89
b. Tanggal wawancara
Tabel IV.B Waktu wawancara
No Responden Tanggal wawancara
Waktu wawancara Tempat
wawancara 1 AN
17 Februari
2007 21.00-22.00 Rumah Peneliti
2 AN
24 Maret 2007 16.30-18.00
Rumah AN
AN bertempat tinggal di sebuah rumah di pinggir jalan yang ada di kota Kabanjahe. Ukuran rumah AN termasuk tipe yang sedang dalam arti tidak terlalu
besar dan tidak terlalu kecil dibandingkan dengan rumah-rumah tetangga AN lainnya. Rumah AN adalah tipe rumah yang bertingkat dua. AN menggunakan
sebagian ruangan yang ada di rumahnya sebagai tempat ia membuka usaha rumah makannya, khusus tingkat dua hanya terdiri dari ruangan untuk rumah makannya.
Bentuk rumah AN terdiri dari enam bagian, yaitu teras beranda, lalu ruang pertama yang dijumpai adalah tempat AN berjualan yang tembus langsung ke
tangga menuju tingkat dua, kemudian di sebelah kanan terlihat ruang tamu AN yang menyatu dengan ruang menonton televisi, ruang belakang terdiri dari kamar
tidur dan dapur, kemudian ruangan yang berada di tingkat 2 digunakan juga sebagai tempat untuk para tamu yang ingin mengadakan suatu rapat atau arisan
sambil makan siang di rumah makan AN. Pada teras rumah, terdapat satu buah kursi panjang yang terbuat dari bambu
berwarna coklat. Di teras juga dihiasi dengan bunga-bunga yang tertata rapi
Universitas Sumatera Utara
90 sehingga memberi kesan lebih segar dan nyaman duduk di teras tersebut. Pada
ruangan tempat usaha rumah makan AN menyediakan satu set steling tempat AN menyediakan makanan serta empat buah meja yang masing-masing memiliki
empat buah kursi untuk para pembeli di ruang bawah sedangkan si ruang atas terdiri dari lima buah meja yang masing-masing memiliki empat buah kursi..
Seperangkat kursi tamu dan lemari tampak menghiasi ruang tamunya. Di depan kursi tamu tersebut terdapat televisi yang dilengkapi ambal dan bantal yang besar.
Beberapa foto-foto tampak menghiasi dinding ruangan. Jika berjalan ke belakang rumah, akan ditemui ruang tidur dan dapur. Di dapur inilah AN memasak untuk
usaha rumah makannya ataupun catering. Lantai rumah AN terbuat dari semen biasa, tetapi di ruang tamunya dan ruang menonton lantainya dialasi dengan
ambal sehingga tetap memberikan kesan rapi dan bersih. AN menyatakan kesediaannya untuk diwawancarai setelah peneliti
mengemukakan tujuan penelitian. Proses wawancara dengan AN dilaksanakan sebanyak 2 kali. Proses wawancara ini dilaksanakan di tempat yang telah
disepakati antara AN dengan peneliti. Peneliti mengenal AN melalui orangtua peneliti yang bersahabat dengan AN.
Pada waktu wawancara pertama dilakukan, peneliti datang berkunjung ke rumah AN pada malam hari. Pada saat itu AN sedang membereskan barang
dagangannya dan bersiap-siap untuk menutup rumah makannya. Ketika AN melihat peneliti datang, AN segera mempersilakan peneliti duduk lalu
menyelesaikan kegiatannya dengan cepat. Setelah selesai AN mengatakan kalau ia siap untuk diwawancarai. Atas permintaan AN, wawancara pertama dilakukan di
rumah peneliti. AN dan peneliti lalu menuju rumah peneliti dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
91 mobil yang dikemudikan oleh AN. Jarak yang ditempuh memakan waktu selama
kurang lebih 10 menit. Sesampainya di rumah peneliti, proses wawancara pertama pun dilakukan tepatnya di ruang tamu peneliti.
Ruang tamu peneliti terletak di ruangan yang paling depan dari bagian rumah sehingga dapat jelas melihat keluar jendela. Ruang tamu peneliti terdiri
dari dua ruangan, ruangan pertama terdiri dari seperangkat kursi sofa dan sebuah meja, ruang tamu yang kedua terdiri dari seperangkat kursi jepara yang berwarna
hijau. Peneliti dan AN duduk berdampingan di sebuah kursi jepara panjang berwarna hijau. Pada saat itu AN menggunakan baju kaos bertangan panjang yang
bercorak warna-warni serta memakai celana panjang berbahan jeans. Ditengah- tengah antara peneliti dan AN diletakkan alat perekam. Dalam memberikan
jawaban AN sering menggunakan kata-kata “tapi”, “ya”, “memang”. Setiap peneliti mengajukan pertanyaan AN langsung merespon dengan menjawab
pertanyaan peneliti. Untuk beberapa pertanyaan yang diajukan peneliti, terutama mengenai masalah perceraiannya, AN tampak menjawab dengan raut muka yang
tunduk ke bawah, tersenyum tipis, lalu meneteskan air mata. Terkadang ia mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menatap ke lurus ke bawah.
