Fungsi Komunikasi Massa METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian

Media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. 4. To whom kepada siapa Komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan. 5. With what effect dengan efek apa Hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju.

II.1.4. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa menurut Dominick 2001 terdiri dari surveillance pengawasan, interpretation penafsiran, linkage keterkaitan, transmission of values penyebaran nilai-nilai, dan entertainment hiburan.

1. Surveillance Pengawasan

Fungsi pengawasan dalam komunikasi massa terbagi dalam 1 Warning or beware surveillance pengawasan peringatan, 2 Instrumental surveillance pengawasan instrumental. Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti bagaimana harga saham di bursa efek, dan film apa yang sedang tayang di bioskop dan lain sebagainya.

2. Interpretation Penafsiran

Fungsi penafsiran hampir sama dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian Universitas Sumatera Utara penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat dari halaman tajuk rencana editorial surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif sudut pandang terhadap berita yang disajikan pada halaman yang lainnya. Penafsiran tidak terbatas pada tajuk rencana. Rubrik artikel yang disajikan pun memberikan analisis kasus dibelakang peristiwa yang menjadi berita utama. Tujuan penafsiran media ingin mengajak pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut.

3. Linkage Pertalian

Media massa menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Contohnya, masyarakat pecinta drama televisi akan disatukan oleh stasiun televisi yang sering sekali menayangkan program drama televisi sedangkan masyarakat yang menyukai berita akan disatukan oleh stasiun televisi atau media massa yang khusus menyajikan berita-berita aktual.

4. Transmission Of Value Penyebaran Nilai-Nilai

Fungsi ini disebut juga dengan fungsi sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati, dan harapan untuk menirunya. Contohnya, banyak masyarakat mulai menggandrungi merk handphone tertentu yang harganya lumayan mahal sejak masyarakat melihat tayangan drama televisi yang menampilkan para selebritis memakai merk handpone tersebut. Bahkan, handphone yang dulunya adalah barang yang cukup prestise bagi kalangan menengah ke atas kini dapat dimiliki oleh kalangan menengah Universitas Sumatera Utara kebawah. Dan satu hal lagi, sebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja belajar tentang prilaku berpacaran dari menonton film dan acara televisi yang mengisahkan tentang pacaran, termasuk pacaran yang agak liberal atau bebas. Di antara semua media massa, televisi sangat berpotensi menyebarkan nilai-nilai pada usia muda terutama anak-anak. Beberapa pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama sosialisasi nilai-nilai yang tidak bermanfaat contohnya seperti sosialisasi tayangan kekerasan dan pornomedia yang akan membuat anak-anak berfikir bahwa metode kekerasan dan pornomedia adalah wajar dalam memecahkan permasalahan hidup dan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Entertainment Hiburan

Hampir semua media massa menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan terkecuali televisi yang menayangkan program acara khusus berita. Begitu pun radio. Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang dikehendakinya. Melalui berbagai macam acara radio siaran pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik, TTS dan berita yang mengandung human interest sentuhan manusiawi. Sementara itu Karlinah, 1999 dalam Ardianto Komala, 2004 : 19 mengemukakan fungsi komunikasi secara umum :

1. Fungsi Informasi

Fungsi memberikan informasi diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar dan pemirsa. Berbagai informasi diperlukan oleh khalayak media massa bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitar. Universitas Sumatera Utara

2. Fungsi Pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa melalui pengajaran etika, nilai, serta aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Media melakukannya melalui drama, cerita, diskusi, artikel dan lain-lain. 3. Fungsi Mempengaruhi Fungsi mempengaruhi pada media massa secara implisit terdapat pada tajuk rencana, features, iklan, artikel, program tayangan televisi seperti sinetron, film kartun dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh pesan-pesan yang ada dalam media massa tersebut sehingga tanpa sadar melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh media tersebut. 4. Fungsi Proses Pengembangan Mental Untuk mengembangkan wawasan, kita perlu berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia pada komunikasi, karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya. 5. Fungsi Adaptasi Lingkungan Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan kesamaan di antara komunikator dan komunikan.

