. Dan hal ini berhasil, bak dua sisi mata
uang, program televisi tidak akan pernah lengkap tanpa ada film yang menjadi salah satu program acaranya. Begitu pula dengan film-film tidak akan pernah dikenal bahkan ditonton
oleh masyarakat kalau tidak dijadikan sebagai salah satu program tayangan di televisi. Apalagi
Universitas Sumatera Utara
seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan informasi serta hiburan yang mereka inginkan dari sebuah televisi.
1.5.3. Film Kartun
Kenyataan bahwa siaran-siaran televisi membutuhkan film menimbulkan minat pada pengusaha-pengusaha produksi film untuk membuat film khusus bagi keperluan siaran televisi.
Dan seiring meningkatnya permintaan masyarakat, praktisi perfilman pun bekerjasama dengan televisi dan menampilkan film-film dalam program acaranya, mulai dari film cerita story
film, film berita newsreel, film documenter documentary film hingga film kartun cartoon film yang banyak digemari oleh anak-anak.
Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya cinematography telah menimbulkan gagasan pada mereka untuk
menghidupkan gambar-gambar yang mereka lukis. Dan lukisan-lukisan itu bisa menimbulkan hal yang lucu dan menarik, karena dapat ‘disuruh’ memegang peranan apa saja, yang tidak
mungkin diperankan oleh manusia. Si tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi kecil secara tiba-tiba, dan lain-lain. Inilah
yang membuat anak-anak lebih memilih film kartun dibandingkan jenis film yang lain. Karena film kartun menawarkan hiburan serta hal-hal yang ajaib yang tidak pernah disaksikan oleh
anak-anak dalam kehidupan nyata. Bukan hanya anak-anak saja yang tertarik dengan film kartun, orang dewasa pun tertarik dengan film kartun. Hal inilah yang juga memicu pihak
media untuk melirik pangsa pasar film kartun bagi kalangan orang dewasa, sehingga timbullah persaingan antar stasiun televisi swasta dalam menayangkan film kartun. Pihak media pun
tidak ingin kehilangan pemirsa setia-nya, sehingga praktisi media mulai memasukkan unsur pornomedia kedalam film-film kartun tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.5.4. Pornomedia
Media massa adalah sarana komunikasi dan informasi yang berperan untuk melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses masyarakat secara massal pula.
Informasi massal adalah informasi yang ditujukan untuk masyarakat secara menyeluruh dan bukan hanya pribadi tertentu saja.
Berdasarkan fungsi-fungsi media massa yang ada, maka dapat dikatakan pula bahwa media massa memiliki peran di dalam menciptakan apa yang disebut dengan daya tarik seks
sex appeal. Mengenai hal ini dapat diasumsikan bahwa fungsi media massa sebagai salah satu sarana pembangkit gairah seks adalah fungsi yang paling dapat menjelaskan mengapa media
massa dipandang berperan di dalam menciptakan segala sesuatu yang berkaitan dengan seks, pornografi dan juga pornoaksi.
Perdebatan tentang pornografi dan erotika, muncul ke permukaan, tidak hanya karena nilai-nilai seksual, akan tetapi kadang perdebatan muncul hanya untuk menentukan makna
sebenarnya dari kata porno itu sendiri. Perdebatan-perdebatan latent-manifest tentang pornografi selalu dijumpai dimana saja. Hal tersebut antara lain disebabkan karena
subyektivitas obyek dan subyek pelaku selalu dipertentangkan. Sehingga akhirnya akan merekonstruksi nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada subyektivitas masing-masing.
Karya-karya seni visual seperti karya lukis, patung, relief maupun arca dan semacamnya, walaupun mengekspose seks secara berlebihan serta bermakna melecehkan,
selalu dapat diterima oleh masyarakat sebagai seni itu sendiri. Dan yang paling banyak mendapat kritik adalah karya-karya seks visual melalui film dan fotografi. Walaupun karya-
karya film dan fotografi hanya mengulang apa yang pernah dilakukan oleh pelukis dan pemahat dalam mengeksploitasi seks, akan tetapi hal ini tetap dipandang oleh mayoritas
masyarakat sebagai karya yang sarat dengan pesan-pesan porno.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan perilaku masyarakat terhadap seks seperti dalam karya seni diatas, mungkin terletak pada obyek seks yang diperdebatkan itu sendiri. Semakin dekat perilaku itu pada
makna seks yang sebenarnya maka hal itu semakin mendapat reaksi masyarakat. Pada perilaku verbal, seks yang diperbincangkan jauh dari objek seks itu sendiri secara visual. Namun
perilaku seks visual selalu menghadirkan obyek-obyek seks dalam bentuk-bentuk yang sebenarnya. Dan juga karena sifat visual yang lebih ‘berkesan’ daripada verbal, maka
visualisasi seksual ini lebih banyak dipandang sebagai pornografi. Film dan fotografi, umpamanya selalu menyuguhkan obyek-obyek manusia sebagai sasaran langsung dalam
karya-karya seni yang berhubungan dengan seks dan hal ini dipandang sebagai pornografi. Pornografi dari bahasa Yunani ‘pornographia’-secara harafiah tulisan tentang atau
gambar tentang pelacur; kadang kala juga disingkat menjadi ‘porn’, ‘pron’, atau ‘porno’ adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia dengan tujuan
membangkitkan rangsangan seksual. Pornografi dapat menggunakan berbagai media-teks tertulis maupun lisan, foto-foto, ukiran, gambar, gambar bergerak animasi, dan suara seperti
misalnya suara orang yang bernafas tersengal-sengal. Film porno menggabungkan gambar yang bergerak, teks erotik yang diucapkan danatau suara-suara erotik lainnya, sementara
majalah seringkali menggabungkan foto dengan teks tertulis. Novel dan cerita pendek menyajikan teks tertulis, kadang-kadang dengan ilustrasi. Akhirnya, berita dan gambar erotika
serta film-film tersebut kadang menjadi rubrik-rubrik dan tontonan tetap di media massa cetak, televisi, atau gedung-gedung bioskop pada umumnya. Bahkan tidak jarang, media massa
tertentu menyuguhkan gambar-gambar tetap wanita dalam sajian sensual dan erotik, untuk menggaet lebih banyak keuntungan pasar. Bahkan tayangan untuk anak-anak pun sudah
diselipkan beberapa adegan pornografi, baik yang dilakukan oleh tokoh film kartun yang masih anak-anak maupun tokoh kartun orang dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Dalam wacana porno, ada beberapa variasi pemahaman porno yang dikonseptualisasikan Bungin, 2003: 154-155, yaitu :
a. Pornografi Pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan tubuh
dan alat kelamin manusia. Bentuknya berupa foto, poster, lieflet, gambar video, film dan gambar VCD.
