154
c. Keadaan subjek setelah bercerai
1 Masalah ekonomi.
Setelah bercerai subjek berusaha jualan lontong untuk mengatasi masalah keuangannya S4. W2k451-458hal. 34.
2 Masalah sosial.
Sejak bercerai subjek merasa pergaulannya semakin banyk dibandingkan saat menikah. Subjek merasa sebagai orang jualan harus bisa bersikap
ramah kepada orang lain sehingga ia memiliki lebih banyak kenalan dibanding dulu S4. W2k. 485-494, 497-507hal. 35-36.
3 Masalah psikologis emosional.
Subjek merasa lelah perasaan karena banyak penderitaan yang ia alami sejak ia menikah S4. W2k. 570-581hal. 38.
4 Masalah praktis.
Subjek tidak merasa ada perubahan dengan pekerjaan rumahnya sejak bercerai dengan suaminya S4. W2k. 358-369hal. 32.
5 Masalah kesepian.
Subjek merasa kesepian karena tidak adanya kehadiran anaknya S4. W2k. 510-514hal. 36.
6 Masalah pembagian tanggung jawab terhadap pemeliharaan anak
Anak subjek sekarang diasuh oleh suaminya dan dibiayai oleh saudara suaminya. Sesudah bercerai subjek masih boleh bertemu dengan anaknya,
kadang suami subjek sendiri yang mengantarkan anaknya. Subjek merasa
Universitas Sumatera Utara
155 setelah ia meninggalkan suaminya, anak-anaknya semakin bandel dan
tidak menurut lagi S4. W2k. 517-522, 528-555hal. 36-37. 7
Masalah seksual. Subjek merasakan masalah dalm kebutuhan biologisnya. Subjek
merasakan kebutuhan untuk berhubungan dengan laki-laki. Subjek hampir tergoda untuk melakukan hubungan tersebut dengan laki-laki yang sedang
dekat dengannya, tetapi akhirnya subjek berhasil mencegah keinginan itu S4. W2k. 421-446hal. 33-34.
8 Masalah perubahan konsep diri.
Subjek merasa dirinya menjadi lebih dewasa dan lebih berhati-hati lagi dalam mengambil suatu keputusan terhadap suatu masalah karena ia tidak
mau terjatuh untuk yang kedua kalinya S4. W2k. 587-601hal. 38.
D. PEMBAHASAN D. 1. Subjek 1
a. Penyebab Perceraian.
1 Penyesuaian dengan pasangan
a Konsep pasangan ideal
Menurut Hurlock 1993 dalam memilih pasangan, baik pria ataupun wanita sampai sejauh tertentu dibimbing oleh konsep pasangan ideal yang
dibentuk selama masa dewasa. Semakin orang terlatih menyesuaikan diri terhadap realitas semakin sulit penyesuaian dilakukan terhadap pasangan.
Universitas Sumatera Utara
156 Hal ini sesuai dengan AN yang uga memiliki konsep pasangan yang
diinginkannya jauh sebelum ia menikah. AN menginginkan pria yang sayang kepadanya, yang dapat menjadi teman hidupnya hingga tua nanti,
saling memahami, tidak saling mencurigai, dan adanya sikap kedewasaan. Pada awalnya kriteria pria idamannya ada pada suaminya, orang yang
penyayang. Tetapi akhirnya berubah juga seiring berjalannya waktu. b
Pemenuhan kebutuhan Menurut Hurlock 1993 apabila penyesuaian yang baik dilakukan,
pasangan harus memenuhi kebutuhan yang berasal pengalaman awal. Apabila orang dewasa perlu pengenalan, pertimbangan prestasi dan status
sosial agar bahagia, pasangan harus membantu pasangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pada AN kebutuhan yang ia inginkan setelah menikah adalah pasangan yang bisa menyayanginya dan jadi tempat bersandar, berbagi suka duka.
Hal ini telah dipenuhi oleh suaminya pada awal-awal pernikahan mereka.
c Kesamaan latar belakang
Menurut Hurlock 1993 semakin sama latar belakang suami dan istri, semakin mudah untuk saling menyesuaikan diri. Bagaimanapun juga
apabila latar belakang mereka sama, setiap orang dewasa mencari pandangan unik tentang kehidupan. Semakin berbeda pandangan hidup ini,
makin sulit penyesuaian diri dilakukan. Keluarga AN dan keluarga suaminya sama-sama berdomisili di Jakarta.