6. Fungsi Memanipulasi Lingkungan

Universitas Sumatera Utara Memanipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada disekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan. II.2. Televisi Sebagai Media Massa Tidak ada yang tidak pernah melihat televisi karena televisi adalah salah satu media komunikasi massa yang paling banyak diminati masyarakat, hal ini terlihat dalam rumah- rumah masyarakat. Kotak-kotak televisi itu, baik yang berukuran kecil sampai besar, telah menyelinap masuk kemana saja, tak peduli apakah itu ruang pribadi, ruang keluarga, juga ruang publik. Televisi pada saat ini telah menjadi salah satu prasyarat yang ‘harus’ berada di tengah-tengah mereka. Sebuah rumah baru dikatakan lengkap, jika ada pesawat televisi didalamnya. Hal ini tidak hanya berlaku pada masyarakat kota yang relatif kaya, melainkan telah merambah ke pelosok-pelosok desa, di rumah-rumah hunian liar, di pinggir-pinggir sungai kota, ataupun dibawah jembatan layang. II.2.1. Munculnya Teknologi Televisi Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele bahasa Yunani yang berarti jauh, dan visi videre – bahasa Latin berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat studio televisi dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima televisi set Wahyudi, 1986 : 49. Televisi adalah salah satu perangkat komunikasi massa dalam rumpun media elektronik. Teknologi elektronik merupakan puncak pencapaian ilmu pengetahuan pada saat ini. Ia berhasil mengecilkan alam semesta, memendekkan jarak dan berhasil menisbikan batas Universitas Sumatera Utara waktu. Televisi berkembang sedemikian rupa sehingga hubungan antar manusia dengan manusia, hubungan jarak dan waktu hampir-hampir tidak dapat terpisahkan lagi. Sebagai sarana komunikasi massa, televisi merupakan perangkat yang paling potensial saat ini. Daya capai serta daya penetrasinya cukup tinggi, yang pada gilirannya secara beruntun memberikan pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan dan pertumbuhan masyarakat. Terutama sekali masyarakat Negara kita yang berciri khusus yaitu dalam geografi berbentuk kepulauan, dan dalam demografi berisi kemajemukan sosial dan budaya. Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin Jerman Timur yang bernama Pail Nipkow, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. akhirnya Nipkow diakui sebagai ‘Bapak’ televisi J.B. Wahyudi. 1983 dalam Kuswandi, 1996 : 6. II.2.2. Sejarah Televisi Indonesia Dan Khalayaknya Pada tahun 1952, muncul gagasan dari Menteri Penerangan saat itu, Maladi, untuk mendirikan sebuah stasiun televisi di Indonesia. Meski jumlah pemilik pesawat televisi masih sangat sedikit dan itu pun terpusat di Jakarta, namun bangsa Indonesia, dari kacamatanya, sudah memerlukan stasiun televisi nasional. Sepuluh tahun kemudian, Agustus 1962, keinginan itu terlaksana dengan nama Televisi Republik Indonesia TVRI. Ide tersebut sejalan dengan cita-cita Presiden Soekarno yang ingin menjadikan bangsa Indonesia sebagai mercusuar melalui penciptaan hal-hal besar. Dengan stasiun televisi, tujuan-tujuan pemerintah yang bersifat politis, pedagogis, dan prestise, baik internal maupun eksternal, akan relatif mudah untuk bisa dicapai. Setidaknya, ada tiga pemikiran yang menjadi dasar berdirinya TVRI. Pertama, secara politis diperkirakan akan menguntungkan pemerintah dalam kampanye pemilu pertama Universitas Sumatera Utara 1955. Kedua, dapat menempa persatuan nasional lewat pendidikan. Ketiga, momen Asian Games, dimana dengan adanya stasiun televisi, bangsa Indonesia akan mendapatkan prestise sebagai bangsa yang modern, berkembang cepat, dan canggih dalam perkara teknologi. Namun, meski tayangan perdana TVRI tidak mampu mengejar jadwal pemilu yang diselenggarakan pada 1955, pemerintah masih berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu lainnya, yaitu membuat dunia melihat ke Indonesia prestise dengan perayaan peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1962 dan liputan 12 hari Asian Games 1962. Namun, pameran ke dunia luar tidak berlangsung lama. Setelah tayangan perdana itu berakhir, TVRI mulai berpaling pada pemirsa dalam negeri. Berbagai program acara televisi bikinan sendiri mulai digelar, lengkap dengan tujuan-tujuan tertentu, yang selalu bermain di wilayah propaganda- propaganda. Ada kenyataan yang menarik saat TVRI mencurahkan perhatiannya ke dalam negeri, yaitu bayangan tentang sosok masyarakat Indonesia yang berbeda suku, agama, dan ras. Pembayangan ini terlihat jelas dalam Keputusan Presiden No.27 tahun 1963: “televisi nasional Indonesia memilih fungsi sebagai sebuah instrument komunikasi dalam kerangka pembangunan mental, spiritual, dan fisik sebagai bagian proses pembangunan bangsa Indonesia khususnya menuju pembangunan manusia sosialis. Dalam operasi penyiaran televisi, peran yang