Data Diri Penyesuaian Perceraian pada Wanita Suku Minang dan Suku Karo yang tidak Bekerja

105 merasa anak-anak tirinya datang hanya saat memerlukan bantuan subjek. Subjek sangat merasa sendirian di dunia. Subjek merasa sangat kesepian setelah bercerai, bukan hanya dari segi biologis tetapi karena tidak adanya lagi tempat bersandar dan berbagi pikiran. Subjek merasa bingung pada saat menemui masalah. 6 Masalah pembagian tanggung jawab terhadap pemeliharaan anak Setelah bercerai kedua anak tiri subjek dibawa kembali oleh suami subjek. Karena suaminya merasa kedua anak-anak tersebut adalah anak kandungnya sedangkan subjek hanya ibu tiri saja. 7 Masalah seksual Subjek mengatakan akibat kesibukannya mengurus anak dan mengurus usaha rumah makannya subjek melupakan masalah kebutuhan biologisnya. Subjek merasa ia terlalu lelah untuk memikirkan masalah tersebut. 8 Masalah perubahan konsep diri Subjek merasa dulu ia adalah orang yang tegar dan tidak mudah jatuh. Tetapi sejak bercerai ia menjadi sering menangis dan mudah putus asa. B. Subjek II B. 1. Deskripsi Data

a. Data Diri

Tabel IV.C Gambaran umum Subjek II Dimensi Deskripsi subjek Universitas Sumatera Utara 106 Inisial MA Usia 39 tahun Jenis Kelamin Perempuan Suku Minang Agama Islam Pendidikan Terakhir Sekolah Menengah Pertama Lama Bercerai 2 tahun Tinggal dengan Satu orang anak laki-laki Status Tidak kawin lagi Pekerjaan setelah bercerai Wiraswasta tukang masak di rumah makan MA adalah seorang wanita yang saat ini berusia 39 tahun. Ia telah mengalami perceraian selama 2 tahun dengan suaminya. Dari hasil pernikahannya yang lalu MA memiliki satu orang anak laki-laki. Saat ini, setelah bercerai, anak laki-laki MA diasuh dan menjadi tanggung jawab MA sendiri. Sewaktu belum menikah hingga saat menikah MA tidak pernah bekerja. Sekarang MA harus membiayai hidupnya dan anaknya sendirian. Suami MA pergi dan tidak pernah kembali lagi. Suami MA menjatuhkan talaq pada dirinya melalui sebuah surat. Sejak itu MA kehilangan kabar mengenai suaminya. Pada Awalnya MA merasa bingung harus bekerja apa untuk memenuhi biaya hidupnya dan anaknya, tetapi akhirnya MA memutuskan untuk berjualan goreng-gorengan yang dititipkan di warung-warung. Setelah jualan beberapa lama MA merasa biaya hidupnya tetap lebih besar dari hasil penjualannya karena itu ia memutuskan untuk mencari kerja yang lain. Salah seorang saudara jauh MA kemudian menawarkan MA bekerja Universitas Sumatera Utara 107 sebagai tukang masak di rumah makan di daerah Nomensen. MA setuju lalu ia berhenti jualan gorengan dan bekerja di rumah makan tersebut. Tetapi akrena biaya anaknya semakin besar dan ia yang tinggal di rumah orangtuanya juga harus turut membiayai pengeluaran rumah tersebut, maka ia merasa penghasilan di rumah makan tersebut juga masih belum terlalu mencukupi. Akhirnya ia mendapat tawaran untuk bekerja di Malaysia oleh kawannya. Ia pun mengikuti tawaran temannya yang menyarankannya menjadi seorang TKW di Malaysia. Saat itu MA merasa setuju dan berangkat ke Malaysia. Setelah bekerja selama 6 bulan di Malaysia tiba-tiba MA mendapat kabar dari adiknya yang di Indonesia kalau anak MA mengalami masalah dengan sekolahnya. Mau tidak mau MA harus pulang untuk menyelesaikan masalah sekolah anaknya. MA merasa sangat stres karena ia sangat mengharapkan anaknya bisa menyelesaikan pendidikannya agar masa depannya lebih baik dari dirinya. Akhirnya setelah tiba di Indonesia MA pun memutuskan untuk menetap kembali di Indonesia dan tidak lagi bekerja jauh dari anaknya. Ia merasa kesalahan yang diperbuat anaknya semuanya berasal dari kesalahan ia dan suaminya yang meninggalkan mereka. Secara fisik MA memiliki tinggi badan 160cm dan dengan berat badan 60kg. MA yang gemar menyanyi ini memiliki rambut berwarna hitam yang bergelombang dan pendek. Warna kulit MA hitam dan ia mengenakan baju daster berwarna coklat garis-garis putih pada saat diwawancarai di rumahnya.

b. Tanggal wawancara