tertentu menyuguhkan gambar-gambar tetap wanita dalam sajian sensual dan erotik, untuk menggaet lebih banyak keuntungan pasar. Bahkan tayangan untuk anak-anak pun sudah
diselipkan beberapa adegan pornografi, baik yang dilakukan oleh tokoh film kartun yang masih anak-anak maupun tokoh kartun orang dewasa.
Dalam wacana porno, ada beberapa variasi pemahaman porno yang
dikonseptualisasikan Bungin, 2003: 154-155, yaitu :
a. Pornografi
Pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. Bentuknya berupa foto, poster, lieflet, gambar video, film dan
gambar VCD.
b. Pornoteks
Pornoteks adalah karya pencabulan yang ditulis sebagai naskah cerita atau berita dalam berbagai versi hubungan seksual, berbagai bentuk narasi, konstruksi cerita, testimonial, atau
pengalaman pribadi secara vulgar. Bentuknya dapat berupa cerita porno dalam novel dan buku- buku komik.
c. Pornosuara
Pornosuara adalah suara, tuturan dan kalimat-kalimat yang diucapkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan secara halus atau vulgar melakukan rayuan seksual, suara atau
tuturan tentang objek seksual atau aktivitas seksual. Bentuknya bisa berupa kata-kata rayuan,
desahan yang ada dalam film atau tayangan komedi berbau porno. d. Pornoaksi
Pornoaksi adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang dominan memberi rangsangan seksual sampai dengan aksi
mempertontonkan alat vital yang tidak disengaja atau sengaja, dimana dapat membangkitkan nafsu seksual bagi yang melihatnya. Misalnya, goyangan dangdut yang seronok, penari
Universitas Sumatera Utara
streaptise. Dari beberapa variasi porno di atas, maka yang dimaksudkan dengan pornomedia
adalah segala wacana porno yang ditampilkan oleh media massa, baik itu berupa pornografi, pornosuara, pornoteks, dan pornoaksi Bungin, 2005: 154.
Dalam penelitian ini Peneliti mengambil salah satu media massa yaitu televisi. Berkaitan dengan kemampuan televisi yang berbasis audio visual, maka wacana porno yang
dapat ditampilkan di televisi adalah pornografi, pornosuara, dan pornoaksi. Jadi yang dimaksud dengan tayangan pornomedia televisi adalah bentuk wacana porno pornografi, pornosuara,
dan pornoaksi yang disajikan di televisi.
II.5. Berbagai Perspektif tentang Analisis Isi
Beberapa ahli dalam penelitian yang menggunakan analisis isi menyebutkan terdapat berbagai macam perspektif yang dapat digunakan untuk melihat analisis isi. Gans 1979 dan
Gitlin 1980 mengelompokkannya ke dalam beberapa kategori : 1.
Isi media merefleksikan realitas sosial dengan atau tanpa distorsi. Pendekatan kaca dalam penelitian isi media mengasumsikan bahwa media massa menyampaikan
gambaran realitas sosial secara akurat kepada khalayak. Seperti televisi yang dinyatakan sebagai gambaran simbolik dunia. Selain itu juga ada pendekatan efek null
yang menyatakan bahwa media massa merupakan refleksi dari realitas sosial, namun hasil realitas yang digambarkan merupakan hasil dari kompromi antara siapa yang
menjual informasi kepada media dan siapa yang membeli. Hal inikah yang dijadikan gambaran realitas sosial.
2. Isi media dipengaruhi oleh pekerja media, baik dari kehidupan sosialnya dan sikapnya.
Pendekatan komunikator yang terpusat menyatakan bahwa faktor psikologi yang ada dalam diri pekerja media dapat mempengaruhi isi media, contohnya saja faktor yang
Universitas Sumatera Utara
ada dari dalam diri komunikator seperti keprofesionalan, personal, sikap politik, dan lain-lain. Hal tersebut yang akan membuat khalayak menerimanya sebagai realitas
sosial yang ada. Pendekatan ini memprediksikan komunikator akan sangat mudah melakukan penyimpangan.
