kontiniu menayangkan film kartun sebagai salah satu program acara nya memperlihatkan adegan pornomedia tersebut baik secara implisit juga secara eksplisit.
2. Di stasiun televisi swasta ANTV, pelaku pornomedia dalam film kartun tersebut adalah
seorang wanita dewasa dan di stasiun televisi Global TV, pelaku pornomedia adalah anak-anak usia remaja. Film kartun identik penontonnya adalah anak-anak karena
dalam film kartun banyak terjadi hal-hal yang ajaib binatang yang dapat berbicara, terbang, dll, namun saat ini film kartun telah disisipkan pornomedia demi kepentingan
para pemodal sehingga film kartun tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak tapi juga orang dewasa. Bahkan pelakunya sendiri pun adalah wanita dewasa dan anak-anak usia
remaja yang dalam masyarakat di anggap sebagai kaum yang lemah. 3.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan telah dianalisis oleh dua orang Rechecker didapati bahwa bentuk pornomedia yang paling banyak ditayangkan pada
dua stasiun televisi swasta ini adalah pornoaksi yaitu suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang dominan memberi
rangsangan seksual sampai dengan aksi mempertontonkan alat vital yang tidak disengaja atau disengaja, dimana dapat membangkitkan nafsu seksual bagi yang
melihatnya. 4.
Penelitian ini mengkhususkan diri pada studi analisis isi komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif tentang bentuk tayangan pornomedia, dan lebih memfokuskan
pada isi komunikasi yang tampak tersuratmanifestnyata. Hal ini lah yang menjadi acuan peneliti untuk menganalisis dan mencatat semua bentuk-bentuk pornomedia
yang muncultampak pada stasiun televisi Global TV dan ANTV baik secara implisit bahkan eksplisit..
IV.7. Anak dan Pornomedia
Universitas Sumatera Utara
Anak identik dengan dunia yang bahagia namun bisa juga identik dengan dunia kekerasan. Karena wanita dan anak-anak dalam masyarakat dianggap sebagai kelompok yang
lemah dalam sistem masyarakat dan dianggap tidak dapat membela diri sendiri ketika terjadi kekerasan. Namun sangat mengejutkan ketika dunia anak-anak pun bisa identik dengan dunia
pornomedia.
Pornomedia yang meliputi pornografi, pornosuara dan pornoaksi ini lebih cenderung banyak dilakukan oleh orang-orang dewasa. Namun pada tayangan kartun Nickelodeon di
Global TV, memperlihatkan bahwa yang menjadi pelaku pornomedia itu adalah anak-anak usia remaja. Anak-anak yang masih dalam tahap pengembangan diri ini awalnya rentan menjadi
korban pornomedia namun saat ini anak usia remaja ini telah menjadi pelaku dan ini mungkin terjadi pada saat proses pengembangan diri terbentuk.
Menurut George Herbert Mead ahli sosiologi mengatakan dalam bukunya Mind, Self, and Society 1972 Kamanto Sunarto, 2000 : 24 bahwa manusia yang baru lahir belum
mempunyai diri. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain dan pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui beberapa tahap--
tahap play stage, tahap game stage, dan tahap generalized other. Pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berada di sekitarnya. Ia
mulai menirukan peran yang dijalankan oleh orangtuanya, namun pada tahap ini sang anak belum sepenuhnya memahami isi peran-peran yang ditiru. Pada tahap game stage, seorang
anak tidak hanya telah mengetahui peran yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peran yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada
tahap ketiga sosialisasi seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat--mampu mengambil peran generalized others.
Pada tahap play stage ini anak-anak mulai meniru orang-orang disekitarnya termasuk kakek, nenek, paman, bibi bahkan tetangga, dan yang lainnya dalam lingkup keluarga. Mereka
memiliki peran penting sebagai agen sosialisasi apalagi disaat kedua orang tua bekerja. Arti penting agen sosialisasi pertama ini kakeknenek, pamanbibi, pembantu, baby sitter atau pun
tetangga,dll terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap play stage. Anak-anak yang kurang diperhatikan oleh orang tuanya karena bekerja belum sepenuhnya
mendapatkan perhatian dari agen sosialisasi yang lainnya. Apalagi dalam keluarga tersebut berlangganan media massa--baik media cetak surat kabar, majalah maupun elektronik radio,
televisi, film, internet, maka bisa dipastikan bahwa perhatian agen sosialisasi ini pun dapat teralihkan demi mendapatkan informasi dan hiburan dari media massa tersebut.
