melaksanakan kebijakan pengelolaan Pedagang Kaki Lima, seperti bantuan yang diberikan oleh PT. Perusahaan Gas Negara Persero Tbk dalam bentuk pemberian
gerobak dan PT. Bank Sumut dalam bentuk bantuan kredit permodalan koperasi.
5. Kecenderungan Disposisi
Disposisi atau sikap dari pada implementator dalam mengimplementasikan suatu kebijakan publik. Dalam melakukan suatu kebijakan mereka harus tahu apa
yang harus mereka kerjakan dan memiliki kapasitas untuk melakukan kebijakan tersebut. Namun, dalam melakukan implementasi suatu kebijakan para
implementator tidak selalu siap untuk mengimplementasikan kebijakan sebagaimana mereka perbuat. Konsekuensinya, para pembuat keputusan sering
dihadapkan dengan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh disposisi implementator dan harus mengurangi opsi-opsinya.
Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan megenai disposisi kebijakan kepada para informan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih
mendalam lagi mengenai kebijakan Pemerintah Kota Medan tentang implementasi kebijakan pengelolaan Pedagang Kaki Lima. Dan pertanyaan mengenai disposisi
kebijakan tersebut penulis ajukan kepada Bapak Ismail M. Ali, selaku Ketua Koperasi Pedagang Kecil Warkop Ahmad Yani Medan
Berikut ini adalah pertanyaan yang diajukan penulis kepada informan yang bersangkutan, yaitu apakah ada tindakan partisipatif Pedagang Kaki Lima dalam
pembentukan kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Medan? Dan beliau menjawab:
Universitas Sumatera Utara
“Sebelum dilakukannya penataan, para Pedagang Kaki Lima diundang untuk mengikuti rapat mengenai tindakan penataan yang akan dilakukan.
Sebagai anggota koperasi, salah satu tundakan partisipatif yang mereka lakukan adalah dengan membayarkan simpanan pokok sejumlah Rp
150,000.00 dan simpanan rutin sejumlah Rp 50,000.00bulan yang nantinya akan digunakan sebagai modal koperasi dan dapat dijadikan modal bagi
para pedagang kaki lima yang ingin mengajukan kredit”.
Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Maret 2010 Jawaban Bapak Ismail di atas menunjukkan bahwa tindakan partisipatif yang
dapat dilakukan oleh para pedagang adalah dengan membayar simpanan pokok dan simpanan rutin koperasi. Hal itu merupakan kewajiban mereka sebagai anggota
koperasi dan merupakan partisipasi mereka untuk sama-sama mengelola koperasi yang merupakan wadah kegiatan mereka.
Selanjutnya, Penulis meminta tanggapan dari para Pedagang Kaki Lima, yaitu Bapak Hamdani, Yusri, dan Ibu Sitanggang mengenai simpanan koperasi yang
dipungut setiap bulan dan mereka menjawab dengan jawaban yang sama: “Menurut kami, wajar saja jika setiap bulan kami harus membayar iuran
wajib koperasi. Sebagai anggota koperasi yang taat pada peraturan, kami wajib mematuhi setiap peraturan yang dibuat oleh koperasi”.
Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Maret 2010 Kemudian penulis bertanya kepada para Pedagang Kaki Lima tersebut
adakah tindakan pemungutan retribusi yang dilakukan Pemerintah Kota Medan sebelum dan sesudah pelaksanaan kebijakan pengelolaan ini? Mereka pun
menjawab dengan jawaban yang sama: “Sebelum pelaksanaan kebijakan pengelolaan ini, kami wajib membayar
retribusi parkir kepada pengelola perparkiran Pemerintah Kota Medan sekali setahun dan jumlah retribusi yang ditetapkan berbeda setiap
pedagang. Namun, setelah dilaksanakannya kebijakan pengelolaan ini, kami tidak pernah dipungut retribusi apa pun, hanya simpanan untuk koperasi”.
Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Maret 2010
Universitas Sumatera Utara
Dari jawaban para Pedagang Kaki Lima di atas, mereka jelas menyadari sepenuhnya bahwa mereka merupakan anggota koperasi yang wajib membayar
simpanan pokok dan simpanan rutin yang dibayar setiap bulan. Namun, mereka merasa senang karena ditiadakannya pemungutan retribusi parkir yang tidak jelas
kriteria penetapan besarnya jumlah pemungutan setiap pedagang sejak dilaksanakannya kebijakan pengelolaan Pedagang Kaki Lima ini.
6. Masalah dan Prospek