3. Isi media dipengaruhi oleh rutinitas media. Pendekatan rutinitas organisasi media
menyatakan bahwa isi media dipengaruhi oleh cara bagaimana pekerja media yang berhubungan dengan perusahaan media tersebuut.
4. Isi media dipengaruhi oleh institusi sosial dan kekuatan lain. Pendekatan ini
menyatakan bahwa ada faktor eksternal antara komunikator dan organisasi media. Kekuatan ekonomi dan budaya, dan pandangan orang lain. Pendekatan pasar
menyatakan bahwa sponsor adalah segalanya dan apapun akan dilakukan media agar mendapat sponsor, contohnya saja bebas menentukan jam tayang tergantung
permintaan dari sponsor. Berbeda dengan pendekatan tanggung jawab sosial yang memberikan segala yang penting untuk khalayak daripada memberikan apa yang
khalayak inginkan. 5.
Isi media dipengaruhi oleh posisi ideologi dan menguatkan status quo. Hegemoni merupakan pendekatan yang menyatakan bahwa media dipengaruhi oleh ideologi dan
kekuatan yang ada di masyarakat. Media membawa kekonsistenan ideologi dan menjadi kunci dari sistem ekonomi yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Metode Dan Teknik Penelitian III.1.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah analisis isi dengan mengunakan statistik deskriptif. Dimana metode ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian
pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan sebagaimana adanya. Metode penelitian ini dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain. Pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya,
diiringi oleh interpretasi rasional yang adequat Nawawi, 1983 : 63. Penelitian ini menggunakan paradigma positivis yang memiliki tujuan penelitian berupa eksplanasi, prediksi
dan kontrol. Posisi peneliti berada di luar objek yang diteliti dan bersifat netral. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan
mencatat dalam buku observasinya Rakhmat, 2004 : 4. Dikategorikan ke dalam penelitian analisis isi kuantitatif.
Analisis isi media modern mulai digunakan pada waktu Perang Dunia II, ketika para ahli di bagian intelijen memonitor jumlah dan jenis nyanyian-nyanyian popular yang
dimainkan stasiun-stasiun radio Eropa untuk mengukur derajat tertentu perubahan konsentrasi pasukan Jerman di daratan Eropa. Seusai perang, peneliti menggunakan analisis isi untuk
mempelajari propaganda di surat kabar dan radio. Kemudian tahun 1952 Bernard Berelson mempublikasikan buku Content Analysis in Communication Research Mulai saat itulah metode
tersebut akrab digunakan para sarjana untuk meneliti berbagai isi media secara ilmiah. Hingga
Universitas Sumatera Utara
tahun 2000, di Amerika Serikat analisis isi masih digunakan untuk meneliti tayangan di televisi, maupun isi media cetak, dengan biaya dari berbagai sponsor. Tujuan studinya ada
yang untuk komersial, kepentingan sosial maupun pengembangan ilmu pengetahuan Bungin, 2001 : 134.
Menurut pendapat Frey, dkk 1991, tujuan utama dari penelitian dengan teknik analisi isi ini adalah mendeskripsikan karakteristik pesan yang ada dalam ranah publik dengan
perantaraan teks. Dalam analisis isi, yang menjadi penelitian adalah pesan messages, maka memungkinkan peneliti untuk memilih objek kajian yang luas. Pesan itu sendiri terdiri dari
komponen : words, actions, pictures, sehingga penelitian dengan teknik analisis isi sebenarnya memiliki wilayah yang luas untuk menggali masalah-masalah yang ada dalam objek penelitian
komunikasi. Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu penyelidikan
tentang suatu peristiwa karangan, perbuatan, dan sebagainya untuk mengetahui apa sebabnya, bagaimana duduk perkaranya. Sedangkan isi berarti barang sesuatu yang ada termuat,
terkandung didalam suatu benda. Dengan demikian analisis isi dapat diartikan sebagai suatu penyelidikan akan suatu peristiwa yang terdapat dalam suatu benda untuk mengetahui duduk
perkara atau keadaan kandungan benda tersebut. Selanjutnya penelitian ini mengkhususkan diri pada studi analisis isi tentang bentuk
tayangan pornomedia. Metode analisis isi adalah metode yang digunakan untuk meriset atau menganalisis isi komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif Kriyantono, 2006 : 61-
62. Sistematik berarti bahwa segala proses analisis harus tersusun melalui proses yang sistematik, mulai dari penentuan isi komunikasi yang dianalisis, cara menganalisisnya, maupun
kategori yang dipakai untuk menganalisis. Objektif berarti periset harus mengesampingkan faktor-faktor yang bersifat subjektif, sehingga hasil analisis benar-benar objektif dan bila
dilakukan riset lagi oleh orang lain, maka hasilnya relatif sama. Analisis isi kuantitatif lebih
Universitas Sumatera Utara
memfokuskan pada isi komunikasi yang tampak tersuratmanifestnyata. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut :
4. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi buku,
surat kabar, pita rekaman, naskahmanuscript. 5.
Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.
6. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahandata-data yang
dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khasspesifik. Menurut Wimmer dan Dominick 2000:136-138 setidaknya ada 5 kegunaan analisis
isi: 1.
Menggambarkan isi komunikasi. Mengungkapkan kecendrungan yang ada pada isi komunikasi baik melalui cetak
maupun elektronik. 2.
Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan. Sejumlah peneliti analisis isi berusaha menghubungkan karakteristik tertentu dari
komunikator dengan karakteristik pesan yang dihasilkan. 3.
Membandingkan isi media dengan dunia nyata. Melakukan pengujian terhadap apa yang ada di dalam dengan situasi aktual yang ada di
dunia nyata. 4.
Memperkirakan gambaran kelompok tertentu di masyarakat. Seperti memfokuskan penelitian dan mengungkapkan gambaran media mengenai
kelompok minoritas tertentu persoalan diskriminasi, prasangka dan lainnya. 5.
Mendukung studi efek media massa.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan analisis isi acapkali juga digunakan sebagai sarana untuk memulai penelitian efek media massa. Seperti dalam penelitian cultivation analysis, di mana pesan yang dominan
dan tema-tema isi media yang terdokumentasi melalui prosedur yang sistematik dikorelasikan dengan studi lain tentang khalayak, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah pesan-pesan
di media massa tersebut menumbuhkan sikap-sikap yang serupa diantara para pengguna media yang berat heavy users. Prinsip-prinsip analisis isi kuantitatif yang selama ini diterapkan
adalah prinsip objektivitas yang diukur dari pembuatan atau penyusunan kategorisasi. Prinsip objektivitas yang dimaksud adalah kategorisasi yang disusun atau dibuat dalam sebuah
penelitian analisis isi media haruslah operasional. Artinya item-item kategorisasi yang dibuat mempunyai definisi operasional yang sifatnya mutually exclusive tidak menimbulkan
pemaknaan ganda atau interpretasi yang bervariasi sehingga jika penelitian yang sama dilakukan oleh peneliti lain akan dapat digeneralisasikan.
III.1.2.Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1 Pengamatan pribadi
Yaitu dimana peneliti mengamati siaran film-film kartun di ANTV Star Kids dan Global TV Nickelodeon pada tanggal 27 Februari 2009-06
Maret 2009.
2 Penelitian kepustakaan library research
Yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, baik di perpustakaan atau di tempat lain. Literatur
yang digunakan juga tidak hanya terbatas pada buku-buku, tetapi dapat juga berupa bahan-bahan dokumentasi, majalah, Koran dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian semacam ini sering juga disebut sebagai penelitian dokumentasi documentary research.
Berdasarkan pemakaian hasil yang diperoleh : 1.
Penelitian murni basic research adalah penelitian yang diselenggarakan dalm rangka memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan secara
teoritis karena itulah disebut juga sebagai penelitan teoritis theoretical research.
2. Penelitian terapan applied research adalah penelitian yang
diselenggarakan dalam rangka mengatasi masalah nyata dalam kehidupan, berupa usaha menemukan dasar-dasar dan langkah perbaikan bagi suatu
aspek kehidupan yang dipandang perlu diperbaiki. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan dasar-dasar dan langkah yang tepat untuk melakukan
tindakan perbaikan secara praktis, maka penelitian ini juga disebut sebagai penelitian tindakan action research atau penelitian operasional
operational research. Berdasarkan tujuan dari penelitian :
1. Penelitian eksploratif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan
masalah-masalah baru. Masalah baru tersebut kemudian dibahas dan diselidiki secara cermat melalui kegiatan penelitian lanjutan.