b. Pornoteks Pornoteks adalah karya pencabulan yang ditulis sebagai naskah cerita atau berita dalam
berbagai versi hubungan seksual, berbagai bentuk narasi, konstruksi cerita, testimonial, atau pengalaman pribadi secara vulgar. Bentuknya dapat berupa cerita porno dalam novel dan buku-
buku komik. c. Pornosuara
Pornosuara adalah suara, tuturan dan kalimat-kalimat yang diucapkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan secara halus atau vulgar melakukan rayuan seksual, suara atau
tuturan tentang objek seksual atau aktivitas seksual. Bentuknya bisa berupa kata-kata rayuan, desahan yang ada dalam film atau tayangan komedi berbau porno.
d. Pornoaksi Pornoaksi adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan
bagian-bagian tubuh yang dominan memberi rangsangan seksual sampai dengan aksi mempertontonkan alat vital yang tidak disengaja atau sengaja, dimana dapat membangkitkan
nafsu seksual bagi yang melihatnya. Misalnya, goyangan dangdut yang seronok, penari streaptise.
Dari beberapa variasi porno di atas, maka yang dimaksudkan dengan pornomedia adalah segala wacana porno yang ditampilkan oleh media massa, baik itu berupa pornografi,
pornosuara, pornoteks, dan pornoaksi Bungin, 2005: 154.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini Peneliti mengambil salah satu media massa yaitu televisi. Berkaitan dengan kemampuan televisi yang berbasis audio visual, maka wacana porno yang
dapat ditampilkan di telivisi adalah pornografi, pornosuara, dan pornoaksi. Jadi yang dimaksud dengan tayangan pornomedia televisi adalah bentuk wacana porno pornografi, pornosuara,
dan pornoaksi yang disajikan di televisi.
1.5.5. Analisis Isi
Analisis isi content analysis adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi
adalah Harold D. Lasswell, yang mempelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk
menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat
menggunakan analisis isi sebagai teknikmetode penelitian. Metode analisis isi adalah metode yang digunakan untuk meriset atau menganalisis isi komunikasi secara sistematik, objektif dan
kuantitatif Kriyantono,2006:61-62. Sistematik berarti bahwa segala proses analisis harus tersusun melalui proses yang sistematik, mulai dari penentuan isi komunikasi yang dianalisis,
cara menganalisisnya, maupun kategori yang dipakai untuk menganalisis. Objektif berarti periset harus mengesampingkan faktor-faktor yang bersifat subjektif, sehingga hasil analisis
benar-benar objektif dan bila dilakukan riset lagi oleh orang lain, maka hasilnya relatif sama. Analisis isi kuantitatif lebih memfokuskan pada isi komunikasi yang tampak
tersuratmanifestnyata. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut :
1. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi buku,
surat kabar, pita rekaman, naskahmanuscript.
Universitas Sumatera Utara
2. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan
sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut. 3.
Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahandata-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khasspesifik.
Menurut Wimmer dan Dominick 2000:136-138 setidaknya ada 5 kegunaan analisis isi : 1.
Menggambarkan isi komunikasi Mengungkapkan kecendrungan yang ada pada isi komunikasi baik melalui cetak
maupun elektronik. 2.
Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan Sejumlah peneliti analisis isi berusaha menghubungkan karakteristik tertentu dari
komunikator dengan karakteristik pesan yang dihasilkan. 3.
Membandingkan isi media dengan dunia nyata Melakukan pengujian terhadap apa yang ada di dalam dengan situasi aktual yang ada di
dunia nyata. 4.
Memperkirakan gambaran kelompok tertentu di masyarakat Seperti memfokuskan penelitian dan mengungkapkan gambaran media mengenai
kelompok minoritas tertentu persoalan diskriminasi, prasangka dan lainnya. 5.
Mendukung studi efek media massa. Analisis data pada riset kuantitatif berbeda dengan riset kualitatif. Karena pada data
riset kuantitatif datanya berbentuk angka-angka, maka analisis datanya berupa penghitungan melalui uji statistik. Sedangkan data pada riset kualitatif tidak menggunakan uji statistik karena
datanya berupa data kualitatif yaitu kata-kata atau kalimat-kalimat, gambar-gambar dan bukan angka-angka. Jenis statistik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif
Universitas Sumatera Utara
yaitu untuk menggambarkan peristiwa, perilaku atau objek tertentu lainnya. Dalam penelitian ini digunakan kerangka konsep untuk riset deskriptif, dimana peneliti
cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau subdimensi dari objek yang diteliti yaitu pornomedia. Hasilnya adalah sebuah kategorisasi yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran
pornomedia dengan memakai unit analisis tematik, referens, dan unit sintaksis Kriyantono, 2006:233. Unit tematik berupa satuan berita, perhitungannya berdasarkan tema peristiwa yang
ditayangkan. Sedangkan unit referens adalah rangkaian kata atau kalimat yang menunjukkan sesuatu yang mempunyai arti sesuai kategori dan unit sintaksis adalah berupa kata atau simbol,
penghitungannya adalah frekuensi kata atau simbol itu misalnya berapa kata yang mengandung porno dalam sebuah tayangan, berapa kali muncul adegan pornomedia dalam tayangan televisi,
dan lainnya.