Dari segi ekonomi keluarga subjek dan keluarga suaminya sama-sama
Universitas Sumatera Utara
157 keluarga yang sederhana. Subjek dan suaminya pindah ke kota Kabanjahe.
Subjek dan suaminya sama-sama berasal dari satu suku yang sama, yaitu suku Minang .
d Minat dan kepentingan bersama
Menurut Hurlock 1993 kepentingan yang saling bersamaan tentang suatu hal yang dapat dilakukan pasangan cenderung membawa penyesuaian
yang baik dari kepentingan bersama yang sulit dilakukan dan dibagi bersama.
Pada AN persamaan dirinya dengan suaminya adalah keinginan yang sama untuk membuka usaha sendiri. Mereka sama-sama memiliki impian dan
keinginan yang kuat dalam mewujudkan usaha tersebut. e
Konsep peran Menurut Hurlock1993 setiap lawan pasangan mempunyai konsep yang
pasti mengenai bagaimana seharusnya peranan seorang suami dan istri, atau setiap orang mengharapkan pasangannya memainkan perannya. Jika
harapan terhadap peran tidak terpenuhi, akan mengakibatkan konflik dan penyesuaian yang buruk.
Subjek menginginkan peran suami yang bertanggung jawab melindungi keluarga dan mencari nafkah. Tetapi suami subjek belum memenuhi peran
yang diharapkan. f
Perubahan pola hidup Menurut Hurlock 1993 penyesuaian terhadap pasangannya berarti
mengorganisasikan pola kehidupan, merubah persahabatan dan kegiatan- kegiatan sosial, serta merubah persyaratan pekerjaan, terutama bagi
Universitas Sumatera Utara
158 seorang istri. Penyesuaian-penyesuaian ini seringkali diikuti oleh konflik
emosional. Sebelum menikah, suami subjek tidak ada membatasi pergaulan subjek.
Bahkan subjek sendiri yang menutup dirinya dari orang lain terutama laki- laki.
2 Penyesuaian keuangan
Menurut Hurlock 1993 uang dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian diri orang dewasa dengan perkawinan.
Situasi keuangan keluarga dapat digunakan untuk mengatasi masalah penyesuaian status perkawinan khususnya untuk dua hal penting. Pertama,
percekcokan mungkin berkembang apabila sang istri berharap suaminya tidak bermewah-mewah. Ancaman kedua dapat berasal dari timbulnya
keinginan-keinginan memiliki harta benda. Apabila suami tidak bisa memenuhi keinginan keluarga maka hal ini bisa menimbulkan perasaan
tersinggung yang berakhir ke arah percekcokan. Sebelum menikah AN telah mengetahui apa pekerjaan suaminya. AN pada
awalnya adalah teman dan juga tetangga suaminya sewaktu rumah mereka di Jakarta. AN merupakan teman curhat bagi suaminya. Suaminya
mengatakan kalau dia bekerja di suatu supermarket, padahal itu bukan bidang yang sesuai dengannya. Gaji yang di dapatkan pun sudah lumayan.
Selain itu, sebelum menikah AN tidak pernah meminta atau tidak pernah diberi barang oleh suaminya. AN merasa mengerti dan tidak terlalu
mempermasalahkan hal itu, karena suaminya sudah banyak mengeluarkan
Universitas Sumatera Utara
159 biaya untuk anak-anak suaminya sebelum mereka menikah. Sewaktu
menyiapkan pesta pernikahan juga, suami AN tidak memberi sumbangan uang atau tidak ikut berpartisipasi memberi uang. Hal ini terjadi bukan
karena ketidakmampuan suaminya tetapi karena AN dan suaminya adalah suku Minang
3 Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan
a Stereotipe tradisional
Hurlock 1993 mengatakan bahwa stereotipe yang secara luas diterima mengenai “ibu mertua yang representatife” dapat manimbulkan perangkat
mental yang tidak menyenangkan bahkan sebelum perkawinan. Stereotipe yang tidak menyenangkan mengenai usia lanjut - mereka itu adalah bossy
dan campur tangan – dapat menambah masalah bagi keluarga pasangan. Sebelum menikah hubungan suami AN dengan orangtua AN tidak terlalu
dekat, hanya sekedar kenal saja. Hal ini dikarenakan kesibukan suami AN mengurus pekerjaan dan anak-anaknya. Sebelum menikah suami AN
hanya sekedar bertegur sapa saja dengan orangtua AN. Sebaliknya hubungan AN dengan keluarga suaminya justru tidak dekat bahkan setelah
menikah. Hubungan subjek dengan keluarga suaminya tidak dekat karena sebelum kehadirannya suaminya telah pernah memiliki istri pertama.
