b. Menguji Koefisien Regresi Tabel 4.11 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik.
Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Regresi
Variables in the Equation
B S.E.
Wald df
Sig. ExpB
95.0 C.I.for EXPB Lower
Upper Step 1
a
LI -6.082
3.017 4.063
1 .044
.002 .000
.845 L
-1.180 .837
1.988 1
.159 .307
.060 1.584
ADTR -.607
.819 .550
1 .458
.545 .110
2.711 OP
2.915 .926
9.908 1
.002 18.445
3.004 113.266
Constant 1.885
1.667 1.280
1 .258
6.590 a. Variables entered on step 1: LI, L, ADTR, OP.
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari pengujian persamaan regresi logistik diatas maka diperoleh model regresi logistik sebagai berikut :
GC = 1.885 – 6.082 LI – 1.180 L – 0.607 ADTR + 2.915 OP Konstanta sebesar 1.885 menyatakan bahwa jika tidak memperhitungkan nilai
likuiditas, leverage, kualitas audit, dan opini audit, maka kemungkinan penerimaan audit dengan pernyataan going concern adalah sebesar 1.885.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan Likuiditas Terhadap Opini Going Concern Variabel likuiditas yang tercermin dalan quick ratio berpengaruh negatif
terhadap penerimaan opini going concern. Likuiditas memiliki nilai koefisien negatif sebesar 6.082 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.044 lebih kecil dari
0.05 artinya dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas yang tercermin dalam
Universitas Sumatera Utara
quick ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur. Tanda negatif menunjukkan hubungan
yang berlawanan arah, yang berarti bahwa semakin tinggi rasio likuiditas semakin baik pula kondisi kas perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur
sehingga semakin kecil kemungkinan auditor memberikan opini going concern, demikian sebaliknya.
Kondisi perusahaan mengalami kesulitan kas, sehingga suatu waktu dapat menimbulkan rush atau kegagalan dalam pembayaran kewajiban terhadap kreditur
merupakan indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan. Apabila perusahaan sedang berada dalam
keadaan mengalami kegagalan untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditur karena kesulitan kas maka auditor cenderung untuk mengeluarkan opini going
concern kepada perusahaan, dimana auditor meragukan kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas,
tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal dari laporan keuangan auditan. Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hani dkk. 2003 yang
menemukan hubungan kuat antara likuiditas terhadap opini going concern. Penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyarno
2006 yang menghasilkan bahwa rasio likuiditas yang tercermin dalam quick ratio secara signifikan berpengaruh terhadap opini going concern.
2. Hubungan Leverage Terhadap Opini Going Concern Variabel leverage yang tercermin dalam rasio debt to total assets
menunjukkan nilai koefisien -1.180 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.159
Universitas Sumatera Utara
lebih besar dari 0.05 5 artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadp penerimaan opini
going concern. Tanda negatif pada koefisien leverage menunjukkan hubungan berlawanan
arah, semakin tinggi rasio leverage, menunjukkan semakin buruk kinerja perusahaan dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup
perusahaan, hal ini perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini going concern. Hasil tersebut membuktikan bahwa auditor tidak terlalu
mempertimbangkan peningkatan atau penurunan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dalam memberikan opini going concern. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Petronela 2004 yang mengatakan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh pada penerimaan opini audit going concern. Dalam
memutuskan status going concern perusahaan, auditor tidak hanya
mempertimbangkan rasio leverage, tetapi juga melihat faktor-faktor lain, seperti potensi kebangkrutan perusahaan, kerugian operasi yang berulang terjadi, ataupun
dampak kondisi ekonomi nasional. 3. Hubungan Kualitas Audit Terhadap Opini Going Concern
Variabel kualitas audit yang diproyeksikan dengan besaran kantor akuntan publik menunjukkan nilai koefisien -0.607 dengan tingkat signifikansi sebesar
0.458 lebih besar dari 0.05 5 artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
opini going concern
.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh pada penerimaan opini audit going concern. Auditor, baik dari
Universitas Sumatera Utara
KAP big four maupun non big four, akan tetap memberikan opini audit going concern apabila auditor tersebut meragukan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya. Tanda negatif pada koefisien kualitas audit menunjukkan bahwa perusahaan