1.6. METODE PENELITIAN 1.6.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah analisis isi dengan mengunakan statistik deskriptif. Dimana metode ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian
pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan sebagaimana adanya.
Penelitian desktiptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Selain
itu, metode ini menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatat dalam
buku observasinya Rakhmat,2004:4
Universitas Sumatera Utara
1.6.2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tayangan film kartun di ANTV Star Kids, dan Global
TV Nickeleodeon. 1.6.3. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah seluruh film kartun yang ada di ANTV program acara Star Kids dan Global TV dengan program acara Nickledeon, yang
tayang pada tanggal 27 Februari 2009-06 Maret 2009. 1.6.4. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a Pengamatan pribadi, yaitu dimana peneliti mengamati siaran film
kartun di ANTV dan Global TV pada tanggal 27 Februari 2009-06 Maret 2009.
b Penelitian kepustakaan library research, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan menghimpun data dari buku-buku serta bacaan yang relevan serta mendukung penelitian.
1.6.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi dengan menggunakan statistik deskriptif. Pengolahan data statistik pada dasarnya adalah proses pemberian kode
identitas terhadap data penelitian melalui angka-angka. Dimana sebelumnya data tersebut belum berarti apa-apa. Statistik deskriptif digunakan dengan upaya menggambarkan gejala
atau fenomena dari satu variabel yang diteliti tanpa berupaya menjelaskan hubungan yang ada. Dalam penelitian ini, gejala atau fenomena yang akan diteliti adalah bentuk-bentuk
pornomedia pada tayangan film kartun di ANTV Star Kids dan Global TV Nickelodeon.
Universitas Sumatera Utara
BAB II URAIAN TEORITIS
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam
menjalani hidup, dan ketika manusia mulai membutuhkan orang lain maka manusia pun mulai berkomunikasi dengan harapan agar orang tersebut memahami, mengerti serta memberikan
reaksi terhadap pesan yang dikomunikasikannya. Inilah yang membuat komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia dan seiring berjalannya waktu, manusia tidak harus
bertatap muka terlebih dahulu agar dapat berkomunikasi. Kini telah hadir suatu media yang cepat dan praktis untuk menyampaikan pesan kepada khalayak ramai tanpa mengurangi isi dari
pesan tersebut dan yang sering dikenal dengan istilah komunikasi massa. Berikut ini pembahasan mengenai konsep-konsep yang kita dapati dalam komunikasi massa serta media
yang dipergunakan dalam penyebaran isi pesan yang ingin dikomunikasikan kepada khalayak ramai.
Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai Nawawi, 1995 : 40.
Bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat adalah suatu kiasan yang kita umpamakan apabila suatu penelitian berjalan tanpa suatu pemikiran rasional. Setiap penelitian harus
memiliki landasan dalam berpikir untuk menggambarkan dari sudut pandang mana peneliti
menyoroti masalah yang akan diteliti. Konsep-konsep yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah Konsep
Komunikasi Massa, Televisi, Film Kartun, Pornomedia, serta Analisis Isi, berikut penjelasannya:
II. 1. Beberapa Aspek Komunikasi Massa
Universitas Sumatera Utara
II.1.1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembacapendengarpenonton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap
mereka. Sejak diketemukannya media cetak, langkah aktivitas komunikasi mulai menanjak cepat. Apalagi dengan penemuan telegraph, semua itu menjadi kenyataan. Walaupun bukan
sebagai media massa komunikasi, peralatan ini menjadi elemen penting bagi akumulasi teknologi yang akhirnya akan mengarahkan masyarakat memasuki era media massa
elektronik. Sehingga muncullah era dunia motion picture yang sering kita sebut sebagai film- film bioskop dan televisi. Pada permulaan abad ke-20, film-film bioskop dan televisi menjadi
bentuk hiburan keluarga. Hal ini diikuti dengan pengembangan radio rumah tangga pada tahun 1920-an dan pada tahun 1940-an diikuti dengan pengembangan televisi rumah tangga. Hal ini
menunjukkan peralihan kemampuan manusia dalam berkomunikasi yang ditunjukkan dengan ‘revolusi’ komunikasi yang sedang terjadi sepanjang keberadaan manusia. Dan juga
pertumbuhan media massa telah terjadi dengan sangat luar biasa akhir-akhir ini yang ditunjukkan dengan penayangan peristiwa-peristiwa besar didunia melalui media massa.
Perlu kita ketahui bahwa komunikasi massa mempunyai titik tekan dan bahasan tersendiri. Misalnya Wilbur Schramm 1958 dalam bukunya Introduction of Mass
Communication Research seperti yang dikutip oleh Nurudin dalam bukunya Komunikasi Massa menunjukkan, beberapa penelitian yang dilakukan pada tahun1920-an dan 1930-an
memusatkan perhatiannya pada analisis sejarah surat kabar dan majalah atau deskripsi interprestasi pesan media. Bahkan dalam jurnal ilmiah tertua komunikasi Journalism Quaterly
dikemukakan bahwa wilayah kajian jurnalistik dan komuniksi massa bisa ditekankan pada sejarah, hukum dan analisis isi media.
Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Dalam hal ini kata ‘massa’ lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan
Universitas Sumatera Utara
dengan media massa. Dengan kata lain, ‘massa’ menunjuk pada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. Menurut Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble 1986, sesuatu
bisa didefininisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup : a
Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan
tersebar. Pesan-pesan itu disebarkan melalui media modern antara lain surat kabar, majalah, televisi, dan lain-lain.
b Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya
bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang saling tidak kenal atau mengetahui satu sama lain.
c Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh
banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik. d
Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Jadi komunikatornya tidak berasal dari seseorang tapi
lembaga yang biasanya berorientasi pada keuntungan bukan organisasi sukarela atau nirlaba.
e Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper pentapis informasi, artinya, pesan-
pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.
f Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda yang artinya umpan balik dari
pesan yang kita sampaikan tidak langsung terlihat. Sedangkan menurut Josep A Devito mengartikan komunikasi massa adalah
komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya dan komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau yang visual. Hal ini
dipertegas lagi oleh Alexis Tan yang menyatakan bahwa komunikator dalam komunikasi
Universitas Sumatera Utara
massa adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah orang banyak yang terpisah. Dengan kata lain, komunikator dalam
komunikasi massa adalah media massa surat kabar, majalah atau penerbit buku, stasiun atau jaringan televisi.