2. Penelitian development adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.
III.2. Metode Pengukuran
Penelitian ini menggunakan skala nominal, yaitu skala yang berisi gejala yang hanya
Universitas Sumatera Utara
dapat digolong-golongkan secara terpisah atau secara dekrit atau secara kategorik. Penggolongan itu dapat dilakukan antara lain dalam bentuk jenis atau keadaan yang dapat
bervariasi menurut jumlah atau frekuensinya dalam Mazdalifah, 1999 : 65.
III.2.1. Kerangka Konsep
Konsep adalah gambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk mengggambarkan secara abstrak tentang suatu
kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun, 1989 : 33. Sedangkan kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang
bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai Nawawi, 1995 : 40.
Kerangka konsep pada penelitian ini adalah : •
Tayangan film kartun di ANTV Star Kids dan Global TV Nickelodeon pada tanggal 27 Februari 2009-06 Maret 2009 .
• Kategorisasi pornomedia, berdasarkan :
Pornografi, pornosuara dan pornoaksi. •
Analisis isi media, berdasarkan : Pelaku pornomedia, koban pornomedia, tempat, waktu, penggambaran
pornomedia. Televisi merupakan media audio dan visual. Hal ini sangat membantu dalam proses
penelitian menggunakan analisis isi. Analisis isi hanya akan melakukan analisis terhadap pesan-pesan yang tampak saja, karena itulah pesan yang akan dianalisis adalah tayangan yang
mengacu kepada kategorisasi pornografi, pornosuara, dan pornoaksi yang ditayangkan baik secara audio maupun visual.
Universitas Sumatera Utara
Gambar I : Kerangka Konsep Penelitian
TELEVISI YANG MENAYANGKAN
FILM KARTUN BERMUATAN PORNOMEDIA
Penggambaran Pornomedia
Waktu Terjadinya Pornomedia
Korban Pornomedia
Pelaku Pornomedia
Tempat Pornomedia
Universitas Sumatera Utara
III.2.2. Operasional Konsep
Operasional konsep berguna untuk memudahkan kerangka konsep dalam opersional. Adapun operasional konsep dalam penelitian ini adalah :
Tabel 2 : Operasional Konsep Penelitian KONSEP
DIMENSI ELEMEN
Bentuk- bentuk Pornomedia
Pornografi - Gambar porno
- Sketsa porno - Ilustrasi porno
- Foto porno - Tulisan yang menimbulkan nafsu
birahi seseorang - Gambar bergerak yang memuat
porno - Lukisan porno
- Poster porno Pornosuara
- Percakapan yang mengandung
seksualitas -
Kata-kata rayuan yang mengandung seksualitas
Universitas Sumatera Utara
- Desahan yang mengandung
seksualitas -
Siulan yang bersifat seksualitas -
Gurauan yang mengandung seksualitas
Pornoaksi -
Penonjolan bagian-bagian tubuh yang memberikan rangsangan
seksualitas -
Mempertontonkan alat vital -
Tarian striptise -
Lenggokan, liukan yang menimbulkan rangsangan
seksualitas -
Cara berpakaian yang menimbulkan rangsangan
seksualitas -
Sentuhan yang menimbulkan rangsangan sekualitas
- Pelukan yang menimbulkan
rangsangan seksualitas -
Ekspresi wajah menarik perhatian seksual
- Berciuman
III.2.3. Definisi Operasional Konsep Definisi operasional konsep adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara
untuk mengukur konsep-konsep. Dalam penelitian ini Peneliti mengambil salah satu media massa yaitu televisi. Berkaitan dengan kemampuan televisi yang berbasis audio visual, maka
wacana pornomedia yang dapat ditampilkan di televisi adalah pornografi, pornosuara, dan pornoaksi. Jadi yang dimaksud dengan tayangan pornomedia televisi adalah bentuk wacana
Universitas Sumatera Utara
porno pornografi, pornosuara, dan pornoaksi yang disajikan di televisi Bungin, 2003: 154- 155.
