Model Goggin Model Grindle Model Van Meter dan Van Horn

Model pendekatan bottom-up yang dikemukakan oleh Smith ini memberikan skor tinggi pada realisme dan kemampuan pelaksana. Karena modelnya memandang bahwa implementasi kebijakan tidak berjalan secara linier atau mekanistis, tetapi membuka peluang terjadinya transaksi melalui proses negoisasi, atau bargaining untik menghasilkan kompromi terhadap implementasi kebijakan yang berdimensi target group. Namun kemampuan badan atau unit pelaksana di saat kebijakan diimplementasikan masih diragukan kesiapan dan kemampuannya. Gambar 2 Model Proses atau Alur Smith Policy Tension Transactions Feedback Institutions Sumber: Putra, 2003: 92

c. Model Goggin

Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan model Goggin ini dapat mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal Policy Making Process Implementing Organization Target Group Idealized Policy Environmental Factors Universitas Sumatera Utara pada keseluruhan implementasi, yakni: 1 Bentuk dan isi kebijakan, termasuk di dalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi; 2 Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif; dan 3 pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecenderungan hubungan antara warga masyarakat termasuk pola komunikasinya Tangkilisan, 2003: 20.

d. Model Grindle

Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan kebijakan dan hasil-hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari: 1 Kepentingan- kepentingan yang dipengaruhi; 2 Tipe-tipe manfaat; 3 Derajat perubahan yang diharapkan; 4 Letak pengambilan keputusan; 5 Pelaksanaan program; dan 6 Sumber daya yang dilibatkan. Isi sebuah kebijakan akan menunjukkan posisi pengambilan keputusan oleh sejumlah besar pengambilan kebijakan, sebaliknya ada kebijakan tertentu yang lainnya hanya ditentukan oleh sejumlah kecil suatu unit pengambil kebijakan. Pengaruh selanjutnya adalah lingkungan yang terdiri dari: 1 Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat; 2 Karakteristik lembaga penguasa; dan 3 Kepatuhan dan daya tanggap. Karenanya setiap kebijakan perlu mempertimbangkan konteks atau lingkaran di mana tindakan administrasi dilakukan Tangkilisan, 2003: 20. Universitas Sumatera Utara

e. Model Van Meter dan Van Horn

Model yang diperkenalkan oleh Donald Van Meter dan Carl Van Horn ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variabel yang dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi dan yang menyangkut dalam proses kebijakan publik adalah Subarsono, 2005: 99: 1 Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi hingga memunculkan konflik antara implementator. 2 Sumber daya Implementasi kebijakan perlu didukung oleh sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non-manusia. 3 Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas Dalam banyak program implementasi, sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Maka untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program. 4 Karakteristik agen pelaksana Agen pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program. Universitas Sumatera Utara 5 Kondisi sosial, ekonomi, dan politik Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; 1 Sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; 2 Karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; 3 Bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan 4 Apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan. 6 Disposisi implementator Disposisi implementator ini mencakup tiga hal, yakni: 1 Respon implementator terhadap kebijakan, yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan; 2 Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan; dan 3 Intensitas disposisi implementator, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementator.

f. Model George Edwards III

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN KAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA (STUDI KASUS RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA KAWASAN ALUN-ALUN KOTA PASURUAN)

4 9 13

Resistensi Pedagang Kaki Lima terhadap Kebijakan Pemerintah Kota Semarang (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima Jalan Kokrosono dan Jalan Kartini Timur)

0 15 75

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 1 16

STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN MANUSIAWI DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasarkl

0 2 17

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA.

0 1 11

Implementasi kebijakan pemerintah kota Yogyakarta dalam penataan pedagang kaki lima AWAL

0 0 11

PROFIL PEDAGANG KAKI LIMA DAN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA

1 1 11

Pemerintah Kota Pedagang Kaki Lima Komunitas

0 1 16

PROFIL PEDAGANG KAKI LIMA DAN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SURABAYA ( Studi : Pedagang Kaki Lima di Taman Bungkul Surabaya) - Unika Repository

0 1 17

PROFIL PEDAGANG KAKI LIMA DAN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA SURABAYA ( Studi : Pedagang Kaki Lima di Taman Bungkul Surabaya) - Unika Repository

0 7 21