4 kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik yaitu saat masuk dan saat keluar. TBS
yang telah ditimbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dan dimasukkan ke dalam lori. Lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun pengukusan dengan cara ditarik
menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Dalam proses pengukusan, TBS dipanaskan dengan uap pada suhu sekitar 135 °C dan tekanan 2.0-2.8
kgcm
2
selama 80-90 menit. Proses pengukusan dilakukan secara bertahap dalam tiga puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. Proses pengukusan sangat menentukan kualitas hasil
pengolahan kelapa sawit. Tujuan dari proses pengukusan TBS adalah menghentikan perkembangan asam lemak bebas ALB, memudahkan pemipilan, penyempurnaan dalam
pengolahan, serta penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit Basiron 2005. TBS yang telah dikukus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan ke alat pemipil
dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting-banting
TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Brondolan yang sudah terpipil dari pemipilan diangkut ke bagian pengadukan atau pencacahan digester. Proses digester
sebaiknya dilakukan pada suhu 95-100
o
C selama 20 menit dengan menggunakan jaket uap atau injeksi uap langsung Basiron 2005. Tujuan utama proses ini yaitu untuk mempersiapkan
daging buah untuk penempaan sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya Pahan 2010.
Brondolan yang selesai dicacah keluar melalui bagian bawah digester sudah menjadi bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat penempa yang berada persis di bagian
bawah digester. Selama proses penempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran sehingga massa bubur buah yang ditempa tidak
terlalu rapat. Massa bubur buah yang terlalu rapat akan menghasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak.
Minyak kasar dari hasil penempaan dialirkan menuju saringan getar vibrating screen untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki penampungan
minyak kasar crude oil tank. Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank dipanaskan hingga mencapai suhu 95-100
o
C. Menaikkan suhu minyak kasar berfungsi untuk memperbesar perbedaan berat jenis BJ antara minyak, air, dan sludge sehingga membantu dalam proses
pengendapan. Selanjutnya, minyak dari proses crude oil tank dikirim ke tangki pengendap clarifier tank. Minyak kasar akan terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses
pengendapan di clarifier tank. Minyak dari continous settling tank selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank.
B. SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK SAWIT KASAR
Sifat fisiko kimia minyak sawit meliputi warna, bau dan flavor, kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih, titik pelunakan, slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks
bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala, dan titik api Ketaren 1986. Beberapa sifat fisiko kimia dari minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 1.
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna oranye atau kuning
disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak Ketaren 1986. Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami terjadi akibat adanya asam-asam
lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak, sedangkan bau khas minyak sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone. Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu karena
5 minyak sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang
berbeda-beda Ketaren, 1986. Tabel 1. Sifat fisiko kimia minyak sawit
Sifat fisiko kimia Nilai
Trigliserida 94-98
a
Asam lemak bebas ALB 5-10
a
Warna 5 ¼ lovibond cell Merah oranye
a
Bilangan peroksida 1-5.0 mEqkg
a
Kadar karoten 500-700 ppm
a
Kadar fosfor 10-20 ppm
a
Kadar besi 4-10 ppm
a
Kadar tokoferol 600-1000 ppm
a
Digliserida 2-6
a
Bilangan asam 6.9 mg KOHg minyak
a
Bilangan penyabunan 196-205 mg KOHg minyak
a
Bilangan iod Wijs 50-55
b
Slip melting point 32-40
o
C
c a
O’Brien 2009
b
BSN 2006
c
Lin 2002 Menurut Naibaho 1998 tanaman kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak nabati,
yaitu minyak sawit kasar dan minyak inti sawit. Minyak sawit kasar dan minyak inti sawit mempunyai perbedaan karakteristik walaupun berasal dari tanaman yang sama. Minyak sawit
tersusun lebih banyak asam palmitat dan oleat sedangkan minyak inti sawit tersusun lebih banyak asam lemak laurat
O’Brien 2009. Perbedaan karakteristik minyak sawit dan minyak inti sawit tersaji pada Tabel 2. Minyak sawit kasar merupakan hasil ekstraksi daging buah
mesokarp dari tanaman Elaeis guineensis yang belum mengalami pemurnian. Minyak inti sawit merupakan hasil pengepresan kernel inti sawit dari tanaman Elaeis guineensis.