paling diutamakan adalah peran sosial televisi”oleh Hermin Indah Wahyuni, Televisi dan Intervensi Negara, Yogyakarta 2000 seperti yang dikutip oleh TM. Dhani Iqbal dalam bukunya Matinya Rating Televisi, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2006. TVRI pemerintah mengasumsikan pemirsanya sebagai salah satu anggota bangsa yang sedang diciptakan. Keanekaragaman etnis dan budaya penduduk Indonesia direduksi menjadi satu macam masyarakat Indonesia. Seluruh konsentrasi terpusat pada bagaimana menggalang kesatuan dan persatuan dari seluruh masyarakat Indonesia yang diasumsikan pasti menonton. Untuk mendukung rencana ini, pemerintah mulai menyiapkan sejumlah langkah Universitas Sumatera Utara strategis. Diantaranya, menyediakan pesawat televisi di ruang publik, menyebarkan 10.000 pesawat televisi bagi pegawai negeri, serta menyakinkan masyarakat bahwa televisi adalah media resmi dari pemerintahNegara. Sedangkan langkah lainnya, pemerintah juga melakukan ‘perlindungan’ terhadap masyarakat Indonesia dari serbuan program-program asing. Program- program yang ‘terlalu Barat’ dilabelisasikan sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai- nilai, tradisi asli, dan budaya nasional yang sedang dibentuk dan digodok di Jakarta. Kemudian, tiga tahun setelah TVRI berdiri, yaitu tahun 1965, pemerintahan Orde Lama jatuh dan mulai dikuasi oleh Jendral Soeharto dengan ‘arak-arakan’ Orde Baru-nya. Namun demikian, secara prinsipil dan struktural, keberadaan TVRI tidak banyak berubah. TVRI tetap disublimkan dengan struktur birokrasi pemerintah dengan maksud yang sama, yaitu sebagai medium propaganda. Sebagaimana Orde Lama, wajah dunia pertelevisian di masa Orde Baru betul-betul berorientasi pada apa yang bisa disebut pencakokan ideologis. Wacana yang disoroti adalah wacana yang selalu berasal dari pemerintah pusat Jakarta seperti : gunting pita pada peresmian gedung-gedung, petani yang sejahtera, dan sebagainya. Namun, dari perspektif kepemirsaan, ada yang berbeda antara TVRI zaman Orde Lama dengan Orde Baru. Pada zaman Orde Baru, TVRI tidak lagi mengandaikan pemirsanya sebagai ‘masyarakat sosialis’. Karakter pemirsa dalam Orde Baru adalah sebuah keluarga besar. Hal ini dibuktikan dengan pengggunaan kata sapaan ‘Saudara’ dalam program-program acaranya. Ini cermin dari pandangan bahwa pemirsa adalah kumpulan persaudaraan, anak-anak dalam satu keluarga, dengan bapak kelurganya adalah Presiden. Anak-anak itu kemudian dirasa membutuhkan bimbingan dan perlindungan. Dan berlakulah yang berwenang sebagai sosok yang memiliki sifat-sifat kebapakan, seperti bijaksana, berimbang, dewasa dalam penilaian serta mengklaim sebagai orangtua yang paling tahu apa yang terbaik. Buktinya, pada tahun 1981, Presiden Soeharto melarang tayangan iklan dengan alasan demi memfokuskan televisi dalam membantu program pembangunan nasional, Universitas Sumatera Utara sembari menghindarkan efek buruk iklan konsumerisme yang tidak mendukung semangat pembangunan produksi. Dalam hal ini, pemirsa betul-betul dipandang sebagai penerima pesan yang kurang lebih pasif, bahkan bisa dikatakan tidak memiliki keinginan yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Sikap ‘yang penting pusat’ ini mengakibatkan kejenuhan dalam masyarakat dalam mengakses televisi. Dan di koran-koran, muncul keluhan-keluhan dari masyarakat dan redaksi tentang banyaknya judul acara yang tidak tampak utuh, sikap sembrono pada penyusunan acara, penayangan simbol Pancasila yang terlalu sering, sering mengubah acara tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada penonton dan lain-lain. Dan hal inilah yang kemudian dibaca oleh sejumlah pengusaha. Menjelang akhir 1980-an, beberapa orang yang dekat dengan keluarga ‘petinggi Republik Indonesia’ mendirikan stasiun televisi swasta pertama yang bernama Rajawali Citra Televisi Indonesia RCTI. Kehadiran televisi swasta ini sontak membuat kehidupan dunia televisi tidak lagi sederhana. Televisi yang semula berlaku hanya sebagai institusi sosial, dan karenanya hanya berkutat pada pemahaman bagaimana mempengaruhi masyarakat secara politis, kini dihadapkan sebagai institusi bisnis yang juga harus berpikir bagaimana mendapatkan keuntungan. Sebagai pebisnis, para pelaku dari dunia non pers ini memandang pers sebagai peluang usaha, atau sarana pembentukan citra yang baik lewat media yang dapat mereka kontrol atau pengaruhi. Sejak itu, iklan mulai dijadikan tumpuan bagi keberlangsungan hidup suatu institusi media. Dan lambat laun industri media televisi mulai digerakkan yang oleh beberapa orang disebut sebagai interaksi segitiga, yaitu stasiun penyiaran , khalayak pemirsa, dan pemasang iklan. Masing-masing komponen itu dilihat sebagai bagian dari sebuah roda yang diharapkan mampu berputar dengan baik dalam rangka mendapatkan keuntungan uang.

