sembari menghindarkan efek buruk iklan konsumerisme yang tidak mendukung semangat pembangunan produksi. Dalam hal ini, pemirsa betul-betul dipandang sebagai penerima
pesan yang kurang lebih pasif, bahkan bisa dikatakan tidak memiliki keinginan yang harus dipikirkan oleh pemerintah.
Sikap ‘yang penting pusat’ ini mengakibatkan kejenuhan dalam masyarakat dalam mengakses televisi. Dan di koran-koran, muncul keluhan-keluhan dari masyarakat dan redaksi
tentang banyaknya judul acara yang tidak tampak utuh, sikap sembrono pada penyusunan acara, penayangan simbol Pancasila yang terlalu sering, sering mengubah acara tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu kepada penonton dan lain-lain. Dan hal inilah yang kemudian dibaca oleh sejumlah pengusaha. Menjelang akhir 1980-an, beberapa orang yang dekat dengan
keluarga ‘petinggi Republik Indonesia’ mendirikan stasiun televisi swasta pertama yang bernama Rajawali Citra Televisi Indonesia RCTI. Kehadiran televisi swasta ini sontak
membuat kehidupan dunia televisi tidak lagi sederhana. Televisi yang semula berlaku hanya sebagai institusi sosial, dan karenanya hanya
berkutat pada pemahaman bagaimana mempengaruhi masyarakat secara politis, kini dihadapkan sebagai institusi bisnis yang juga harus berpikir bagaimana mendapatkan
keuntungan. Sebagai pebisnis, para pelaku dari dunia non pers ini memandang pers sebagai peluang usaha, atau sarana pembentukan citra yang baik lewat media yang dapat mereka
kontrol atau pengaruhi. Sejak itu, iklan mulai dijadikan tumpuan bagi keberlangsungan hidup suatu institusi media. Dan lambat laun industri media televisi mulai digerakkan yang oleh
beberapa orang disebut sebagai interaksi segitiga, yaitu stasiun penyiaran , khalayak pemirsa, dan pemasang iklan. Masing-masing komponen itu dilihat sebagai bagian dari sebuah roda
yang diharapkan mampu berputar dengan baik dalam rangka mendapatkan keuntungan uang.
II.2.3. Karakteristik televisi
Universitas Sumatera Utara
1. Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat audiovisual. Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek
suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun dengan demikian bukan berarti gambar lebih penting dari pada kata-kata. Keduanya harus sesuai secara
harmonis.
2. Berpikir Dalam Gambar
Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Naskah yang dibuat oleh pengarah acara harus sesuai dengan gambar yang ditampilkan, begitu
pula komunikator yang akan menyampaikan informasi harus menyesuaikan dengan visual yang ditampilkan.
Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar, tahap pertama adalah visualization visualisasi yaitu menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan
yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya
sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Objek tersebut biasanya manusia, benda dan lain sebagainya.
Tahap kedua adalah picturization penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar- gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.
Dalam proses penggambaran ada gerakan-gerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan gambar yang sangat besar big close-up, gambar yang diambil dari jarak dekat close shot
dan lain-lain. Perpindahan dari satu gambar ke gambar yang lainnya juga bermacam-macam bias secara menyamping panning, dari atas ke bawah atau sebaliknya titling dan lain
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengoperasian Lebih Kompleks
Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan dua
orang pembaca berita saja dapat melibatkan sedikitnya sepuluh orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemandu gambar, dua atau tiga
juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara, dan lain-lain. Peralatan yang digunakan pun cukup banyak dan untuk mengoperasikannya cukup rumit dan harus dilakukan
oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.
Televisi memang mempunyai daya tarik yang kuat, dan hal ini sudah tidak asing lagi. Jikalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound
effect, maka televisi memiliki unsur visual berupa gambar selain ketiga unsur yang dimiliki oleh radio. Gambar ini bukan gambar mati melainkan gambar hidup yang mampu memikat hati
penonton dan meninggalkan kesan yang mendalam. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film di bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman,
juga menyiarkan program-program acara yang menarik selain film.
II.3. Film Kartun
Televisi memang berbeda dengan film, namun film tanpa televisi bisa kita katakan tidak akan berkembang dan dikenal oleh masyarakat. Pada segi visualnya atau lebih tepatnya
kita katakan segi optisnya terdapat sifat-sifat yang dimiliki film. Film adalah gambar yang bergerak moving picture. Demikian pula pada televisi. Bedanya, jika gambar-gambar yang
bergerak pada film itu berlangsung secara mekanis, pada televisi berlangsung secara elektronis. Yang dimaksudkan dengan mekanik adalah, bahwa film yang tampak oleh penonton-penonton
di gedung bioskop itu adalah berbentuk gambar-gambar yang terbuat dari seluloid yang transparant dalam jumlah yang banyak yang apabila digerakkan melalui cahaya yang kuat,
Universitas Sumatera Utara