Disamping itu, jika peneliti mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan keberhasilannya menjalani hidup, AN merespon jawaban dengan kepala tegak,
tersenyum lebar dan mata yang berbinar-binar sambil menatap lurus ke peneliti. Selama wawancara berlangsung ada beberapa hal yang mengganggu jalannya
pembicaraan, seperti pada saat orangtua peneliti ingin mengambil buku yang ia letakkan di ruang tamu. AN kemudian menyapa orangtua peneliti sambil
tersenyum dan tertawa. Wawancara kembali dilanjutkan sesudah orang tua
Universitas Sumatera Utara
92 peneliti masuk ke dalam kamarnya. Setelah itu tidak ada lagi kejadian yang
mengganggu proses wawancara antara AN dengan peneliti. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa AN bersikap kooperatif
dengan peneliti, hal ini dapat dilihat dari cara menjawab AN terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti tanpa ada yang ditutup-tutupi. AN juga terlihat responsif
terhadap pertanyaan yang diajukan, hal ini dapat dilihat dari ekspresi yang ditunjukkan ketika menjawab pertanyaan. Pada saat menjawab pertanyaan yang
mengulang kisah pahit dalam hidupnya, mata AN terlihat merah dan basah oleh air mata.
A.2. Analisis Data a. Penyebab Perceraian
1 Keadaan subjek sebelum menikah a
Penyesuaian dengan pasangan a Konsep pasangan ideal
Sebelum menikah subjek telah memiliki suatu konsep mengenai pasangan yang diinginkannya untuk menjadi pasangan hidupnya. Subjek
menginginkan pria yang sayang kepadanya, yang dapat menjadi teman hidupnya hingga tua nanti, saling memahami, tidak saling mencurigai, dan
adanya sikap kedewasaan S1. W1k. 4-11hal. 1. b
Pemenuhan kebutuhan Kebutuhan yang subjek inginkan setelah menikah adalah pasangan yang
bisa menyayanginya dan jadi tempat bersandar, berbagi suka duka. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
93 telah dipenuhi oleh suaminya pada awal-awal pernikahan mereka S1.
W1k. 31-36hal. 2. c
Kesamaan latar belakang Keluarga subjek dan keluarga suaminya sama-sama berdomisili di Jakarta.
Dari segi ekonomi keluarga subjek dan keluarga suaminya sama-sama keluarga yang sederhana. Subjek dan suaminya pindah ke kota Kabanjahe.
Subjek dan suaminya sama-sama berasal dari satu suku yang sama, yaitu suku Minang S1. W1k. 46-59, 63-64hal. 2-3.
d Minat dan kepentingan bersama
Persamaan subjek dengan suaminya adalah keinginan yang sama untuk membuka usaha sendiri. Mereka sama-sama memiliki impian dan
keinginan yang kuat dalam mewujudkan usaha tersebut S1. W1k. 69- 78hal. 3.
e Konsep peran
Subjek menginginkan peran suami yang bertanggung jawab melindungi keluarga dan mencari nafkah. Tetapi suami subjek belum memenuhi peran
yang diharapkan S1. W1k. 82-86, 89-93hal. 3. f
Perubahan pola hidup Sebelum menikah, suami subjek tidak ada membatasi pergaulan subjek.
Bahkan subjek sendiri yang menutup dirinya dari orang lain terutama laki- laki S1. W1k. 100-108hal. 4.
1. Penyesuaian keuangan
Sebelum menikah subjek telah mengetahui apa pekerjaan suaminya. Subjek pada awalnya adalah teman an juga tetangga suaminya sewaktu
Universitas Sumatera Utara
94 rumah mereka di Jakarta. Subjek merupakan teman curhat bagi suaminya.
Suaminya mengatakan kalau dia bekerja di suatu supermarket, padahal itu bukan bidang yang sesuai dengannya. Gaji yang di dapatkan pun sudah
lumayan. Selain itu, sebelum menikah subjek tidak pernah meminta atau tidak pernah diberi barang oleh suaminya. Subjek merasa mengerti dan
tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, karena suaminya sudah banyak mengeluarkan biaya untuk anak-anak suaminya sebelum mereka menikah.
