13
III. METODOLOGI
A. BAHAN DAN ALAT
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit kasar crude palm oilCPO  CPO  yang  berasal  dari  empat  perusahaan  di  Indonesia,  yaitu  PT.  Sinar  Meadow
Jakarta,  PT  Perkebunan  Nusantara  VIII  Banten,  PT  Perkebunan  Nusantara  XIII  Perkebunan Gunung  Meliau  Kalimantan  Barat,  dan  PT  Perkebunan  Nusantara  XIII  Perkebunan  Ngabang
Kalimantan  Barat. Sampel CPO diberi kode CPO A, CPO  B, CPO C, dan  CPO D.  Bahan  lain yang  digunakan  dalam  analisis  kimia  adalah  n-heksana,  larutan  NaOH  0.1  N,  ethanol  95,
indikator fenolftalein, kristal kaliumhidrogenphtalat KHP,  sikloheksana, larutan Wijs, larutan KI 15, larutan Na
2
S
2
O
7
0.1 N, indikator pati, dan  air destilata. Peralatan  yang  digunakan  adalah  Haake  Rotoviscometer  RV20  Karlsruhe,  Jerman
untuk  mengukur  karakteristik  reologi,  pycnometer,  waterbath,  termometer,  gelas  piala,  gelas ukur, timbangan analitik, erlenmeyer, dan pipet mohr.
B. METODE PENELITIAN
1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar
Sampel CPO  yang digunakan  merupakan  sampel  dari  industri pengolah CPO  yang belum  mengalami  proses  transportasi  dan  penyimpanan  dalam  waktu  yang  lama.  Dengan
demikian,  diharapkan  komposisi  kimia  dan  kondisi  kristal  lemak  di  dalamnya  belum mengalami perubahan akibat terjadinya pelelehan dan kristalisasi lemak yang berulang.
Analisis  mutu  CPO  dilakukan  berdasarkan  atribut  mutu  yang  ditetapkan  dalam standar  spesifikasi  CPO  menurut  Standar  Nasional  Indonesia  SNI  01-2901-2006
yang mencakup kadar air dan kotoran maksimal 0.5, kadar asam lemak bebas sebagai asam
palmitat, maksimal 0.5, dan bilangan iod 50-55 g iod100 g.
2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar
Densitas  CPO  diukur  dengan  menggunakan  pycnometer  kapasitas  100  mL. Pengukuran densitas CPO ini menggunakan metode pengukuran densitas untuk minyak dan
lemak yang tertera dalam AOCS Cc 10a-25 tahun 1997.
3. Pengukuran Sifat Reologi Minyak Sawit Kasar
Pengukuran  sifat  reologi  dilakukan  menggunakan  Haake  Rotoviscometer  RV  20 dengan  sistem  pengukuran  M5  Gambar  6.  Sistem  sensor  yang  digunakan  adalah  sensor
NV  yang  terdiri  atas  sebuah  silinder  ko-aksial  dengan  dua  celahgap  celah  dalam  =  0.35 mm;  celah  luar  =  0.4  mm.  Perlakuan  suhu  selama  percobaan  dikontrol  oleh
thermocontroller yang diatur melalui program Rotoviscometer.
14 Gambar 6. Haake Rotoviscometer RV 20 untuk pengukuran sifat reologi CPO
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap sifat reologi CPO, dilakukan pengukuran viskositas  terukur  dan  sifat  aliran  fluida  CPO  pada  suhu  yang  berbeda  yaitu  pada  kisaran
suhu 25
o
C hingga suhu 55
o
C, dengan kenaikan suhu pada setiap pengukuran sebesar 5
o
C yaitu  suhu  25,  30,  35,  40,  45,  50,dan  55
o
C.  Suhu  terendah  25
o
C  dipilih  karena  suhu pengaliran minimal yang dapat dialami CPO adalah pada suhu kamar sedangkan suhu 55
o
C sebagai  suhu  maksimal  dipilih  berdasarkan  rekomendasi  CODEX  untuk  suhu  maksimal
pengaliran CPO. Pengukuran sifat aliran fluida pada beberapa suhu diawali dengan pengaturan suhu
CPO.  Untuk  sampel  CPO  dengan  suhu  pengukuran  lebih  besar  dari  25
o
C,  sebelumnya sampel  dipanaskan  dengan  waterbath  selama  selama  30  menit  sampai  suhu  yang  ingin
dicapai.  Setelah  suhu  tercapai,  suhu  ditahan  selama  10  menit  dengan  shear  rate  0  s
-1
. Selanjutnya  sampel  dikenai  shear  rate  pada  kisaran    50-400  s
-1,
Pengukuran  ini  dilakukan dua kali pengulangan pada setiap suhu.
Sifat  aliran  CPO  ditentukan  dengan  menggunakan  model  persamaan  fluida  yang paling tepat dan dihitung nilai n indeks tingkah laku aliran dan nilai K indeks konsisten
sampel  CPO  pada  suhu  pengukuran  tersebut.  Perubahan  viskositas  terukur  pada  suhu tertentu  dimodelkan  dan  ditentukan  kesesuaiannya  dengan  model  Arrhenius  Singh
Heldman 2001.
4. Analisis Statistik