cenderung tidak memperoleh opini going concern ketika menggunakan jasa KAP big four, sementara perusahaan yang menggunakan jasa KAP non big four
cenderung memperoleh opini going concern. Pendapat Scott 2001 menjelaskan hal ini dimana manajer yang rasional tidak akan memilih auditor berkualitas tinggi
dan membayar fee yang tinggi apabila karakteristik perusahaan tidak bagus. Argumen ini didasari anggapan bahwa auditor berkualitas tinggi akan mampu
mendeteksi karakteristik perusahaan yang tidak bagus dan menyampaikannya kepada publik, jadi dapat dikatakan perusahaan yang menggunakan jasa KAP big
four adalah perusahaan yang cenderung memiliki kinerja dan karateristik yang baik, sehingga pendapat yang mereka terima adalah cenderung pendapat wajar
tanpa pengecualian, sementara perusahaan dengan kinerja dan karakteristik yang tidak baik cenderung menggunakan KAP non big four dengan harapan bahwa
KAP non big four tidak dapat mendeteksi kinerja dan karakteristik mereka yang tidak baik tersebut, sedangkan disisi lain auditor berusaha menjaga reputasinya
dengan selalu bekerja secara objektif. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan
Mutchler 1997 yang menemukan bukti univariate bahwa auditor berskala besar Big Six lebih cenderung untuk mengeluarkan opini going concern pada
perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dibandingkan auditor berskala
Universitas Sumatera Utara
kecil non Big Six. Meskipun demikian hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ramadhany 2004 dimana variabel skala auditor Big Four and Non
Big Four tidak berpengaruh signifikan atas kemungkinan penerimaan opini going concern. Bukti tersebut juga konsisten dengan penelitian Setyarno, Januarti dan
Faisal 2006, bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern, artinya bahwa auditor akan tetap memberikan
opini going concern apabila perusahaan tersebut meragukan dalam kelangsungan usahanya baik auditor big four maupun non big four.
4. Hubungan Opini Audit Terhadap opini Going Concern Variabel opini audit menunjukkan nilai koefisien positif 2.915 dengan tingkat
signifkansi sebesar 0.002 lebih kecil dari 0.05 5. Pengujian atas variabel opini audit tahun sebelumnya ditemukan bukti empiris bahwa opini audit yang diterima
pada tahun sebelumnya secara signifikan berpengaruh positif terhadap kemungkinan
penerimaan opini going concern pada tahun berikutnya. Apabila pada tahun lalu perusahaan menerima opini going concern, maka besar kemungkinan untuk
menerima opini going concern lagi pada tahun berjalan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cancello
Neal 2000. Penelitian dari Cancello Neal 2000 menemukan bukti bahwa opini going concern yang diterima pada tahun sebelumnya mempengaruhi
keputusan auditor untuk menerbitkan kembali opini going concern. Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan opini going
concern yang diterima pada tahun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Universitas Sumatera Utara
yang dikemukakan oleh Muthcler 1985 bahwa perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini
yang sama pada tahun berjalan. Walaupun sebenarnya penerbitan kembali opini going concern ini tidak didasarkan kepada opini going concern yang diterima
pada tahun sebelumnya semata, namun lebih kepada efek yang disebabkan oleh pemberian opini going concern tersebut yaitu hilangnya kepercayaan dari publik
akan keberlanjutan usaha auditee termasuk dari investor, kreditur, dan konsumen sehingga akan semakin mempersulit manajemen perusahaan untuk dapat bangkit
kembali dari kondisi keterpurukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut.
1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel likuiditas yang diproyeksikan
dengan quick ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Apabila perusahaan sedang berada dalam keadaan mengalami
kegagalan untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditur karena kesulitan kas maka auditor cenderung untuk mengeluarkan opini audit going concern
kepada perusahaan, dimana auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas,
tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan. 2.
Variabel leverage yang diproyeksikan dengan debt to total assets mempunyai pengaruh keofisien negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
opini going concern. 3.
Variabel kualitas audit yang diproksi dengan ukuran kantor akuntan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern,
Jadi dapat dikatakan perusahaan yang menggunakan jasa KAP big four adalah perusahaan yang cenderung memiliki kinerja dan karateristik yang baik,
sehingga pendapat yang mereka terima adalah cenderung pendapat wajar
Universitas Sumatera Utara