Sewaktu menyiapkan pesta pernikahan juga, suami subjek tidak memberi sumbangan uang atau tidak ikut berpartisipasi memberi uang. Hal ini
terjadi bukan karena ketidakmampuan suaminya tetapi karena subjek dan suaminya adalah suku Minang S1. W1k. 112-128, 132-136, 139-148hal.
4-5.
Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan a
Stereotipe tradisional Sebelum menikah hubungan suami subjek dengan orangtua subjek tidak
terlalu dekat, hanya sekedar kenal saja. Hal ini dikarenakan kesibukan suami subjek mengurus pekerjaan dan anak-anaknya. Sebelum menikah
suami subjek hanya sekedar bertegur sapa saja dengan orangtua subjek S1. W1k. 4-11hal. .
b Keinginan untuk Mandiri
Sebelum menikah orangtua subjek memberikan nasehat kepada subjek dan suaminya. Suami subjek bersikap terbuka dan menerima saran dan nasehat
dari orangtua subjek. c
Keluargaisme
Universitas Sumatera Utara
95 Sebelum menikah subjek lebih banyak menghabis kan waktunya dengan
keluarganya. Subjek merasa pada saat itu hidupnya masih tergantung pada keluarganya dan masih tinggal serumah dengan keluarganya.
d Mobilitas sosial
Sebelum menikah subjek merasa tingkat keuangan dan status sosial suami subjek setara dengan orangtua subjek. Tidak ada perbedaan yang
mencolok. e
Anggota Keluarga yang Berusia Lanjut Subjek dan suaminya tidak pernah membicarakan mengenai rencana akan
merawat anggota keluarga yang lanjut usia jika sudah menikah nantinya. Karena subjek dan suaminya merencanakan akan pindah untuk mengadu
nasib di daerah lain. f
Bantuan Keuangan Untuk Keluarga Pasangan Memang sejak sebelum menikah keluarga subjek maupun keluarga
suaminya ada juga yang pernah meminta bantuan berupa uang kepada mereka. Tetapi subjek dan suaminya belum pernah memberikan bantuan
tersebut, karena mereka merasa keuangan mereka juga hanya cukup untuk kehidupan mereka sendiri.
Pekerjaan
Sebelum menikah subjek tidak ada terpikir untuk mencari kerja. Karena saat itu ia merasa bapaknya masih sanggup untuk membiayai hidupnya selama ini.
2 Keadaan subjek setelah menikah
Universitas Sumatera Utara
96 a
Alasan menikah Alasan subjek menikah dengan suaminya, pada awalnya adalah rasa
kasihan pada anak-anak suaminya dulu. Sebelum mereka menikah subjek melihat kalau anak-anak tersebut sangat membutuhkan orang yang bisa menyayangi dan
mengurus mereka. Apalagi pada saat itu orangtua anak-anak itu baru saja bercerai. Subjek melihat sebelum menikah suaminyalah yang mengurus anak-anak itu
seorang diri. Subjek melihat suaminya kerepotan dalam membagi waktu antara pekerjaan dan anak-anaknya. Subjek merasa sangat sedih saat melihat pada saat
makan pagi dan makan siang anak-anaknya hanya sempat makan indomie saja. Pada saat itulah subjek dengan niatnya yang tulus, menawarkan bantuannya untuk
merawat anak-anak itu di siang hari setelah mereka pulang sekolah sampai subjek pulang dari tempat kerjanya. Dari sejak saat itulah subjek dan suaminya menjadi
dekat dan akhirnya memutuskan untuk menikah. b
Jumlah anak Ini adalah salah satu kekurangan subjek. Sejak emnikah ia belum juga
diberikan keturunan yang dilahirkan dari rahimnya sendiri. Subjek sadar itu adalah kekurangannya. Ia merasa tidak sempurna sebagai seorang wanita. Subjek
merasa hal ini sudah menjadi garis hidupnya. Pada saat ini anak subjek adalah dua orang anak yang dibawa suaminya dari perkawinan pertamanya.
c Penyesuaian seksual
a Perilaku terhadap seks
Di dalam keluarga subjek tidak boleh membicarakan tentang sex, apalagi pada orangtua. Hal itu dianggap tabu. Subjek sendiri juga merasa malu
untuk menanyakan hal tersebut dengan orangtuanya. Tetapi hal itu tidak
Universitas Sumatera Utara
97 terlalu berpengaruh terhadap rumah tangganya. Karena pada saat itu
subjek juga banyak mendapat informasi dari media seperti majalah.