Tabel 3 : Definisi Operasional Konsep KONSEP
DEFINISI
1. Pornografi Pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang
lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. Bentuknya berupa foto, poster, lieflet, gambar video, film dan
gambar VCD. Dan menurut UU Pornografi No.44 tahun 2008, Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan,
suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai
bentuk media komunikasi danatau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang
melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat .
2.Pornosuara Pornosuara adalah suara, tuturan dan kalimat-kalimat yang
diucapkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan secara halus atau vulgar melakukan rayuan seksual,
suara atau tuturan tentang objek seksual atau aktivitas seksual. Bentuknya bisa berupa kata-kata rayuan, desahan yang ada
dalam film atau tayangan komedi berbau porno. 3. Pornoaksi
Pornoaksi adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh
yang dominan memberi rangsangan seksual sampai dengan aksi mempertontonkan alat vital yang tidak disengaja atau
Universitas Sumatera Utara
sengaja, dimana dapat membangkitkan nafsu seksual bagi yang melihatnya. Misalnya, goyangan dangdut yang seronok,
penari streaptise.
III.2.4. Penentuan Kategorisasi
Pengertian pornomedia yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk wacana porno penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia dengan tujuan
membangkitkan rangsangan seksual yang ditemukan dalam media elektronik seperti televisi mencakup pornografi, pornosuara dan pornoaksi.
A. Pornografi
Pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. Bentuknya berupa foto, poster, lieflet, gambar
video, film dan gambar VCD. Atau dalam UU Pornografi No.44 Tahun 2008 mengatakan bahwa Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,
animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi danatau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau
eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Sehingga elemen dari dimensi pornografi dapat dikategorikan menjadi :
- Gambar porno : tiruan barang orang, binatang, tumbuhan, dsbyang dibuat dengan coretan pinsil dsb pada kertas dsb yang menimbulkan seksualitas.
- Sketsa porno : lukisan cepat hanya garis-garis besarnya, gambar rancangan yang menimbulkan seksualitas.
- Ilustrasi porno : gambar foto lukisan untuk membantu memperjelas isi suatu buku, penjelasan tambahan berupa contoh, bandingan, dsb untuk lebih memperjelas paparan
tulisan dsb yang mengandung seksualitas.
Universitas Sumatera Utara
- Foto porno : potret, gambaran bayangan, pantulan dari sesuatu benda barang, manusia, tumbuhan, dsb yang menimbulkan seksualitas.
- Tulisan yang menimbulkan nafsu birahi seseorang. - Gambar bergerak yang menimbulkan nafsu birahi seseorang.
- Lukisan porno : hasil dari melukis, gambaran yang indah-indah dan yang menimbulkan seksualitas.
-Poster porno : plakat yang dipasang di tempat umum berupa pengumuman atau iklan yang menimbulkan seksualitas.
B. Pornosuara
Porno suara adalah suara, tuturan dan kalimat-kalimat yang diucapkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan secara halus atau vulgar melakukan rayuan seksual,
suara atau tuturan tentang objek seksual atau aktivitas seksual. Bentuknya bisa berupa kata- kata rayuan, desahan yang ada dalam film atau tayangan komedi berbau porno.
Pornosuara dapat dikategorikan menjadi : -
Percakapan yang mengandung seksualitas. -
Kata-kata rayuan : hiburan atau bujukan janji mulut, dsb untuk menyenangkan hati, memikat dengan kata-kata manis dsb, mengajukan permohonan dengan kata-kata yang
memikat dan mengandung seksualitas. -
Desahan : nafas orang yang tersengal-sengal yang mengandung seksualitas. -
Siulan : hasil dari tiupan suara manusia tiruan bunyi suling yang dilakukan dengan mulut untuk maksud menarik perhatian seksual
- Gurauan porno : kelakar, lelucon,yang menggambarkan tingkah laku secara erotis, cabul untuk membangkitkan nafsu birahi.
- Ekspresi wajah menarik perhatian seksual : raut wajah, air muka yang bermaksud untuk
Universitas Sumatera Utara
menarik perhatian seksual.