Marshall Mcluhan mengatakan bahwa kita sebenarnya hidup dalam suatu ‘desa gobal’. Pernyataan Mcluhan ini mengacu pada perkembangan media komunikasi modern yang
telah memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia. Kehadiran media secara serempak di berbagai tempat telah menghadirkan
tantangan baru bagi para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Pentingnya komunikasi massa dalam kehidupan manusia modern saat ini, terutama dengan kemampuannya untuk
menciptakan publik, menentukan issue, memberikan kesamaan kerangka pikir, dan menyusun perhatian publik, pada gilirannya telah mengundang berbagai sumbangan teoritis terhadap
kajian tentang komunikasi massa. Pengertian komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner
ArdiantoKomala, 2004 : 3 adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus
menggunakan media massa. Sekalipun komunikasi disampaikan kepada khalayak banyak seperti rapat akbar dilapangan luas, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan
komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu
proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan, dan
dikonsumsi oleh audience. Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media. Media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi berupa produk budaya atau pesan yang
mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana
Universitas Sumatera Utara
dengan politik atau ekonomi, media merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas. Dan media komunikasi yang masuk ke dalam
komunikasi massa adalah radio, film dan televisi yang digolongkan sebagai media elektronik, dan surat kabar serta majalah yang digolongkan sebagai media cetak.
II.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa 1. Komunikator terlembagakan
Ciri-ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya melibatkan lembaga serta bergerak dalam organisasi yang kompleks. Contohnya saja jika komunikasi massa
dilakukan menggunakan media televisi, maka komunikator yang dilibatkan banyak sekali, mulai dari orang-orang yang menyiapkan acara dibalik layar seperti produser, reporter,
camera person sampai ke hal yang sangat teknis seperti make up, floor director, lighting man, sutradara, petugas audio dan lain sebagainya.
2. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan
komunikasi massa bersifat umum. 3. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen, karena komunikasinya menggunakan media dan tidak dilakukan secara tatap muka. Heterogen disini
dimaksudkan komunikan dari komunikasi massa terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan,
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan, latar belakang budaya, agama, tingkat ekonomi dan lain sebagainya. Keadaan ini tentunya sudah didasari oleh komunikator komunikasi massa.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi yang lainnya, adalah jumlah sasaran khlayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas.
Bahkan lebih dari pada itu, komunikan yang banyak tersebut memperoleh pesan yang sama secara serempak pada waktu yang bersamaan. Keserempakan media massa itu ialah
keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama yang lainnya berada dalam keadaan terpisah.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan hubungan sekaligus. Namun, yang penting dalam komunikasi massa adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa pesan harus disusun
sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Komunikasi massa adalah komunikasi dengan melalui media massa, karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak secara
langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan yang
diterima apa adanya. Hal inilah yang menjadi salah satu kelemahan komunikasi massa. 7. Stimuli Alat Indra Terbatas
Ciri komunikasi massa yang lain adalah stimuli alat indra yang terbatas. Pada komunikasi antarpesona yang sifatnya tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunkasi
dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat mendengar secara langsung, melihat bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung
kepada jenis media massa. Pada surat kabar, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan
Universitas Sumatera Utara
rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film dapat menggunakan alat indra penglihatan dan pendengaran.
8. Umpan Balik Tertunda
Komponen umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi. Efektifitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan
oleh komunikan. Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpesona.
II.1.3. Proses Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa pada satu sisi adalah proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas, dan di sisi lain komunikasi
massa diartikan sebagai komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, anonim, melalui media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat
diterima secara serentak dan sesaat Ardianto Komala, 2004 : 31.
Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontiniu, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan
berakhirnya. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen elemen penunjang. Demikian juga dengan komunikasi yang pada hakikatnya merupakan suatu proses,
berlangsungnya komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen. Pengertian komponen disini adalah bagian-bagian terpenting dan harus ada pada suatu kesatuan.
Wilbur Schramn mengatakan bahwa berlangsungnya proses komunikasi, minimal diperlukan tiga komponen yaitu, source, message, destination atau komunikator, pesan, dan
komunikan. Apabila salah satu dari komponen itu tidak ada maka komunikasi tidak dapat berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran channel yang biasanya
dikenal dengan media printed cetak, media auditif radio, media visual gambar, lukisan dan media audiovisual televisi dan film. Media disini adalah alat yang dapat digunakan untuk
mencapai massa sejumlah orang yang tidak terbatas. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan suatu proses
yang melukiskan bagaimana komunikator menggunakan teknologi media massa guna menyebarluaskan pesan-nya melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah
yang banyak. Severin Ardianto Komala, 2004 :32 mengemukakan bahwa pengertian komunikasi massa pada intinya merupakan komunikasi yang menggunakan saluran media
untuk menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, bertempat tinggal jauh, heterogen, anonim, dan menimbulkan efek-efek tertentu.
Harold D Laswell dalam Ardianto Komala, 2004 : 33, seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal yaitu formula yang
menentukan proses komunikasi massa. Dengan menjawab pertanyaan : Who siapa?
Says what berkata apa? In which channel melalui saluran apa?
To whom kepada siapa? With what effect dengan efek apa?
Formula ini dapat digunakan untuk memberikan struktur kajian dalam bidang komunikasi massa sekaligus membedakan berbagai jenis penelitian komunkasi.