Orangtua suaminya merasa statusnya sebagai istri kedua tidak terlalu biasa di keluarga mereka. Selain itu status subjek sebagai ibu tiri dari anak-anak
suaminya juga dipandang sebagai suatu hal yang tidak biasa. Orangtua suaminya merasa bahwa kasih sayang subjek kepada anak-anak tirinya
Universitas Sumatera Utara
160 bukanlah kasih sayang yang tulus. Mereka megira kasih sayang yang
subjek berikan hanyalah cara agar bisa memperoleh suaminya. Tetapi subjek sebenarnya merasa sangat menyayangi anak-anak tirinya.
b Keinginan untuk Mandiri
Hurlock 1993 mengatakan bahwa orang yang menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan petunjuk dari orangtua mereka, walaupun
mereka menerima bantuan keuangan, dan khususnya mereka menolak campur tangan dari keluarga pasangan. Sebelum menikah orangtua AN
memberikan nasehat kepada AN dan suaminya. Suami AN bersikap terbuka dan menerima saran dan nasehat dari orangtua AN. Setelah
menikah keluarga AN termasuk orangtua AN tidak lagi turut mencampuri masalah rumah tangga AN.
c Keluargaisme
Hurlock 1993 mengatakan bahwa penyesuaian dalam perkawinan akan lebih pelik apabila salah satu pasangan tersebut menggunakan lebih
banyak waktunya terhadap keluarganya daripada mereka sendiri ingin berikan. Pasangan terpengaruh oleh keluarga, apabila seorang anggota
keluarga berkunjung dalam waktu yang lama atau hidup dengan mereka seterusnya.
Sebelum menikah AN lebih banyak menghabiskan waktunya dengan keluarganya. AN merasa pada saat itu hidupnya masih tergantung pada
keluarganya dan masih tinggal serumah dengan keluarganya. Setelah
Universitas Sumatera Utara
161 menikah terjadi perubahan sikap pada suami AN. Awalnya suaminya tidak
mempertanyakan ketidaksuburannya. Tetapi akibat pengaruh keluarganya, maka suaminya mulai mempermasalahkan ketidakmampuan subjek
memiliki anak. Keluarga suami subjek ikut berubah sikap. Mereka tidak seramah dulu lagi kepada subjek. mereka mengatakan kalau subjek adalah
wanita yang mandul dan tidak bisa memberikan anak pada suaminya. d
Mobilitas sosial Hurlock 1993 mengatakan bahwa orang dewasa muda yang status
sosialnya meningkat di atas anggota keluarga atau di atas status keluarga pasangannya mungkin saja tetap membawa mereka dalam latar
belakangnya. Banyak orang tua dan anggota keluarga sering bermusuhan dengan pasangan muda.
Sebelum menikah AN merasa tingkat keuangan dan status sosial suami subjek setara dengan orangtua subjek. Tidak ada perbedaan yang
mencolok. Setelah menikah dengan suaminya AN mulai merasa bahwa tingkat status sosial mereka semakin meningkat dibandingkan yang dulu.
Setelah memiliki restoran AN dan suaminya banyak mengenal orang yang memiliki jabatan penting di kota tersebut. Orangtua AN tidak ada merasa
keberatan atau menimbulkan masalah bagi keluarga AN. b
Anggota Keluarga yang Berusia Lanjut Hurlock 1993 mengatakan bahwa merawat anggota keluarga berusia
lanjut merupakan faktor yang sangat pelik dalam penyesuaian perkawinan sekarang karena sikap yang tidak menyenangkan terhadap orangtua dan
Universitas Sumatera Utara
162 keyakinan bahwa orang muda harus bebas dari urusan keluarga khususnya
bila dia juga mempunyai anak-anak. AN dan suaminya tidak pernah membicarakan mengenai rencana akan
merawat anggota keluarga yang lanjut usia jika sudah menikah nantinya. Karena AN dan suaminya merencanakan akan pindah untuk mengadu
nasib di daerah lain. Setelah menikah pun AN dan suaminya tetap tidak ada keinginan untuk merawat anggota keluarga yang lanjut usia karena
telah jauh pindah ke luar daerah. f
Bantuan Keuangan Untuk Keluarga Pasangan Hurlock 1993 mengatakan bahwa bila pasangan muda harus membantu
atau memikul tanggungjawab bantuan keuangan bagi pihak keluarga pasangan, hal itu sering membawa hubungan keluarga yang tidak beres.