C. Pornoaksi
Pornoaksi adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang dominan memberi rangsangan seksual sampai dengan
aksi mempertontonkan alat vital yang tidak disengaja atau sengaja, dimana dapat membangkitkan nafsu seksual bagi yang melihatnya. Misalnya, goyangan dangdut yang
seronok, penari streaptise. Pornoaksi dapat dikategorikan menjadi :
- Penonjolan bagian-bagian tubuh yang memberikan rangsangan seksualitas.
- Mempertontonkan alat vital.
- Tarian striptis : tarian yang penarinya biasanya wanita sambil menari dengan gerakan
merangsang secara berangsur-angsur menanggalkan pakaiannya, tarian telanjang. -
Lenggokan, liukan : gerakan meliuk ke kiri dan ke kanan seperti gerakan penari, gerak ular yang melata, dsb yang menimbulkan rangsangan seksualitas.
- Cara berpakaian yang menimbulkan rangsangan seksualitas : memakai pakaian yang
memperlihatkan aurat, pakaian mini dan sangat melekat pada tubuh sehingga menonjolkan bagian-bagian tubuh dan menimbulkan nafsu birahi.
- Sentuhan yang menimbulkan rangsangan sekualitas.
- Pelukan : melingkarkan lengan pada pundak tubuh, pinggang dsb, memepetkan badan
pada badan orang lain sambil melingkarkan kedua lengan, mendekap, merangkul yang dapat menimbulkan rangsangan seksualitas.
- Ekspresi wajah meminta perhatian seksual.
- Berciuman : saling melekatkan bibir atau hidung, bersentuhan antara bagian depan dua benda.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk pornomedia yang ada dalam tayangan film kartun di televisi tersebut kemudian dianalisis secara lebih mendalam mengenai :
Tabel 4 : Rincian Visual
Pelaku Laki-laki orang atau
manusia yang kalau dewasa punya zakun dan
adakalanya berkumis -
Anak-anak berbadan kecil, belum dewasa, sering digambarkan menggunakan seragam
TK dan SD -
Remaja mulai dewasa, sudah hampir umur menikah, sering digambarkan memakai
seragam SMP ke SMA -
Dewasa sampai umur, akil baliq, bukan anak-anak atau remaja, matang dalam
pemikiran dan pandangan, pasangan muda tapi sudah menikah
- Tua sering digambarkan dengan uban, sudah
lama hidup, lanjut usia dan tidak muda lagi -
Kumpulan orang gangkomunitas kelompok yang hidup dan saling
berinteraksi didaerah tertentu, masyarakat paguyuban
Perempuan orang atau manusia yang dapat
hamil, melahirkan, menyusuiwanita, istri
- Anak-anak
- Remaja
- Dewasa
- Tua
- Kumpulan orang gangkomunitas
Laki-laki dan Perempuan
- Sepasang kekasih
- Kumpulan massa
Waria wanita priapria yang bersifat dan
bertingkah laku spt wanitapria yang
mempunyai perasaan sbg wanita, banci,wadam
- Anak-anak
- Remaja
- Dewasa
- Tua
- Kumpulan orang gangkomunitas
Universitas Sumatera Utara
Korban Laki-laki
- Anak-anak
- Remaja
- Dewasa
- Tua
- Kumpulan orang gangkomunitas
Perempuan -
Anak-anak -
Remaja -
Dewasa -
Tua - Kumpulan orang gangkomunitas
Laki-laki dan perempuan
- Sepasang kekasih
- Kumpulan massa Waria
- Anak-anak
- Remaja
- Dewasa
- Tua
- Kumpulan orang gangkomunitas Tempat
Rumah Tempat kerja
Sekolah Daerah Konflik
Jalanan Tempat prostitusi
Tempat hiburan Tempat ibadah
Tempat rekreasi Tempat sosialumum
- Pornomedia dalam rumah tangga
- Pornomedia di tempat kerja
- Pornomedia di sekolahtempat menempuh
pendidikan -
Pornomedia di jalanan -
Pornomedia di tempat prostitusi, hotel, dll -
Pornomedia di Kafebar, diskotik, dll -
Mesjid, Gereja, Wihara, Pura, dll -
Pantai, taman bermain, dll -
Panti jompo, toserba, dll
Waktu Pagi hari
Siang hari Sore hari
Malam hari Hubungan pelaku-korban