Tabel 1: Formula Laswel WHO
SAYS WHAT IN WHICH CHANNEL
TO WHOM WITH
WHAT
Universitas Sumatera Utara
EFFECT
Siapa Berkata apa
Melalui saluran apa
Kepada siapa Dengan efek
apa Komunikator
Pesan Media
Penerima Efek
Control Studies
Analisis Pesan Analisis media Analisis
khalayak Analisis efek
Sumber : Modul 1-9 Teori Komunikasi, S Djuarsa Sendjaja, Ph.D dkk, UT, 1994 Dalam proses formula Laswell, secara langsung menggambarkan bahwa proses
komunikasi memerlukan media. Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dan komunikan massa melalui sebuah sarana, yaitu televisi bersifat
periodik. Dalam komunikasi massa tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan sejumlah orang dengan organisasi yang kompleks serta
pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory hanya meneruskan maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut hanya dapat didengar
dan dilihat sekilas J.B Wahyudi, 1991 dalam Kuswandi, 1996 : 16. Dengan mengikuti formula Laswell dapat dipahami bahwa dalam proses komunkasi
massa terdapat lima unsur dalam proses komunkasi : 1.
Who siapa Komunikator, adalah orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi
massa. Bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. 2.
Says what apa yang dikatakan Pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang
sangat erat kaitannya dengan analisis pesan. 3.
In which channel melalui saluran apa
Universitas Sumatera Utara
Media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi.
4. To whom kepada siapa
Komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan.
5. With what effect dengan efek apa
Hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju.
II.1.4. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa menurut Dominick 2001 terdiri dari surveillance pengawasan, interpretation penafsiran, linkage keterkaitan, transmission of values
penyebaran nilai-nilai, dan entertainment hiburan.
1. Surveillance Pengawasan
Fungsi pengawasan dalam komunikasi massa terbagi dalam 1 Warning or beware surveillance
pengawasan peringatan, 2 Instrumental surveillance pengawasan
instrumental. Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang
ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Sedangkan fungsi pengawasan instrumental
adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti bagaimana harga saham di bursa
efek, dan film apa yang sedang tayang di bioskop dan lain sebagainya.
2. Interpretation Penafsiran
Fungsi penafsiran hampir sama dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian
Universitas Sumatera Utara
penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.
Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat dari halaman tajuk rencana editorial surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak pembaca,
serta dilengkapi perspektif sudut pandang terhadap berita yang disajikan pada halaman yang lainnya. Penafsiran tidak terbatas pada tajuk rencana. Rubrik artikel yang disajikan pun
memberikan analisis kasus dibelakang peristiwa yang menjadi berita utama. Tujuan penafsiran media ingin mengajak pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya
lebih lanjut.
3. Linkage Pertalian
Media massa menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Contohnya,
masyarakat pecinta drama televisi akan disatukan oleh stasiun televisi yang sering sekali menayangkan program drama televisi sedangkan masyarakat yang menyukai berita akan
disatukan oleh stasiun televisi atau media massa yang khusus menyajikan berita-berita aktual.
4. Transmission Of Value Penyebaran Nilai-Nilai
Fungsi ini disebut juga dengan fungsi sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara,
dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili
gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan kata lain, media
mewakili kita dengan model peran yang kita amati, dan harapan untuk menirunya. Contohnya, banyak masyarakat mulai menggandrungi merk handphone tertentu yang harganya lumayan
mahal sejak masyarakat melihat tayangan drama televisi yang menampilkan para selebritis memakai merk handpone tersebut. Bahkan, handphone yang dulunya adalah barang yang
cukup prestise bagi kalangan menengah ke atas kini dapat dimiliki oleh kalangan menengah
Universitas Sumatera Utara
kebawah. Dan satu hal lagi, sebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja belajar tentang prilaku berpacaran dari menonton film dan acara televisi yang mengisahkan tentang
pacaran, termasuk pacaran yang agak liberal atau bebas. Di antara semua media massa, televisi sangat berpotensi menyebarkan nilai-nilai pada
usia muda terutama anak-anak. Beberapa pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama sosialisasi nilai-nilai yang tidak
bermanfaat contohnya seperti sosialisasi tayangan kekerasan dan pornomedia yang akan membuat anak-anak berfikir bahwa metode kekerasan dan pornomedia adalah wajar dalam
memecahkan permasalahan hidup dan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Entertainment Hiburan
Hampir semua media massa menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari
merupakan tayangan hiburan terkecuali televisi yang menayangkan program acara khusus berita. Begitu pun radio. Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi,
khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Melalui berbagai macam acara radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan
hal tersebut dengan memuat cerpen, komik, TTS dan berita yang mengandung human interest sentuhan manusiawi.
Sementara itu Karlinah, 1999 dalam Ardianto Komala, 2004 : 19 mengemukakan fungsi komunikasi secara umum :
1. Fungsi Informasi
Fungsi memberikan informasi diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar dan pemirsa. Berbagai informasi diperlukan oleh khalayak media
massa bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitar.
Universitas Sumatera Utara
2. Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan
media massa melalui pengajaran etika, nilai, serta aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Media melakukannya melalui drama, cerita, diskusi, artikel dan lain-lain. 3.
Fungsi Mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi pada media massa secara implisit terdapat pada tajuk rencana, features, iklan, artikel, program tayangan televisi seperti sinetron, film kartun dan sebagainya.
Khalayak dapat terpengaruh oleh pesan-pesan yang ada dalam media massa tersebut sehingga
tanpa sadar melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh media tersebut. 4.
Fungsi Proses Pengembangan Mental
Untuk mengembangkan wawasan, kita perlu berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya.
Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia pada komunikasi,
karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya. 5.
Fungsi Adaptasi Lingkungan
Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses
pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan
kesamaan di antara komunikator dan komunikan.
6. Fungsi Memanipulasi Lingkungan
Universitas Sumatera Utara
Memanipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada
disekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.