Hal ini dikarenakan anggota keluarga pasangan dibantu keuangannya, marah dan tersinggung dengan tujuan agar diperoleh bantuan tersebut.
Memang sejak sebelum menikah keluarga AN maupun keluarga suaminya ada juga yang pernah meminta bantuan berupa uang kepada mereka.
Tetapi AN dan suaminya belum pernah memberikan bantuan tersebut, karena mereka merasa keuangan mereka juga hanya cukup untuk
kehidupan mereka sendiri. Walaupun setelah menikah AN merasa keuangan dan status mereka semakin meningkat tetapi mereka tetap belum
bisa membatu keuangan untuk keluarga AN maupun suaminya.
4 Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
163 Hasil penelitian Freudiger, P. 1983, yang dimuat dalam Journal of
Marriage and the Family, 45, 213 - 219 -tentang ukuran kebahagiaan hidup wanita yang sudah menikah, ditinjau dari 3 kategori: wanita bekerja,
wanita pernah bekerja dan wanita yang belum pernah bekerja, menunjukkan bahwa bagi para istri dan ibu bekerja, kebahagiaan
perkawinan adalah tetap menjadi hal yang utama, dibandingkan dengan kepuasan kerja.
Sebelum menikah AN tidak ada terpikir untuk mencari kerja. Karena saat itu ia merasa bapaknya masih sanggup untuk membiayai hidupnya selama
ini. AN juga memutuskan untuk tidak bekerja setelah menikah karena ia ingin memberikan perhatian yang penuh kepada anak-anaknya.
5 Alasan menikah
Alasan AN menikah dengan suaminya, pada awalnya adalah rasa kasihan pada anak-anak suaminya dulu. Sebelum mereka menikah AN melihat
kalau anak-anak tersebut sangat membutuhkan orang yang bisa menyayangi dan mengurus mereka. Apalagi pada saat itu orangtua anak-
anak itu baru saja bercerai. AN melihat sebelum menikah suaminyalah yang mengurus anak-anak itu seorang diri. AN melihat suaminya
kerepotan dalam membagi waktu antara pekerjaan dan anak-anaknya. AN merasa sangat sedih saat melihat pada saat makan pagi dan makan siang
anak-anaknya hanya sempat makan indomie saja. Pada saat itulah AN dengan niatnya yang tulus, menawarkan bantuannya untuk merawat anak-
anak itu di siang hari setelah mereka pulang sekolah sampai suami AN
Universitas Sumatera Utara
164 pulang dari tempat kerjanya. Dari sejak saat itulah AN dan suaminya
menjadi dekat dan akhirnya memutuskan untuk menikah.
6 Jumlah anak
Ini adalah salah satu kekurangan AN. Sejak menikah ia belum juga diberikan keturunan yang dilahirkan dari rahimnya sendiri. AN sadar itu
adalah kekurangannya. Ia merasa tidak sempurna sebagai seorang wanita. AN merasa hal ini sudah menjadi garis hidupnya. Pada saat ini anak AN
adalah dua orang anak yang dibawa suaminya dari perkawinan pertamanya.
7 Penyesuaian seksual
Masalah penyesuaian utama yang kedua dalam perkawinan adalah penyesuaian seksual. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang paling sulit
dalam perkawinan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan perkawinan apabila kesepakatan ini tidak dapat dapat dicapai
dengan memuaskan. Biasanya pasangan tersebut belum mempunyai cukup pengalaman awal, yang berhubungan dengan dengan penyesuaian ini daripada
orang-orang lain dan mereka mungkin tidak mampu mengendalikan emosi mereka. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi penyesuaian seksual, yaitu:
a Perilaku terhadap seks
Di dalam keluarga AN tidak boleh membicarakan tentang sex, apalagi pada orangtua. Hal itu dianggap tabu. Subjek sendiri juga merasa malu
untuk menanyakan hal tersebut dengan orangtuanya. Tetapi hal itu tidak
Universitas Sumatera Utara
165 terlalu berpengaruh terhadap rumah tangganya. Karena pada saat itu
subjek juga banyak mendapat informasi dari media seperti majalah. b
Pengalaman seks masa lalu Cara orang dewasa dan teman sebaya bereaksi terhadap masturbasi,
petting, dan hubungan suami istri sebelum menikah, ketika mereka masih muda dan cara pria dan wanita merasakan itu sangat mempengaruhi
perilakunya terhadap seks. Apabila pengalaman awal seorang wanita tentang petting tidak menyenangkan hal ini akan mewarnai sikapnya
terhadap seks. Subjek tidak pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Subjek
merasa ia masih takut pada Allah dan kebudayaan yang ada di Indonesia juga tidak memperbolehkan adanya hubungan seks sebelum menikah.