II.2.3. Karakteristik televisi

Dokumen yang terkait

MUATAN KEKERASAN DALAM FILM KARTUN(Analisis Isi pada Film Kartun "Tom & Jerry" Seri 4 Karya Hanna Barbera)

1 5 3

Frekuensi Kemunculan Adegan Kekerasan Dalam Film Kartun (Studi Analisis Isi pada Serial Kartun Naruto Karya Masashi Kishimoto)

0 4 2

BENTUK KEKERASAN PADA FILM KARTUN DI TELEVISI ( ANALISIS ISI PADA SERIAL KARTUN DORAEMON )

4 95 19

MUATAN PROSOSIAL DALAM FILM KARTUN ( Analisis Isi Pada Film Kartun “Tom and Jerry Meet Sherlock Holmes” )

2 17 51

Analisis Isi Pesan Edukasi Dalam Tayangan Kartun Animasi Adit Sopo Jarwo di MNC TV

11 88 109

ANALISIS ISI KEKERASAN DALAM FILM KARTUN NARUTO

0 2 235

KEKERASAN DAN PORNOMEDIA DALAM KOMEDI PESBUKERS (ANALISIS ISI KEKERASAN DAN PORNOMEDIA DALAM Kekerasan dan Pornomedia dalam Komedi Pesbukers (Analisis Isi Kekerasan dan Pornomedia dalam Tayangan Televisi Pada Program Acara Komedi Pesbukers di ANTV Period

0 1 22

PENDAHULUAN Kekerasan dan Pornomedia dalam Komedi Pesbukers (Analisis Isi Kekerasan dan Pornomedia dalam Tayangan Televisi Pada Program Acara Komedi Pesbukers di ANTV Periode Bulan Juni 2012).

0 6 58

DAFTAR PUSTAKA Kekerasan dan Pornomedia dalam Komedi Pesbukers (Analisis Isi Kekerasan dan Pornomedia dalam Tayangan Televisi Pada Program Acara Komedi Pesbukers di ANTV Periode Bulan Juni 2012).

0 1 5

KEKERASAN DAN PORNOMEDIA DALAM KOMEDI PESBUKERS (Analisis Isi Kekerasan dan Pornomedia dalam Tayangan Televisi pada Kekerasan dan Pornomedia dalam Komedi Pesbukers (Analisis Isi Kekerasan dan Pornomedia dalam Tayangan Televisi Pada Program Acara Komedi

2 7 14