II.2. Televisi Sebagai Media Massa Tidak ada yang tidak pernah melihat televisi karena televisi adalah salah satu media
komunikasi massa yang paling banyak diminati masyarakat, hal ini terlihat dalam rumah- rumah masyarakat. Kotak-kotak televisi itu, baik yang berukuran kecil sampai besar, telah
menyelinap masuk kemana saja, tak peduli apakah itu ruang pribadi, ruang keluarga, juga ruang publik. Televisi pada saat ini telah menjadi salah satu prasyarat yang ‘harus’ berada di
tengah-tengah mereka. Sebuah rumah baru dikatakan lengkap, jika ada pesawat televisi didalamnya. Hal ini tidak hanya berlaku pada masyarakat kota yang relatif kaya, melainkan
telah merambah ke pelosok-pelosok desa, di rumah-rumah hunian liar, di pinggir-pinggir sungai kota, ataupun dibawah jembatan layang.
II.2.1. Munculnya Teknologi Televisi Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele bahasa Yunani
yang berarti jauh, dan visi videre – bahasa Latin berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini
diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat studio televisi dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima televisi set Wahyudi, 1986 : 49.
Televisi adalah salah satu perangkat komunikasi massa dalam rumpun media elektronik. Teknologi elektronik merupakan puncak pencapaian ilmu pengetahuan pada saat
ini. Ia berhasil mengecilkan alam semesta, memendekkan jarak dan berhasil menisbikan batas
Universitas Sumatera Utara
waktu. Televisi berkembang sedemikian rupa sehingga hubungan antar manusia dengan manusia, hubungan jarak dan waktu hampir-hampir tidak dapat terpisahkan lagi.
Sebagai sarana komunikasi massa, televisi merupakan perangkat yang paling potensial saat ini. Daya capai serta daya penetrasinya cukup tinggi, yang pada gilirannya secara
beruntun memberikan pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan dan pertumbuhan masyarakat. Terutama sekali masyarakat Negara kita yang berciri khusus yaitu dalam geografi
berbentuk kepulauan, dan dalam demografi berisi kemajemukan sosial dan budaya. Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula
dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin Jerman Timur yang bernama Pail Nipkow, untuk mengirim gambar melalui udara dari
satu tempat ke tempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. akhirnya Nipkow diakui sebagai ‘Bapak’ televisi J.B. Wahyudi. 1983 dalam Kuswandi, 1996 : 6.
II.2.2. Sejarah Televisi Indonesia Dan Khalayaknya Pada tahun 1952, muncul gagasan dari Menteri Penerangan saat itu, Maladi, untuk
mendirikan sebuah stasiun televisi di Indonesia. Meski jumlah pemilik pesawat televisi masih sangat sedikit dan itu pun terpusat di Jakarta, namun bangsa Indonesia, dari kacamatanya,
sudah memerlukan stasiun televisi nasional. Sepuluh tahun kemudian, Agustus 1962, keinginan itu terlaksana dengan nama Televisi Republik Indonesia TVRI.
Ide tersebut sejalan dengan cita-cita Presiden Soekarno yang ingin menjadikan bangsa Indonesia sebagai mercusuar melalui penciptaan hal-hal besar. Dengan stasiun televisi,
tujuan-tujuan pemerintah yang bersifat politis, pedagogis, dan prestise, baik internal maupun eksternal, akan relatif mudah untuk bisa dicapai.
Setidaknya, ada tiga pemikiran yang menjadi dasar berdirinya TVRI. Pertama, secara politis diperkirakan akan menguntungkan pemerintah dalam kampanye pemilu pertama
Universitas Sumatera Utara
1955. Kedua, dapat menempa persatuan nasional lewat pendidikan. Ketiga, momen Asian Games, dimana dengan adanya stasiun televisi, bangsa Indonesia akan mendapatkan prestise
sebagai bangsa yang modern, berkembang cepat, dan canggih dalam perkara teknologi. Namun, meski tayangan perdana TVRI tidak mampu mengejar jadwal pemilu yang
diselenggarakan pada 1955, pemerintah masih berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu lainnya, yaitu membuat dunia melihat ke Indonesia prestise dengan perayaan peringatan Hari
Kemerdekaan 17 Agustus 1962 dan liputan 12 hari Asian Games 1962. Namun, pameran ke dunia luar tidak berlangsung lama. Setelah tayangan perdana itu berakhir, TVRI mulai
berpaling pada pemirsa dalam negeri. Berbagai program acara televisi bikinan sendiri mulai digelar, lengkap dengan tujuan-tujuan tertentu, yang selalu bermain di wilayah propaganda-
propaganda. Ada kenyataan yang menarik saat TVRI mencurahkan perhatiannya ke dalam
negeri, yaitu bayangan tentang sosok masyarakat Indonesia yang berbeda suku, agama, dan ras. Pembayangan ini terlihat jelas dalam Keputusan Presiden No.27 tahun 1963: “televisi nasional
Indonesia memilih fungsi sebagai sebuah instrument komunikasi dalam kerangka pembangunan mental, spiritual, dan fisik sebagai bagian proses pembangunan bangsa
Indonesia khususnya menuju pembangunan manusia sosialis. Dalam operasi penyiaran televisi, peran yang paling diutamakan adalah peran sosial televisi”oleh Hermin Indah Wahyuni,
Televisi dan Intervensi Negara, Yogyakarta 2000 seperti yang dikutip oleh TM. Dhani Iqbal dalam bukunya Matinya Rating Televisi, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2006.
TVRI pemerintah mengasumsikan pemirsanya sebagai salah satu anggota bangsa yang sedang diciptakan. Keanekaragaman etnis dan budaya penduduk Indonesia direduksi
menjadi satu macam masyarakat Indonesia. Seluruh konsentrasi terpusat pada bagaimana menggalang kesatuan dan persatuan dari seluruh masyarakat Indonesia yang diasumsikan pasti
menonton. Untuk mendukung rencana ini, pemerintah mulai menyiapkan sejumlah langkah
Universitas Sumatera Utara
strategis. Diantaranya, menyediakan pesawat televisi di ruang publik, menyebarkan 10.000 pesawat televisi bagi pegawai negeri, serta menyakinkan masyarakat bahwa televisi adalah
media resmi dari pemerintahNegara. Sedangkan langkah lainnya, pemerintah juga melakukan ‘perlindungan’ terhadap masyarakat Indonesia dari serbuan program-program asing. Program-
program yang ‘terlalu Barat’ dilabelisasikan sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai- nilai, tradisi asli, dan budaya nasional yang sedang dibentuk dan digodok di Jakarta.