- Tidak ada hubungan keluarga
- Suami – istri
- Ayah – anak
Universitas Sumatera Utara
- Ibu – anak
- Kakek – cucu
- Bersaudara
- Keponakan
- Atasan - bawahan
- Guru -murid
- Teman - dekat pacar
- Polisi – pelaku
- Tetangga
- Pertemanan biasa
- Rekan kerja
III.3. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah penayangan acara film kartun di stasiun Global TV
dengan program acara kartun Nickelodeon dan ANTV dengan program acara Star Kids. Hal ini berkaitan karena kedua stasiun televisi ini menayangkan program acara khusus anak-anak
secara kontiniu. ANTV dan Global TV merupakan dua stasiun televisi swasta yang intens menyajikan program tayangan khusus untuk anak-anak. Stasiun televisi ANTV sebelum
bergabung dengan STAR group berorientasi pada segmen remaja 13-25 tahun, namun sekarang ANTV berorientasi menjadi televisi keluarga dan salah satu program untuk keluarga
adalah adanya program Star Kids khusus untuk anak-anak. Sedangkan Global TV yang dimiliki oleh Media Nusantara Citra mempunyai pembagian waktu 8 jam untuk Global TV, 8
jam untuk MTV dan 8 jam untuk Nickelodeon siaran khusus untuk anak-anak. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah seluruh film kartun
yang ada di ANTV program acara Star Kids dan Global TV dengan program acara Nickledeon, yang tayang pada tanggal 27 Februari 2009-06 Maret 2009.
Universitas Sumatera Utara
III.4. Deskripsi Program Acara Pornomedia
Pornomedia yang ditayangkan di televisi tidak hanya muncul dalam film kartun, sinetron, dan film lepas saja. Adegan pornomedia juga tampak pada hampir di semua berita,
khusus nya berita kriminal. Televisi swasta di Indonesia sering menggambarkan korban pornomedia, misalnya dengan memblurkan wajah dari pelaku atau memblurkan adegan porno.
Seperti salah satu kasus yang belakangan ini marak disoroti oleh masyarakat yaitu kasus video mesum milik beberapa artis Indonesia. Stasiun televisi yang menayangkannya pada program
berita, memperlihatkan adegan mesum tersebut dengan cara vulgar, cukup disayangkan ketika kita harus melindungi keluarga kita dengan tayangan seperti itu justru mendapati tayangan
mesum tersebut di sebuah tayangan berita. Alasan mengapa televisi menjadi perhatian utama dalam permasalahan tindak
pornomedia dikarenakan oleh dua alasan. Pertama, karena pada masa kini televisi adalah medium yang paling banyak digunakan. Di antara berbagai media massa, televisi dianggap
paling berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi kebanyakan rumah tangga, televisi sudah termasuk anggota keluarga yang menceritakan banyak kisah sepanjang waktu.
Masyarakat akan mendapat gambaran tentang dunia melalui televisi. Kedua, dalam program- programnya, televisi banyak menampilkan adegan porno baik secara langsung atau pun tidak
langsung. Baik dalam bentuk gurauan komedi situasi, sinetron bahkan dalam film kartun. Pornomedia yang berkaitan erat dengan adegan mengumbar rangsangan seksualitas memang
tidak dapat lepas dari tuntutan masyarakat. Sejak dulu seks adalah tema-tema kehidupan yang tidak pernah habis dibicarakan serta
menarik semua orang. Hal ini disebabkan karena seks selain menjadi kebutuhan semua orang, seks, dan obyeknya cenderung tertutup oleh bingkai-bingkai agama, tradisi dan moral
masyarakat itu sendiri. Selera-selera masyarakat seperti ini ditangkap oleh praktisi film sebagai suatu peluang pasar. Hal ini bisa dilihat seperti yang dikutip oleh TEMPO edisi 25 Juni 1994.