b Pengalaman seks masa lalu
Subjek tidak pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Subjek merasa ia masih takut pada Allah dan kebudayaan yang ada di Indonesia
juga tidak memperbolehkan adanya hubungan seks sebelum menikah. c
Dorongan seksual Pada saat menstruasi subjek terkadang merasa tidak ingin melayani
suaminya. Tetapi seiring dengan berjalannya tahun pernikahan hal ini semakin tidak menjadi masalah bagi subjek dan suaminya.
d Pengalaman seks marital awal
Seks merupakan masalah penting di dalam rumaha tangga, tetapi subjek merasa bukan yang utama karena masih banyak hal lain yang diperlukan
dalam berumah tangga. e
Sikap Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Subjek merasa tidak perlu menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan
hubungan seksual dengan suaminya, karena subjek tetap berharap dapat memiliki anak. Selain itu suami subjek juga tidak pernah ingin memakai
alat kontrasepsi. f
Efek vasektomi Pada pemakaian alat kontrasepsi saja subjek dan suaminya tidak setuju,
apalagi dengan vasektomi mereka tidak mau melakukannya.
Universitas Sumatera Utara
98
Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan a
Stereotipe tradisional Hubungan subjek dengan keluarga suaminya tidak dekat karena sebelum
kehadirannya suaminya telah pernah memiliki istri pertama. Orangtua suaminya merasa statusnya sebagai istri kedua tidak terlalu biasa di
keluarga mereka. Selain itu status subjek sebagai ibu tiri dari anak-anak suaminya juga dipandang sebagai suatu hal yang tidak biasa. Orangtua
suaminya merasa bahwa kasih sayang subjek kepada anak-anak tirinya bukanlah kasih sayang yang tulus. Mereka megira kasih sayang yang
subjek berikan hanyalah cara agar bisa memperoleh suaminya. Tetapi subjek sebenarnya merasa sangat menyayangi anak-anak tirinya.
b Keinginan Untuk Mandiri
Setelah menikah keluarga subjek termasuk orangtua subjek tidak lagi turut mencampuri masalah rumah tangga subjek.
c Keluargaisme
Awalnya suaminya tidak mempertanyakan ketidaksuburannya. Tetapi akibat pengaruh keluarganya, maka suaminya mulai mempermasalahkan
ketidakmampuan subjek memiliki anak. Keluarga suami subjek ikut berubah sikap. Mereka tidak seramah dulu lagi kepada subjek. mereka
mengatakan kalau subjek adalah wanita yang mandul dan tidak bisa memberikan anak pada suaminya.
d Mobilitas sosial
Subjek merasa tingkat status sosial mereka semakin meningkat dibandingkan yang dulu. Setelah memiliki restoran itu subjek dan
Universitas Sumatera Utara
99 suaminya banyak mengenal orang yang memiliki jabatan penting di kota
tersebut. Orangtua subjek tidak ada merasa keberatan atau menimbulkan masalah bagi keluarga subjek.
e Anggota keluarga yang berusia lanjut
Setelah menikah subjek dan suaminya tetap tidak ada keinginan untuk merawat anggota keluarga yang lanjut usia karena telah jauh pindah ke
luar daerah. f
Bantuan untuk keluarga pasangan Walaupun subjek merasa keuangan dan status mereka semakin meningkat
tetapi mereka tetap belum bisa membatu keuangan untuk keluarga subjek maupun suaminya.
d Saat pasangan menjadi orangtua
Subjek sejak awal merasa siap dengan keputusannya menikahi seorang duda yang akan membawa anak ke dalam perkawinannya.
e Model pasangan sebagai orangtua
Subjek dan suaminya selalu berusaha agar tidak pernah bertengkar di depan anak-anaknya, karena subjek merasa anak-anak mereka telah cukup
menderita di masa lalu dengan ibu kandung mereka. Subjek ingin menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya.
f Mempertahankan identitas
Subjek sedari dulu memang diajarkan untuk mencari jati diri sendir tanpa dipengaruhi keluarga.
g Penyesuaian keuangan
Universitas Sumatera Utara
100 Sejak menikah suami subjek telah memiliki sebuah restoran. Sejak saat itu
keuangan suami subjek semakin meningkat dibandingkan sebelum menikah, sudah melebihi dari keuangan orangtua subjek sendiri
h Pekerjaan
Subjek memutuskan tidak bekerja setelah menikah karena ia ingin memberikan perhatian yang penuh kepada anak-anaknya.
c. Tahap Penyesuaian dalam perceraian