Kemudian, tiga tahun setelah TVRI berdiri, yaitu tahun 1965, pemerintahan Orde Lama jatuh dan mulai dikuasi oleh Jendral Soeharto dengan ‘arak-arakan’ Orde Baru-nya.
Namun demikian, secara prinsipil dan struktural, keberadaan TVRI tidak banyak berubah. TVRI tetap disublimkan dengan struktur birokrasi pemerintah dengan maksud yang sama,
yaitu sebagai medium propaganda. Sebagaimana Orde Lama, wajah dunia pertelevisian di masa Orde Baru betul-betul berorientasi pada apa yang bisa disebut pencakokan ideologis.
Wacana yang disoroti adalah wacana yang selalu berasal dari pemerintah pusat Jakarta seperti : gunting pita pada peresmian gedung-gedung, petani yang sejahtera, dan sebagainya. Namun,
dari perspektif kepemirsaan, ada yang berbeda antara TVRI zaman Orde Lama dengan Orde Baru. Pada zaman Orde Baru, TVRI tidak lagi mengandaikan pemirsanya sebagai ‘masyarakat
sosialis’. Karakter pemirsa dalam Orde Baru adalah sebuah keluarga besar. Hal ini dibuktikan dengan pengggunaan kata sapaan ‘Saudara’ dalam program-program acaranya. Ini cermin dari
pandangan bahwa pemirsa adalah kumpulan persaudaraan, anak-anak dalam satu keluarga, dengan bapak kelurganya adalah Presiden.
Anak-anak itu kemudian dirasa membutuhkan bimbingan dan perlindungan. Dan berlakulah yang berwenang sebagai sosok yang memiliki sifat-sifat kebapakan, seperti
bijaksana, berimbang, dewasa dalam penilaian serta mengklaim sebagai orangtua yang paling tahu apa yang terbaik. Buktinya, pada tahun 1981, Presiden Soeharto melarang tayangan iklan
dengan alasan demi memfokuskan televisi dalam membantu program pembangunan nasional,
Universitas Sumatera Utara
sembari menghindarkan efek buruk iklan konsumerisme yang tidak mendukung semangat pembangunan produksi. Dalam hal ini, pemirsa betul-betul dipandang sebagai penerima
pesan yang kurang lebih pasif, bahkan bisa dikatakan tidak memiliki keinginan yang harus dipikirkan oleh pemerintah.
Sikap ‘yang penting pusat’ ini mengakibatkan kejenuhan dalam masyarakat dalam mengakses televisi. Dan di koran-koran, muncul keluhan-keluhan dari masyarakat dan redaksi
tentang banyaknya judul acara yang tidak tampak utuh, sikap sembrono pada penyusunan acara, penayangan simbol Pancasila yang terlalu sering, sering mengubah acara tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu kepada penonton dan lain-lain. Dan hal inilah yang kemudian dibaca oleh sejumlah pengusaha. Menjelang akhir 1980-an, beberapa orang yang dekat dengan
keluarga ‘petinggi Republik Indonesia’ mendirikan stasiun televisi swasta pertama yang bernama Rajawali Citra Televisi Indonesia RCTI. Kehadiran televisi swasta ini sontak
membuat kehidupan dunia televisi tidak lagi sederhana. Televisi yang semula berlaku hanya sebagai institusi sosial, dan karenanya hanya
berkutat pada pemahaman bagaimana mempengaruhi masyarakat secara politis, kini dihadapkan sebagai institusi bisnis yang juga harus berpikir bagaimana mendapatkan
keuntungan. Sebagai pebisnis, para pelaku dari dunia non pers ini memandang pers sebagai peluang usaha, atau sarana pembentukan citra yang baik lewat media yang dapat mereka
kontrol atau pengaruhi. Sejak itu, iklan mulai dijadikan tumpuan bagi keberlangsungan hidup suatu institusi media. Dan lambat laun industri media televisi mulai digerakkan yang oleh
beberapa orang disebut sebagai interaksi segitiga, yaitu stasiun penyiaran , khalayak pemirsa, dan pemasang iklan. Masing-masing komponen itu dilihat sebagai bagian dari sebuah roda
yang diharapkan mampu berputar dengan baik dalam rangka mendapatkan keuntungan uang.
II.2.3. Karakteristik televisi
Universitas Sumatera Utara
1. Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat audiovisual. Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek
suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun dengan demikian bukan berarti gambar lebih penting dari pada kata-kata. Keduanya harus sesuai secara
harmonis.
2. Berpikir Dalam Gambar
Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Naskah yang dibuat oleh pengarah acara harus sesuai dengan gambar yang ditampilkan, begitu
pula komunikator yang akan menyampaikan informasi harus menyesuaikan dengan visual yang ditampilkan.
Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar, tahap pertama adalah visualization visualisasi yaitu menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan
yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya
sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Objek tersebut biasanya manusia, benda dan lain sebagainya.
Tahap kedua adalah picturization penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar- gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.
Dalam proses penggambaran ada gerakan-gerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan gambar yang sangat besar big close-up, gambar yang diambil dari jarak dekat close shot
dan lain-lain. Perpindahan dari satu gambar ke gambar yang lainnya juga bermacam-macam bias secara menyamping panning, dari atas ke bawah atau sebaliknya titling dan lain
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengoperasian Lebih Kompleks
Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan dua
orang pembaca berita saja dapat melibatkan sedikitnya sepuluh orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemandu gambar, dua atau tiga
juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara, dan lain-lain. Peralatan yang digunakan pun cukup banyak dan untuk mengoperasikannya cukup rumit dan harus dilakukan
oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.