Universitas Sumatera Utara
Dari 32 film nasional yang beredar pada tahun 1993, hanya tiga film yang bebas dari adegan- adegan seks yaitu Plong karya Putu Wijaya, Ramadhan dan Ramona karya Chaerul Umam,
dan Yang Muda Yang Bercinta karya Syumanjaya. Sisa film-film yang lainnya adalah film- film yang bertemakan horor, silat, drama, komedi, yang sarat bermuatan seks.
Menurut data PT.Perfin, film Plong yang bebas seks itu hanya ditonton oleh 8.400 orang. Sedangkan Gairah Malam yang bertemakan seks ditonton oleh hampir 265.000 orang.
Begitu pula dengan Gadis Metropolis yang sarat dengan adegan seks, ditonton oleh 200.000 lebih penonton. Gambaran diatas menunjukkan bagaimana perfilman nasional telah
menggunakan peluang minat pasar yang secara bisnis menguntungkan, namun dapat merusak moral bangsa.
Hal ini dikarenakan tema dan ide cerita film-film produksi nasional berputar-putar pada fokus cerita yang sama dengan dominasi masalah percintaan, sehingga otomatis seks
adalah pemikat utamanya. Pornomedia juga ditampilkan dalam berbagai acara musik, baik dari segi video klip nya bahkan lirik dalam lagu pun sarat akan kata-kata yang mengumbar
seksualitas. Internet juga salah satu media yang paling rentan dengan pornomedia. Dengan meng-klik salah satu situs, masyarakat dapat menikmati gambar-gambar porno bahkan dapat
mengunduh video mesum seperti kasus yang saat ini terjadi di kalangan selebritis Indonesia. Yang tidak kalah mengejutkannya ketika film-film kartun yang identik dengan dunia
anak-anak yang tayang di stasiun televisi swasta pun ikut memasukkan adegan pornomedia baik itu pornosuara, pornografi bahkan pornoaksi. Tema-tema yang diangkat tidak jauh-jauh
dari dunia anak yaitu dunia bermain, namun didapati bahwa pelaku dalam film kartun ini telah disisipi adegan pornomedia, baik melaui pakaian maupun alur cerita mengenai percintaan.
Seperti film kartun SpongeBob di Global TV yang kelihatannya berpakaian rapi dimana saja namun diperlihatkan hanya sedang memakai pakaian dalam saat keluar rumah serta teman-
teman di sekitar tokoh SpongeBob yang diperlihatkan dengan penonjolan bentuk tubuh. Di
Universitas Sumatera Utara
stasiun televisi ANTV, film kartun Star Kids ‘Droopy’ memperlihatkan seorang wanita dewasa dengan penonjolan bentuk tubuh sedang berjalan berlenggak-lenggok serta selalu mencium
Droopy ketika Droopy menyelamatkan nyawanya. Bahkan adegan pornomedia ini juga terdapat di dalam tayangan komedi situasi baik berupa perkataan yang melecehkan bahkan
sentuhan yang disengaja atau tidak disengaja.
III.5. Cara Penentuan Obyek Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda- benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai
sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian Nawawi, 1983 : 141. Populasi penelitian ini adalah keseluruhan tayangan film kartun yang ditayangkan pada
pukul 05.30-19.00 WIB di stasiun ANTV dan Global TV dari tanggal 27 Februari 2009-06 Maret 2009. Hal tersebut diambil dengan teknik purposive sampling. Cara pengambilan teknik
purposive digunakan dalam situasi khusus atau penelitian yang menggunakan sampel khusus. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive dikarenakan dua alasan Eriyanto, 1999 ;
110, pertama, untuk menyeleksi kasus yang bertujuan mendapatkkan informasi khusus. Kedua karena sampel sangat spesifik yang disebabkan oleh tema yang spesifik pula. Maka stasiun
televisi ANTV dan Global TV diperoleh dengan pertimbangan kedua stasiun televisi swasta tersebut memiliki jam tayang khusus film kartun untuk anak-anak. Selain itu, penelitian ini
juga dibatasi oleh jam tayang 05.30-19.00 WIB dengan pertimbangan pada waktu tersebut merupakan waktu buat anak-anak untuk menyaksikan acara televisi.
Tabel 5 : Program Acara Film Kartun ANTV Waktu
06.00 WIB - 10.00 WIB 13.00 WIB - 15.00 WIB