Tabel 2. Sifat minyak sawit kasar dan minyak inti sawit Sifat
Minyak sawit kasar Minyak inti sawit
Densitas 30
o
C 0.894
a
0.860-0.873
a
Oxidative stability index 110
o
C 16.6-19.0 jam
a
3.0-33 jam
a
Solidification
o
C 35-429
a
20-24
a
Bilangan penyabunan 196-205
a
244-254
a
Bilangan iod 50-55
b
14-21
a a
O’Brien 2009
b
BSN 2006 Minyak sawit memiliki dua komponen asam lemak terbesar yaitu asam palmitat dan
asam oleat. Kandungan asam palmitat pada minyak sawit sebesar 39-45, sedangkan asam oleat sebesar 37-44 Ketaren 2005. Kandungan asam lemak penyusun CPO dapat dilihat pada
Tabel 3. Kandungan asam palmitat yang tinggi membuat minyak sawit tahan terhadap oksidasi. Kandungan asam lemak minyak sawit dan titik cairnya dapat dilihat pada Tabel 4.
6 Tabel 3. Komposisi TAG penyusun minyak sawit
Jenuh 1 ikatan ganda
2 ikatan ganda 3 ikatan ganda
4 ikatan ganda [bb]
[bb] [bb]
[bb] [bb]
MPP 0.29
MOP 0.83 MLP
0.26 MLO 0.14
PLL 1.08
PMP 0.22
MPO 0.15 MOO 0.43
PLO 6.59
OLO 1.71 PPP
6.91 POP
20.02 PLP
6.36 POL
3.39 OOL 1.76
PPS 1.21
POS 3.5
PLS 1.11
SLO 0.60
OLL 0.56
PSP 0.12
PMO 0.22 PPL
1.17 SOL
0.30 LOL
0.14 PPO
7.16 SPL
0.10 OSL
0.11 PSO
0.68 POO
20.54 OOO
5.38 SOS
0.15 SOO
1.81 OPL
0.61 SPO
0.63 SPO
1.86 OSO
0.81 Lainnya
0.16 0.34
0.19 0.15
0.22 Total
9.15 33.68
34.01 34.01
5.47 Keterangan : P = Palmitat, M = Miristat, S = Stearat, O = Oleat
Gee 2007 Tabel 4. Asam lemak pada minyak sawit dan titik cairnya
Jenis asam lemak Komposisi
Titik cair
o
C Asam kaprat C10:0
1-3 31.5
Asam laurat C12:0 0-1
44 Asam miristat C14:0
0.9-1.5 58
Asam palmitat C16:0 39.2-45.8
64 Asam stearat C18:0
3.7-5.1 70
Asam oleat C18:1 37.4-44.1
14 Asam linoleat C18:2
8.7-12.5 -11
Asam linolenat C18:3 0-0.6
-9 Ketaren 1986
Selain kandungan asam lemak, terdapat komponen minor pada minyak sawit yang memengaruhi kualitasnya. Kandungan komponen minor pada CPO dapat dilihat pada Tabel 5.
Kandungan komponen minor mempunyai peranan penting dalam kestabilan minyak walaupun kandungannya hanya 1. Karakteristik fisik CPO, seperti titik leleh, SFC, dan densitas juga
berperan penting dalam proses pengolahan CPO. Karakter fisik CPO dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 5. Kandungan komponen minor CPO
Komponen minor Kandungan ppm
Karoten 500-700
Tokoferol dan tokotrienol 600-1000
Sterol 326-527
Ubiquinone 10-80
Squalene 200-500
Phospolipid 5-130
Trierpene alcohol 40-80
Metil sterol 40-80
Alipatik alcohol 100-200
Lin 2002
7 Tabel 6. Karakteristik fisik minyak sawit
Karakteristik Kisaran
Rata-rata Indeks refraktif 50 ºC
1.4544-1.4550
a
1.4548
a
1.455-1.456
b
1.4550
b
Densitas ºC 0.8896-0.8910
a
0.8899
a
0.888-0.889
b
0.8890
b
Slip Melting Point ºC 32-40
a
31.1-37.6
b
34.2
b
Solid Fat Content SFC 5 ºC
50.7-68
b
60.5
b
10 ºC 46.1-60.8
a
53.7
a
40.0-55.2
b
49.6
b
15 ºC 33.4-50.8
a
39.1
a
27.2-39.7
b
34.7
b
20 ºC 21.6-31.3
a
26.1
a
4.7-27.9
b
22.5
b
25 ºC 21.1-20.7
a
16.3
a
6.5-18.5
b
13.5
b
30 ºC 6.1-14.3
a
10.5
a
4.5-14.1
b
9.2
b
35 ºC 3.5-11.7
a
7.9
a
1.8-11.7
b
6.6
b
40 ºC 0.0-8.3
a
4.6
a
0.0-7.5
b
4
b
45 ºC 0.7
b a
Lin 2002
b
Basiron 2005
C. REOLOGI DAN KARAKTERISTIK FLUIDA