Televisi memang mempunyai daya tarik yang kuat, dan hal ini sudah tidak asing lagi. Jikalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound
effect, maka televisi memiliki unsur visual berupa gambar selain ketiga unsur yang dimiliki oleh radio. Gambar ini bukan gambar mati melainkan gambar hidup yang mampu memikat hati
penonton dan meninggalkan kesan yang mendalam. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film di bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman,
juga menyiarkan program-program acara yang menarik selain film.
II.3. Film Kartun
Televisi memang berbeda dengan film, namun film tanpa televisi bisa kita katakan tidak akan berkembang dan dikenal oleh masyarakat. Pada segi visualnya atau lebih tepatnya
kita katakan segi optisnya terdapat sifat-sifat yang dimiliki film. Film adalah gambar yang bergerak moving picture. Demikian pula pada televisi. Bedanya, jika gambar-gambar yang
bergerak pada film itu berlangsung secara mekanis, pada televisi berlangsung secara elektronis. Yang dimaksudkan dengan mekanik adalah, bahwa film yang tampak oleh penonton-penonton
di gedung bioskop itu adalah berbentuk gambar-gambar yang terbuat dari seluloid yang transparant dalam jumlah yang banyak yang apabila digerakkan melalui cahaya yang kuat,
Universitas Sumatera Utara
akan tampak pada layar sperti gambar yang hidup. Berbeda dengan televisi. Gambar-gambar yang hidup yang tampak pada layar pesawat televisi tidak berasal dari bahan yang mempunyai
wujud. Sebuah objek yang terkena sasaran lensa kamera diubah menjadi getaran ini tertangkap oleh antena pesawat televisi, dalam pesawat ini akan mengalami perubahan kembali menjadi
gambar-gambar yang hidup yang segalanya sama dengan objek yang kena sasaran kamera tadi. Inilah yang membuat televisi menjadi primadona dalam media komunikasi massa,
karena dapat dimiliki oleh masyarakat, program acaranya dapat disaksikan kapan saja, dengan nyaman dan tanpa mengeluarkan biaya yang mahal untuk membeli karcis nonton film seperti
dibioskop, karena televisi seperti film bioskop yang berada di rumah . Hal ini pula yang mendorong praktisi film bekerja sama dengan televisi. Para praktisi film ini memutar otak
untuk menemukan celah dalam program acara televisi. Dan hal ini berhasil, bak dua sisi mata uang, program televisi tidak akan pernah lengkap tanpa ada film yang menjadi salah satu
program acaranya. Begitu pula dengan film-film tidak akan pernah dikenal bahkan ditonton oleh masyarakat kalau tidak dijadikan sebagai salah satu program tayangan di televisi. Apalagi
seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan informasi serta hiburan yang mereka inginkan dari sebuah televisi. Dan pada akhirnya, bagi praktisi perfilman, televisi bukan lagi
diangggap sebagai ‘musuh’, melainkan kawan yang dapat diajak bekerja sama mencari keuntungan disamping mengabdikan diri kepada masyarakat. Demikianlah, maka perusahaan-
perusahaan film menjual atau menyewakan filmnya yang sudah ‘tua’ kepada studio-studio siaran televisi yang merupakan keuntungan bagi kedua belah pihak
Kenyataan bahwa siaran-siaran televisi membutuhkan film menimbulkan minat pada pengusaha-pengusaha produksi film untuk membuat film khusus bagi keperluan siaran
televisi. Dan seiring meningkatnya permintaan masyarakat, praktisi perfilman pun bekerjasama dengan televisi dan menampilkan film-film dalam program acaranya, mulai dari
film cerita story film, film berita newsreel, film documenter documentary film hingga film
Universitas Sumatera Utara
kartun cartoon film yang banyak digemari oleh anak-anak. Uluran tangan itu disambut baik oleh orang-orang televisi, karena film yang murah harganya dan mudah disajikannya itu
merupakan program acara yang menarik minat masyarakat serta menarik keuntungan dari penayangan iklan.
Timbulnya gagasan untuk menciptakan film kartun ini adalah dari para seniman pelukis. Ditemukannya cinematography telah menimbulkan gagasan pada mereka untuk
menghidupkan gambar-gambar yang mereka lukis. Dan lukisan-lukisan itu bisa menimbulkan hal yang lucu dan menarik, karena dapat ‘disuruh’ memegang peranan apa saja, yang tidak
mungkin diperankan oleh manusia. Pada tahun 1908 seorang berkewarganegaraan Perancis bernama Emile Cohl telah
memuat film kartun Phantasmagora. Lalu pada tahun 1909 seorang Amerika yang bernama Winsor Mc.cay, menciptakan film kartun yang mengisahkan seekor dinosaurus yang diberi
nama Gertie, dan pada tahun 1913 Ladislas Starevitch dari dari Uni Soviet yang memperkenalkan film kartun berjudul Si Belang dan Si Semut. Lalu muncullah tokoh-tokoh
kartun seperti Donald Duck, Mickey Mouse juga Snow White yang diusung oleh seniman Amerika Serikat yaitu Walt Disney sekitar tahun 1928. Tokoh dalam film kartun dapat dibuat
menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi kecil secara tiba-tiba, dan lain-lain. Inilah yang membuat anak-anak lebih memilih film kartun dibandingkan jenis film
yang lain. Karena film kartun menawarkan hiburan serta hal-hal yang ajaib yang tidak pernah disaksikan oleh anak-anak dalam kehidupan nyata. Bukan hanya anak-anak saja yang tertarik
dengan film kartun, orang dewasa pun tertarik dengan film kartun. Hal inilah yang juga memicu pihak media untuk melirik pangsa pasar film kartun bagi kalangan orang dewasa,
sehingga timbullah persaingan antar stasiun televisi swasta dalam menayangkan film kartun. Pihak media pun tidak ingin kehilangan pemirsa setia-nya, sehingga praktisi media mulai
memasukkan unsur pornomedia kedalam film-film kartun tersebut.
Universitas Sumatera Utara
II.4. Pornomedia II.4.1. Media Massa dan Pornomedia