Menurut Light, Keller, dan Calhoun 1989, mengatakan bahwa pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan khalayak kearah perilaku prososial
maupun antisosial. Penayangan secara berkesinambungan dari film-film seri dan film kartun yang menonjolkan kekerasan dianggap sebagai satu faktor yang memicu perilaku agresif pada
anak-anak yang melihatnya. Penayangan adegan-adegan yang menjurus ke pornografi di layar televisi sering dikaitkan dengan perubahan moralitas serta peningkatan pelanggaran asusila
dalam masyarakat. Dari data Fuller dan Jacobs menyimpulkan bahwa di Amerika Serikat televisi menyita sejumlah besar waktu anak-anak--lebih banyak waktu daripada waktu yang
diluangkannya di sekolah, dan bahwa banyak di antara acara-acara televisi yang ditonton anak- anak merupakan acara-acara yang ditujukan bagi orang dewasa 40 di kala seorang anak
berada di kelas 1 sekolah dasar, dan 80 di kala anak sudah berada di kelas 6 sekolah dasar. Fuller dan Jacobs juga meneliti tentang jenis acara televisi yang ditonton sangat monoton dan
kebanyakan hanya diperuntukkan bagi orang dewasa sehingga anak-anak pun ikut menonton
Universitas Sumatera Utara
acara televisi tersebut. Selain itu, para pengamat televisi telah mencatat pula bahwa banyak di antara acara untuk anak-anak seperti film kartun sering memuat adegan kekerasan, sadis dan
penganiayaan serta yang bermuatan pornografi. Seperti tayangan penganiayaan yang dilakukan oleh Donal Duck terhadap Chipmunk dalam film seri Donal Duck dari Walt Disney. Juga dari
hasil penelitian yang diteliti oleh peneliti, di stasiun televisi swasta ANTV di dapati bahwa wanita dewasa adalah pelaku pornomedia terbanyak sebesar 63,02 sebanyak 75 item dari
119 item yang diteliti dan yang paling sering dilakukan adalah pornoaksi yaitu cara berpakaian yang menimbulkan rangsangan seksualitas 36,97 44 item dari 119 item yang
diteliti, diikuti dengan penonjolan bentuk tubuh 21,01 25 item dari 119 item dan yang terakhir adalah berciuman 18,48 22 item dari 119 item yang diteliti.
Dengan jenis acara televisi yang monoton dan kebanyakan diperuntukan bagi orang dewasa, anak-anak pun ikut menonton. Ketika acara untuk anak-anak film kartun di putar di
program televisi, para pelaku media pun ikut memasukkan unsur ‘dewasa’ kekerasan, pembunuhan, sadisisme, penganiayaan juga unsur pornomedia kedalam film-film tersebut
sehingga pangsa pasar buat anak-anak ini juga dapat dinikmati oleh orang dewasa. Dunia anak dalam dunia media massa seakan terenggut hanya karena mengejar pangsa pasar yang
didominasi oleh orang-orang dewasa. Dan menurut Dr.Naek L.Tobing seorang ahli seksolog mengatakan bahwa anak-anak yang masih di bawah umur apabila menyaksikan tayangan-
tayangan yang berbau pornografi akan menimbulkan sifat adiktif kecanduan terhadap pornografi itu sendiri. Mereka pada usia dewasa nya kelak akan melakukan penyimpangan
seksual karena dari kecil hal tersebut telah melekat dari benak mereka dan ada sifat hipokrit.. dikutip dari tayangan Barometer SCTV ‘Mimpi Memberantas Pornografi’ pada tanggal 17
juni 2010 pukul 00.00 WIB.
IV.8. Posisi Anak-Anak Dalam Televisi IV.8.1. Subjek Televisi