c Dorongan seksual
Dorongan seksual berkembang lebih awal pada pria daripada wanita dan cenderung tetap demikian, sedang pada wanita timbul secara periodik,
dengan turun naik selama siklus menstruasi. Variasi ini mempengaruhi minat dan kenikmatan akan seks, yang kemudian mempengaruhi
penyesuaian seksual. Pada saat menstruasi subjek terkadang merasa tidak ingin melayani
suaminya. Tetapi seiring dengan berjalannya tahun pernikahan hal ini semakin tidak menjadi masalah bagi subjek dan suaminya.
d Pengalaman seks marital awal
Kepercayaan bahwa hubungan seksual menimbulkan keadaan yang tidak sejajar dengan pengalaman lain, menyebabkan banyak orang dewasa muda
Universitas Sumatera Utara
166 merasa begitu pahit dan susah sehingga penyesuaian seksual akhir sulit
atau tidak mungkin dilakukan. Seks merupakan masalah penting di dalam rumaha tangga, tetapi subjek
merasa bukan yang utama karena masih banyak hal lain yang diperlukan dalam berumah tangga.
e Sikap Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi
Akan terjadi lebih sedikit konflik dan ketegangan jikalau suami istri itu setuju untuk menggunakan alat pencegah kehamilan dibanding apabila
antara keduanya mempunyai perasaan yang berbeda tentang sarana tersebut.
Subjek merasa tidak perlu menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seksual dengan suaminya, karena subjek tetap berharap dapat
memiliki anak. Selain itu suami subjek juga tidak pernah ingin memakai alat kontrasepsi.
f Efek vasektomi
Apabila seseorang menjalani operasi vasektomi, maka akan hilang ketakutan akan kehamilan yang tidak diinginkan. Vasektomi mempunyai
efek yang sangat positif bagi wanita tentang penyesuaian seksual wanita tetapi membuat pria mempertanyakan kepriaannya.
Pada pemakaian alat kontrasepsi saja subjek dan suaminya tidak setuju, apalagi dengan vasektomi mereka tidak mau melakukannya.
8 Saat pasangan menjadi orangtua
Universitas Sumatera Utara
167 Makin pendek jarak interval antara saat menikah dengan lahirnya anak
pertama maka makin tinggi kemungkinan tingkat perceraiannya. Hal ini disebabkan pasangan tersebut tidak punya cukup waktu untuk
menyesuaikan diri dengan situasi berkeluarga. Subjek sejak awal merasa siap dengan keputusannya menikahi seorang
duda yang akan membawa anak ke dalam perkawinannya.
9 Model pasangan sebagai orangtua
Keberhasilan dan kegagalan perkawinan cenderung selalu ada dalam keluarga. Anak-anak dari keluarga bahagia, kecil kemungkinannya untuk
ditinggal cerai dibandingkan yang tidak bahagia. Subjek dan suaminya selalu berusaha agar tidak pernah bertengkar di
depan anak-anaknya, karena subjek merasa anak-anak mereka telah cukup menderita di masa lalu dengan ibu kandung mereka. Subjek ingin menjadi
ibu yang baik bagi anak-anaknya.
10 Mempertahankan identitas
Orang dewasa yang dapat merawat identitasnya setelah menikah dan yang mempunyai kesempatan untuk memperbaharui diri, lebih kecil
kemungkinannya untuk bercerai daripada mereka yang kehidupan dirinya sangat dipengaruhi keluarga.
Subjek sedari dulu memang diajarkan untuk mencari jati diri sendir tanpa dipengaruhi keluarga.
11 Penyesuaian keuangan
Universitas Sumatera Utara
168 Masalah penyesuaian ketiga dalam hidup perkawinan adalah keuangan.
Uang dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian diri orang dewasa dengan perkawinan.
Sejak menikah suami subjek telah memiliki sebuah restoran. Sejak saat itu keuangan suami subjek semakin meningkat dibandingkan sebelum
menikah, sudah melebihi dari keuangan orangtua subjek sendiri
b. Tahap Penyesuaian dalam perceraian